Himbauan Hidup Tanpa Merokok Tanpa Mengajak Ribut

FILM 'PAI KAU' - FILM BERANI YANG MENAWARKAN RASA BARU

FILM 'PAI KAU' - FILM BERANI YANG MENAWARKAN RASA BARU


Poster Pai Kau (Sumber. Youtube)


Salam Budaya.

Entah kenapa Saya bisa memastikan Saya dan keluarga Saya senang sekali dengan tradisi Cina. Kami semua suka silat alias Kung Fu. Ibu adalah pecinta berat asmaraman Kho Ping Hoo. Tanpa ada penyebab khusus, kami suka mendekorasi kamar, rumah kami dengan pernak pernik Cina. Merah, unik dan ada kesan misterius di tulisannya.

Cover dari Asmaraman Kho Ping Ho (Sumber: Koleksi Djadoel Blogspot)


Pokoknya senang. Titik.

Apalagi menjelang imlek. Suka cita Saya mungkin tak ada percaya, tapi senang bisa melihat saudara-saudara kita atau teman akrab saya yang berkumpul dengan keluarganya merayakan indahnya kebersamaan. Saya bahkan punya teman sebangku yang sudah menganggap Saya seperti saudaranya sendiri.


Atas : Saya dan Ludy Effendy - teman sebangku, jalan kaki bareng mulai SMP (1988)
Bawah : Keluarga Ludy selalu mengundang kalau ada acara. (Dok. Pribadi)
Makanya tak heran kadang, Saya sering disangka Etnis Tionghoa juga bahkan Saya merasa sedih kalau kami juga mengalami diskriminasi. Kita cuma terlahir berbeda kulit saja, kok. Dalamnya sama-sama manusia.

Curhat.

By The Way, Thanks buat Archipelago Pictures dan Kaninga Pictures yang telah mengundang Saya di Gala Premiere dan Media Screening Film "Pai Kau" ini yang memang pada awalnya Saya kurang paham, ada lagi salah satu film Indonesia berjudul Cina yang banyak orang bakal bertanya apa sebenarnya artinya. Menarik.

Apa sih "Pai Kau" itu?

Pai Kau adalah bentuk pengucapan dari Pai GOW adalah salah satu bentuk permainan judi Cina yang biasanya menggunakan Domino Cina.


Pai GOW atau Pai Kau (Sumber: Blog.Seminolehardrocktampa.com)
Sang Sutradara tampaknya ingin mewakili suatu metafora yang menarik dari film ini. Film yang mengisahkan suatu bentuk 'Judi' kehidupan yang kadang meski kita sudah berusaha dengan benar mengikuti alurnya, bahkan keserakahannya, kita sendiri takkan pernah tahu siapa yang bakal menang atau kalah nanti.

Omong-omong lagi, ya udah Saya nonton dulu ya Guys. Pengen tahu apa isi filmnya.


Mengenakan Chang San (Baju Cina Pria) untuk Matchingin Acara. Mejeng dulu sebelum nonton. (Dok Pribadi)

Sinopsisnya:

Lucy (diperankan oleh Irina Chiu) adalah putri seorang pengusaha sekaligus mafia bernama Koh Liem (diperankan oleh Tjie Jan Tan) yang ditakuti. Di hari pernikahan Lucy dengan lelaki pilihannya yakni Edy (diperankan oleh Anthony Xie), muncul seorang wanita yang tak diundang. Ia memperkenalkan dirinya sebagai Siska (Ineke Valentina), sepupu Edy yang datang dari luar kota. Kehadiran Siska menjadi sebuah ancaman karena tak ada satupun yang tahu bahwa Edy dan Siska pernah memiliki skanda di masa lalu.

Saat menjelang resepsi pernikahan. Siska menyelinap masuk ke dalam gedung untuk menghancurkan pernikahan Edy dan Lucy. Hari pernikahan yang telah direncanakan dengan sempurna itu pun terpaksa harus berakhir dengan tragis.

dengan Tjie Jan Tan pemeran mafia Koh Liem (Dok Pribadi)
Produser, sebagian pemain, sutradara dan kru film. (Dok Pribadi)


Sejam kemudian nonton kelar.

Sedikit kaget karena ada model film seperti ini. Lha kayak apa? (Makanya nanti nonton ya kalau sudah tayang tanggal 8 Februari 2018). Penasaran kan?

Begitu keluar saya langsung menyalami Sang Sutradara, mas Sidi Saleh. 
"Mas, That Was The Most Realistic Wedding Ever in Film Indonesia!"

Mas Sidi Saleh tersenyum dan mengucapkan terima kasih. Dia bilang kenapa alasannya. Saya jawab, ya karena Saya adalah mantan MC Chinese Wedding. Jadi pahamlah sesuai apa yang digambarkan film itu. Terasa natural, penuh warna dan detail.

Sidi Saleh adalah sarjana sinematografi lulusan dari Institut Kesenian Jakarta dan terlibat beberapa proyek film pendek atau layar lebar seperti Dajang Soembi, Perempuan yang Dikawini Andjing (2004), Kara, Anak Sebatang Pohon (2005), Trip to The Wound (2007), D'Bijis (2007), Merah itu Cinta (2017), Babi Buta yang Ingin Terbang (2008), Postcards from The Zoo (2012), Taksu (2014) karya Kiki Sugino sutradara film dari Jepang dan beberapa judul film yang lain.

Ia memulai debut sutradaranya sebagai sutradara film pendek tahun 2011 dengan film berjudul Full Moon, salah satu segmen dalam film Omnibus Belkibolang. Film lainnya yang ia sutradarai yaitu Fitri (2013) masuk dalam Festival Film Pendek International Clermont-Ferrand. Puncaknya, film Maryam (2014), memenangi penghargaan Orrizonti untuk film pendek terbaik pada Festival Film Venice ke 71. Ia menjadi sineas Indonesia pertama yang memperoleh piala dari acara bergengsi itu.

Leh Uga, mas ini!


Sutradara Sidi Saleh (Dok Pribadi)
Promo Sedikit waktu jadi MC Chinese Wedding (Dok. Prbadi)


Jadi memang film ini, menurut beliau memang mengambil latar belakang pernikahan keluarga dengan tekstur Chinese-Indonesia, yang menjadikan tontonan pas dinikmati menjelang Imlek.


Kiri - Anthony Xie dan Kanan - Irina Chiu (Dok Pribadi)
Film yang dibintangi oleh Anthony Xie dan Irina Chiu ini menyuguhkan kisah cinta segitiga dibumbui ketegangan dengan alur yang mengejutkan. Berbeda dengan film cerita cinta yang biasanya, film ini coba menghadirkan balut romansa, sensualitas sebagai bagian dari genre drama suspense.

Hal yang baru kan? Seperti Martabak, mungkin orang tidak akan pernah membayangkan bakal rasanya bermacam macam di jaman now. Menarik.

Irina Chiu sendiri yang hebatnya merangkap sebagai Produser bilang,
"Imlek adalah perayaan tahun baru yang identik diawali dengan hal-hal yang baru pula. Melalui film ini kami menawarkan rasa yang baru, benar-benar beda, dalam perfilman Indonesia saat ini. Dengan gaya film Hong Kong yang kental ini, film ini pas untuk tontonan menjelang Imlek 2018."

Irina Chiu (Sumber: CelebrityPictures.Wiki)
Irina Chiu lahir dan besar di Jerman dan Amerika Serikat. Ia sempat berpindah-pindah ketika dewasa di Singapura dan Indonesia. Dia mendapatkan pelatihan akting di New York University Tisch School of The Arts Asia, Singapura. Ia juga meraih gelar master di bidang bisnis dari Universitas Manheim, Jerman. Ia sempat terlibat dalam pembuatan film Song of the Freebird (2014), Love and Faith (2015), dan Bukan Cerita Cinta (2018).

Anthony Xie (Sumber: Instagram @anthonyxie_)
Si pemeran Edy dalam film ini juga merasa harus berdamai dengan cinta, rahasia dan skandal yang terjadi di masa lalu. "Karakter Edy itu berbeda dengan karakter asli gue. Referensi gue film Don Juan, dari karakter itu gue belajar gimana caranya mempermainkan cewek tapi gak pakai perasaan. Reading dengan sutradara juga hal yang penting, jadi kita benar-benar tahu apa yang sutradara mau dan apa yang lawan main kita butuhkan," kata aktor kelahiran Surabaya yang lagi naik daun ini. "Film ini mengajarkan gue untuk selalu berpikir dua kali jika ingin bertindak. Karena apa yang terjadi hari ini, tak lepas dari apa yang terjadi di masa lalu," lanjutnya.

Anthony sendiri adalah aktor Indonesia keturunan Tionghoa yang besar di Taiwan. Ia lebih dulu dikenal di peran serial drama Taiwan dan Cina. The Prince Who Turns into A Frog (SETTV/TTV, 2005), Engagement for Love (SETTV/TTV, 2005), Sheng Nu De Dai Jia (Hunan TV, 2013), KO One Return (GTV, 2013), Sheng Nu De Shi Dai (Hunan TV, 2013), Zhong Ji Yi Ban (TV Series, 2013) dan Cai Lang Gong (2015). Di beberapa sinetron Indonesia di muncul serial Anak Langit, Boy dan Tujuh Manusia Harimau.

Sidi Saleh juga mengamini apa yang diucapkan Anthony itu, bahwa proses reading menjadi bagian yang penting karena 80% pemain dalam film ini adalah pemain pendatang baru. "Saya menggunakan berbagai cara dalam proses reading. Karena ternyata cara baku seperti acting coach tidak bisa diterapkan di beberapa pemain. Jadi, selain itu ada yang diajak ngobrol santai dan cara itu berhasil".

Ia juga membayangkan dan terinspirasi gabungan keseruan dari 2 film yakni

Kar Wai Wong tahun 2000 (Sumber: Gold Poster)

Wai Keung Lau tahun 2002 (Sumber : The Quint)

namun dengan sentuhan lokal dibumbui dengan percintaan, adegan sensual, unsur kekerasan ala mafia Hong Kong yang menggunakan senjata api dengan setelan jas rapi dan kacamata hitam.


Film berlatar cerita keluarga etnis Tionghoa ini, menjadi bentuk kontribusi kami terhadap keragaman film Indonesia. Film ini bukan tentang etnis, tapi kultur tersebut sebagai latar dalam film, Indonesia memiliki kebudayaan yang begitu beragam, dan menurut mereka menarik kalau kekayaan itu bisa terefleksikan dalam film indonesia yang tidak stereotipikal, demikian menurut Tekun Ji - Produser Film Pai Kau.

Assosiate Produser dari Kaninga Pictures menyatakan "Film ini sungguh menantang dan di luar ekspetasi kami. Waktu Archipelago Pictures mengajak kami kerja sama untuk mendukung film panjang pertama Sidi Saleh, kami kira film ini akan menjadi film art house. Tapi ternyata tidak, film ini sangat bisa dinikmati dengan pakem ala film blockbuster".

Untuk urusan musik di film ini, Archipelago Pictures menggandeng Windra Benamin sebagai composer dan band kenamaan White Shoes and The Couples Company untuk mengisi soundtracknya dengan single Aksi Kucing.


Akhir kata Selamat untuk Pai Kau yang mewarnai perbendaharaan Film Indonesia. Kalau kalian mau referensi atau kosa film Anda bertambah. Ayo nonton film menarik ini!

Sukses terus film Indonesia.

Selamat tahun baru Imlek 2565.
Gong Xi Fat Cai – Wan Se Ru Yi, Sen Thi Cien Khang. (Dok. Pribadi)
Salam Budaya.

Komentar