Himbauan Hidup Tanpa Merokok Tanpa Mengajak Ribut

Yang Muda Yang BerUsaha


Salam Budaya!

Sebelumnya Saya ucapkan terima kasih, buat Teh Ani Berta dari Komunitas ISB (Indonesian Social Blogpreneur) yang mengundang Saya di acara ini. Acaranya saja, dari judulnya saja sudah bikin semangat Saya untuk datang.


Tapi ternyata tidak.

Maksudnya bukan acaranya tidak menarik.

Perjalanan dari Plaza Semanggi ke Rumah Kembang Kencur di daerah Pejaten Barat harus Saya tempuh dengan bang Grab Bike penuh dengan perjuangan karena hujan deras.


Ya, ampun. Semangat Saya langsung buyar karena celana dan sepatu Saya basah semua. Hapepun mati. Dicharge tidak mau, karena portnya terdeteksi lembab.

Suasana Kembang Kencur di Jl. Pejaten Raya no. 16, Jakarta Selatan, 18 Februari 2017. TEMPO/Dhemas Reviyanto

Makanya begitu datang, tanpa ba bi bu dan tak menghiraukan orang lain, Saya langsung copot sepatu dan kaus kaki (semoga gak bau sangit), menggulung celana ke dengkul, cari tempat duduk yang empuk (padahal supaya pantat kering) dan mulai mendengarkan apa yang disuguhkan oleh panitia. Kali ini tanpa sibuk memotret karena hapenya ngadat dan mulai berdoa bahwa apa yang diobrolan akan menjadi sesuatu yang Saya ingat.

Aaaamin.

Okay mari kita kulik dan kilik, kenapa ketiga anak muda ini diundang sebagai pembicara di acara ini.


Kita mulai satu per satu ya, pemirsah.


Pemuda yang masih melanjutkan kuliah S2 di Bina Nusantara ini memang terkenal tak mudah menyerah. Namanya juga bagus, Yasa Paramita Singgih. Yasa sendiri berarti kemakmuran dan Paramita bermakna kemakmuran.

Waduh.

Padahal pria berkelahiran 23 April 1995 yang dari Bekasi ini dari keluarga biasa - biasa saja. Dia menceritakan kisahnya dengan nyantai dan sederhana. Jauh dari kesombongan yang layak saat ia dianugerahi 30 Under 30 Young Leaders & Entrepreneurs in Asia Versi Forbes tahun 2017.

Ngeri ya?
(Saya sendiri saja, sering Jumawa tapi banyak bertingkah tapi Yasa jauh lebih sederhana penampilannya hahaha)

Sejak muda ia memang ingin menjadi pengusaha karena dia menyaksikan sendiri betapa penyakit Ayahnya yakni jantung memporakporandakan ekonomi keluarganya sewaktu SMP. Ayahnya lebih memilih uang untuk menyelamatkan sekolah putra - putrinya daripada untuk operasi.


Dari situlah Yasa berusaha mencari uangnya sendiri mulai dari bekerja di EO sampai menjadi MC di pelbagai acara. Mencoba berbisnis lampu hias, berjualan kaos dari Tanah Abang hingga ke bisnis kopi. Semuanya bangkrut dan gagal.

Tapi dia nggak mau gagal.



Pantat Saya yang basah mulai mengering. Sekali lagi, Saya melihat kegetolan Yasa dalam menangani kegagalan. Ini yang patut diapresiasi. Mungkin kalau Saya gagal, Saya bakal nangis, mandeg, kapok. Bahkan mungkin akan tidak mau membicarakannya lagi.

Yasa nggak gitu.

Di tahun 2014 dia mulai bangkit.

Yasa mendirikan "Men's Republic"

dari https://www.pebisnismuda.net/wp-content/uploads/2018/03/yasa-singgih.jpg

Berawal Dari 0



Men's Republic berawal dari mimpi seorang anak muda yang gelisah melihat banyaknya brand fashion yang melakukan mark up harga terlalu tinggi sehingga membuat harga tidak terjangkau, sehingga terciptalah cita - cita menciptakan solusi tampil tampan dengan harga terjangkau bagi pria pria muda Indonesia.



Sejak 2014

Dimulai dari pertengahan tahun 2014 dengan sangat sederhana dan hanya bermodalkan keberanian, Men's Republic hadir membawa misi untuk ikut bertanggung jawab menjadikan setiap pria Indonesia memiliki sikap gentlemen dengan konten - konten edukasi pria di berbagai media sosialnya dan jurnal Men's Republic di website.

Salah Satu yang Terbaik

Men's Republic bangga bahwa saat ini kami menjadi salah satu local brand fashion khussnya sepatu terbaik di Indonesia. Ini menjadikan kami semakin percaya bahwa tangan - tangan hebat para pengrajin di Indonesia tidak seharusnya mendapatkan upah rendah dan terus membuatkan sepatu untuk brand - brand luar. Bahwa ada brand Indonesia yang bisa memberdayakan mereka jauh lebih baik.

Membanggakan Indonesia

Diliput oleh puluhan media nasional dan juga internasional. Mendapatkan apresiasi dari berbagai institusi bergengsi. Serta telah menjangkau puluhan ribu gentlemen dari Sabang - Merauke dan 12 negara di seluruh dunia, Men's Republic siap membawa merah putih terbang lebih tinggi. Kami ingin menjadikan Men's Republic sebagai icon local brand Indonesia di kancah dunia.

Trustworthy, Gentlemen & Prestigious

Inilah 3 value utama dari brand Men's Republic yang ingin disampaikan ke setiap gentlemen seluruh Indonesia. Menjadi brand yang dipercaya oleh setiap stakeholders internal dan eksternal kami (trustworthy), memberikan informasi dan edukasi sebagai seorang pria (gentlemen) dan merasakan pengalaman berbeda memiliki produk terbaik negeri dengan kombinasi estetika dan kenyamanan (prestigious).


Lalu apa saja pencapaian dari anak muda ini, guys?



 
Juara 1 Wirausaha Muda Mandiri

Bertanding dengan belasan ribu entrepreneur muda dari seluruh Indonesia, Yasa Singgih & Men's Republic memenangkan salah satu kompetisi bisnis paling bergengsi di Indonesia yang diadakan oleh Bank Mandiri, menjadi Juara 1 Wirausaha Muda Mandiri Nasional Kategori Mahasiswa Bidang Kreatif 2015.


Marketeers Youth of The Year

Perusahaan konsultan marketing terbesar di Asia Tenggara yaitu Mark Plus memberikan penghargaan kepada Yasa Singgih & Men's Republic sebagai pemasar muda terbaik tahun 2016 atas kreasi, inovasi dan ide - ide liarnya di dunia marketing dalam mengembangkan Men's Republic.



Forbes 30 Under 30 Asia

Majalah bisnis paling bergensi di dunia, Forbes merilis daftar 30 anak muda di bawah usia 30 tahun yang paling berpengaruh di Asia. Yasa Singgih dengan Men's Republic terpilih dan mendapatkan predikat The Youngest Forbes 30 Under 30 Asia in Retail & E-commerce Category 2016.


Global Student Entrepreneur Awards Asia Pacific

Menjadi studentpreneur terbaik di Indonesia, lalu bertanding dengan para studentpreneur terbaik dari negara negara Asia Pacific, Yasa Singgih & Men's Republic menjadi Juara 1 Global Student Entrepreneur Awards Asia Pacific. Setelah menaklukkan Asia Pacific, Yasa Singgih & Men's Republic juga menjadi finalis pada babak final kompetisi Global Student Entrepreneur Awards International. Kompetisi bisnis ini diadakan untuk studentpreneur seluruh dunia yang diselenggarakan oleh organisasi internasional bernama Entrepreneur Organization.


Saya tak sanggup berkata apa - apa. Ruangan jadi makin lebih hangat. Saya lebih dewasa dari mereka. Timbul rasa bersalah dan malu pada diri. Salut.



Kemungkinan besar peserta yang hadir di malam ini memang mengharapkan kehadiran mas Bintang Film yang imut - imut ini.

But wait, Saya juga pertama ragu. Jangan - jangan .. karena memang ini Saya juga hadir. Tapi kita dengarkan dulu ceritanya.


Ya, ya biarkan dia bercerita. Jangan asal menuduh ...

Pria pertama dari keluarga besar ini (dari 7 bersaudara ini) terpaksa memutar otak karena dia harus membayar uang kuliah sendiri dimana keluarganya sudah mulai mepet keuangannya. 

Bagaimana dengan keartisannya? Ternyata meski dia adalah adik dari Zaskia Ady Mecca, atau adik ipar dari sutradra terkenal Hanung Bramyanto dan aktor Ferry Ardiansya itu tidak menjamin kekekalannya. Pengertian orang harus kerja, kerja dan kerja memang kadang harus serealistis yang dibayangkan mengingat dunia keartisan penuh gemerlap yang penggantinya datang silih berganti.

Akhirnya jiwa bisnis, pria yang lahir di Jakarta, Jakarta, 6 Januari 1991 ini muncul di saat ia diminta untuk mengumpulkan uang oleh kakak kelasnya untuk Prom Night. Ia berinisiatif untuk menjual kaos di konser Java Jazz. Dari situlah pengalaman menghajar dia untuk berbisnis yang benar. 

Walaupun dianggap sebagai artis yang tak laku dan lari ke bisnis, Haykal tak peduli ia terus belajar untuk mendalami bisnis fashion muslim. Itupun tak selancar yang ia bayangkan termasuk dipecat oleh kakaknya sendiri.

Segera setelah menyadari langkahnya yang keliru, ia mulai memasarkan baju muslim merek BIA (singkatan dari Bunda Ia, panggilan Zaskia) dan mengadakan kerja sama dengan MuslimMarket.com dan Ramayana Department Store. Dengan begitu dia memiliki 3 brand yang ternama.



Dengan demikian, mereka memiliki 3 brand yang menjangkau semua lapisan masyarakat : Meccanism untuk segmen menengah ke atas yang dijual di butik dan online, BIA untuk wanita karier dan kantoran, 


dan juga brand Zaskia Mecca dengan style bagus dan harga terjangkau untuk masyarakat menengah ke bawah. 

Haykal telah membaca pasar bahwa Indonesia akan menjadi pusat fashion muslim di tahun 2020 nanti. Terbukti, angka penjualan dan pengembangan usaha yang dikelola Haykal meningkat pesat. Produk Meccanism, misalnya, dalam 3 tahun saja sudah memiliki 10 gerai. Sementara busana muslim brand Zaskia Mecca dalam 6 bulan saja sudah hadir di 61 gerai dan lebih dari 120 gerai Ramayana Department Store di Indonesia. Dan kini, Haykal dan saudaranya juga tengah menggarap kosmetika untuk muslimah dan juga bisnis kuliner berupa Kal's Chicken.

sumber foto : IDN Times

Terus jangan salah, abang kita ini tidak serta merta meninggalkan dunia film ya. Dia sekarang lebih terlibat dengan posisi sebagai seorang produser. Jadi jangan khawatir, adalah kadang nongol - nongol sedikitnya. Hahahaha ....


Okay, sekarang orang terakhir, last but not least ...


Ini mah lebih sangar lagi, ...

Kelihatan sih dari orangnya. Orangnya terlihat tekun, ulet dan tak punya rasa takut. Kegagalan adalah sesuatu hal yang biasa sepertinya. Dialah Kang Michael, pendiri Eatlah.

Nah ini juga menarik, apaan sih Eatlah?

Salted Egg Chicken alias Ayam berbalur Telur Asin
Di kegelisahan seorang Michael yang telah mencoba Salted Egg Chicken di Singapura yang rasanya tiada tara dan di pengalamannya sebagai seorang desainer grafis. Ia gemas kenapa tidak ada produk Indonesia yang murah tapi bisa semelesat atau sebooming KFC.

Makanya ia mengajak kedua temannya Charina Prinandita dan Riesky Vernandes, dengan modal masing - masing 15 juta mereka akhirnya dengan ketekunan luar biasa setelah hampir 8 bulan mencoba dan menguji resep hingga terasa Indonesia banget, lahirlah Eatlah dengan cabang pertama di PIK (Pantai Indah Kapuk).


Sampai saat ini Eatlah memiliki 14 cabang di Jakarta, Bandung, Semarang dan dalam waktu dua tahun kedepan kami berencana berkembang menjadi 18 cabang di akhir 2018, termaksud berekspansi di luar kota lainnya seperti Surabaya dan Bali.

"Kuncinya jaga kualitas, walau sudah banyak gerai Eatlah, kualitas rasa yang enak harus terjaga. Makanya kami sampai sekarang belum tertarik franchise semua masih dikelola sendiri. Kami melihat banyak pemain di bisnis makanan mengalami penurunan karena konsistensi rasa tidak terjaga. Kami tidak mengandalkan desain interior yang bagus, tapi pada rasa dan layanan," jelasnya sambil menyebut sebagian besar gerainya saat ini sudah balik modal dengan transaksi 200 - 400 boks per gerai.


Singkat cerita. Saya terkagum - kagum. Cerita memang tak semudah itu pada kenyataannya. Mereka pastinya telah melalui jalan yang panjang dan berliku. Apapun yang mereka lakukan sebagai suatu kesalahan menjadi pembelajaran yang bagus buat kita semua. Seharusnya Saya, kita dan teman - teman yang hadir malam itu bersyukur karena sudah bisa langsung belajar dari inti sari pengalaman mereka. Tinggal kita sendiri yang harus siap menjalani takdir dan nasib kita masing - masing.

Sudah siapkah kita berbisnis. Di kata penutup, Haykal bilang. Lakukan saja.



Malam itu Saya pulang sambil menenteng sepatu naik Grab ke Setiabudi. Nyeker (nggak pakai sepatu).

Pikiran Saya tenggelam sepanjang menuju ke Setiabudi. Bukan menyesal. Tapi memahami dan mensyukuri arti hidup.

Salam Budaya.

Komentar