Ngetrip Memukau Biaya Terjangkau



Salam Budaya!

Saya lulusan Teknik Arsitektur. Jauh sebelum itu Saya suka mengamati bangunan. Apalagi yang kuno yang ternyata punya sejarah dan menyimpan misteri di dalamnya. Atau punya cerita dalam proses pembuatannya. 

Saya sering mengamatinya dan diam - diam membayangkan para penghuninya. Apakah mereka menggunakan tempat itu seperti kita sekarang? Apakah mereka benar - benar menikmatinya? Ataukah sekedar sambil lalu karena sibuk dan sebenarnya tak begitu pusing dengan apa yang mereka tempati?

Pertanyaan - pertanyaan itu menggelitik dan membuat Saya tetap tertawan dengan apa yang namanya Sejarah. Saya suka Sejarah.

Makanya begitu Komunitas ISB (Indonesian Social Blaogpreneur) mengajak Saya jalan - jalan menikmati beberapa tempat historis, Saya senang dan begitu antusias. 

Kamis, tepatnya tanggal 26 September 2019 ISB (Indonesian Social Blaogpreneur) mengadakan trip ke Pelabuhan Sunda Kelapa dan Museum Bahari bersama 20 blogger terpilih. ISBTrip merupakan salah satu program yang diadakan oleh Komunitas ISB.

ISB yang berdiri sejak tahun 2015, telah memiliki beberapa program seberti ISBNgopi yang merupakan sharing yang dilakukan di twitter @komunitasISB dan dilaksanakan setiap 2 bulan sekali. Ada juga selasa sharing yang merupakan sharing member kepada member ISB di group Whatsapp.

ISB juga memiliki program ISBWorkshop yang diisi dengan kegiatan offline dengan menghadirkan narasumber pilihan, baik itu untuk bidang Photography, menulis, hingga editing video. 

ISBTrip yang merupakan kegiatan offline sekaligus kopdar member dengan mengunjungi sebuah tempat bersejarah. Bukan saja sekedar jalan-jalan biasa, ISBTrip akan diisi dengan kegiatan membuat konten, baik itu berupa foto dan video, yang nantinya akan diaplikasikan untuk membuat konten blog semakin menarik.


PELABUHAN SUNDA KELAPA


Kita bisa mengunjungi Pelabuhan ini hanya dengan membayar uang masuk sebesar 2500 rupiah saja.



Bagi sebagian orang Pelabuhan adalah tempat berkumpulnya beberapa onggok kapal tua. Tapi begitu Saya menyusuri perlahan tepiannya. Ada sesuatu di sana. Bagaikan sekepal jantung yang mungkin melemah, tapi tak mati. 

Kapal - kapal asing dari pelbagai belahan dunia macam Tiongkok, Jepang, India Selatan dan Timur Tengah dulu berebut untuk memasukkan berbagai macam bahan yang sangat mewah seperti porselen, kopi, sutra, kain, wangi-wangian, kuda, anggur dan zat warna yang kemudian ditukar dengan remah - remah salah satu harta kita yang tak kunjung habis.


Pagi yang terik sekali. Sesekali berhamburan debu karena beberapa kendaraan melintas dan meninggalkan sesak. Anjuran yang tepat, coba teman memakai masker wajah. Untuk pagi itu kami disediakan Masker Wajah dari Nexcare, jadi bisa sedikit terhalaukan.



Kami, pagi itu, dipandu oleh Mbak Ira Lathief, seorang yang telah menjalani profesi ini selama 15 tahun. Dengan tutur katanya yang tegas, sejarah telah mencatat, pelabuhan yang bernama asli Kalapa ini telah menjadi pelabuhan tersibuk se Asia Tenggara sejak abad ke 12.

Banyak spot yang sangat Instagrammable, bahkan beberapa turis dari manca yang sebagian besar memang berumur tengah asyik memotret. Bagi kita mungkin biasa, tapi keberadaan kapal tradisional dari kayu (pinisi) dengan layar masih terkembang, merupakan hal langka di dunia.

Mungkin sisa - sisa itu masih terasa, kapal kayu tua yang menjulang masih bisa bercerita kegagahannya di masa lalu.


Kapal itu sendiri banyak menyisakan ruang pertanyaan. Apa yang terjadi? Kemana hasil yang mereka angkut? Siapa yang datang? Seberapa pentingkah kedudukannya. 


Beberapa pemuda tengah bekerja menurunkan muatan. Suatu hal yang sekali lagi, biasa dilakukan ratusan tahun selama ini. Saya memandanginya dengan terik.

Satu tegukan dari Aqua luruh di tenggorakan. Siang makin terik. Semua jawaban itu bisa jadi terjawab di titik wisata kita selanjutnya.




MUSEUM BAHARI


Satu bangunan angkuh menyapa. Menjulang dengan sebagian jendela yang berirama mengintai dari dalam. Ingin sekali menyampaikan sesuatu.


Ternyata ia hanya mau bercerita kalau dulunya ia adalah gudang yang berfungsi untuk menyimpan, memilih dan mengepak hasil bumi, seperti rempah-rempah yang merupakan komoditi utama VOC yang sangat laris di pasaran Eropa. Bangunan yang berdiri persis di samping muara Ci Liwung ini memiliki dua sisi, sisi barat dikenal dengan sebutan Westzijdsche Pakhuizen atau Gudang Barat (dibangun secara bertahap mulai tahun 1652-1771) dan sisi timur, disebut Oostzijdsche Pakhuizen atau Gudang Timur. Gudang barat terdiri dari empat unit bangunan, dan tiga unit di antaranya yang sekarang digunakan sebagai Museum Bahari. Gedung ini awalnya digunakan untuk menyimpan barang dagangan utama VOC di Nusantara, yaitu rempah, kopi, teh, tembaga, timah, dan tekstil.

Bukaan tinggi dan lebar selain menjadi ciri khas Belanda mengisyaratkan kalau ruang memang butuh pencahayaan, angin dan kelembaban yang pas hingga suhu bisa mengontrol dengan baik bahan makanan yang tersimpan


Pada masa pendudukan Jepang, gedung-gedung ini dipakai sebagai tempat menyimpan barang logistik tentara Jepang. Setelah Indonesia Merdeka, bangunan ini dipakai oleh PLN dan PTT untuk gudang. Tahun 1976, bangunan cagar budaya ini dipugar kembali, dan kemudian pada 7 Juli 1977 diresmikan sebagai Museum Bahari.


Oh, ya untuk masuk Museum ini juga tergolong murah. Coba lihat daftar berikut.


Sebuah bangunan yang lantai duanya terbuat dari papan kayu yang menarik. Di lantai bawah, terdapat dua bagian besar yang semuanya menyajikan informasi mengenai sejarah Bahari kita beserta semua pernak - pernik yang berhubungan dengan kapal.


Di lantai dua diceritakan beberapa tokoh legendaris yang telah menerjang lautan untuk melakukan misinya masing - masing.


Hingga terhenti di suatu ruangan. Melihat sejenak, sumber dari segala sumber kekayaan tapi juga masalah.

Inilah rempah - rempah yang diperebutkan seluruh dunia dan menjadi heboh di kala itu



Sepertinya semuanya terkunci di situ saja. Karena memang fungsinya dulunya sebagai gudang, Saya hanya mengamati kunci yang jadi saksi keamanan beratus tahun yang lalu. Dia adalah penghalang pertama dari harta kekayaan di dalamnya. Kunci atau selot ini lebih bercerita banyak yang menghantar Saya ke titik berikutnya.

MENARA SYAHBANDAR

Bangunan ini lebih jangkung dan angkuh lagi.


Kala itu bangunan setinggi 12 meter ini adalah bangunan tertinggi di Jakarta.

Menara Syahbandar (Uitkijk) dibangun sekitar tahun 1839 yang berfungsi sebagai menara pemantau bagi kapal-kapal yang keluar-masuk Kota Batavia lewat jalur laut serta berfungsi kantor "pabean" yakni mengumpulkan pajak atas barang-barang yang dibongkar di pelabuhan Sunda Kelapa.

Menara ini sebenarnya menempati bekas bastion (selekoh) Culemborg yang dibangun sekitar 1645, seiring pembuatan tembok keliling kota di tepi barat. Sebelum dibangun Menara Syahbandar, fungsi menara pemantau sudah dibangun di dekat bastion Culemborg dengan bentuk "tiang menara", di atasnya terdapat "pos" bagi petugas.

Salah satu saksi bisu perkubuan Belanda adalah pintu besi di bawah Menara Syahbandar yang berupa jalan masuk ke dalam lorong bawah tanah menuju Benteng Frederik Hendrik (sekarang Masjid Istiqlal).

Sesudah masa kemerdekaan, beberapa bangunan di dekatnya dirobohkan untuk perluasan jalan Pakin. Bangunan di tengah antara menara dan gedung administrasi, diganti dengan Prasasti di tugu yang ditandatangani Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin tahun 1977 sebagai penanda Kilometer 0 pada masa lalu.



Batu pertanda ini membisu tapi telah menceritakan segalanya.

Siang lebih terik menggila. Saya nggak kuat sepertinya kita akan menuju ke persinggahan terakhir di Darmawisata kali ini. Tempat yang seharusnya sejuk dan menyegarkan.

ACARAKI CAFE JAMU

CAFE JAMU pertama yang cool abis, dijamin Instagramable & yang pasti akan bikin kamu betah nongkrong bareng sohib kamu.

Begitu janjinya. Tapi benar juga. Dengan desain penuh bebatuan kita terbawa ke suasana minum jamu yang membuat kita terperangkap dan tak mau keluar. Letak kafe ini ada di dekat Museum Fatahilah, memasuki lorong yang berada di Gedung Kerta Niaga 3. 


Kami disambut oleh Bapak Joni Yuwono sang empunya cafe ini. Rambutnya yang memutih sarat akan filosofi sesuai dengan pembukanya,

Sejak dahulu, kata jamu diyakini sebagai akronim dari dua kata bahasa Jawa Kuno, yaitu; djampi dan oesodo. Djampi diartikan sebagai mantra atau doa-doa yang disampaikan melalui medium tertentu, sedangkan oesodo berarti pengobatan atau kesehatan. Berlandaskan pada kedua arti kata tersebut, secara etimologi jamu dapat diartikan sebagai suatu harapan akan kesehatan yang didoakan melalui medium tertentu.



Kami semakin antusias, AC dingin, Bapak Joni lucu dan cerita sejarah membuat Saya jadi terpana akan makna dari jamu itu sendiri.

Suasana semakin ramai dan meriah saat kami diajari untuk meracik jamu sendiri. Alat - alatnya sudah serba modern dan Saya tak bisa membayangkan apa yang terjadi ratusan tahun yang lalu bila seseorang ingin membuat Jamu. Pantasan berkhasiat karena pasti usaha mereka lebih dari yang kita bayangkan.


Menjelang siang, semua orang mulai berpamitan. Saya duduk di pojok menikmati Golden Sprakling. Ekstrak Kunyit dan Asam yang dipadu dengan soda. Dipercaya dapat mengisi ulang energi dan spirit kita, mulai berpikir. Kenapa Saya ada di sini? Di tuntun di sini?

Itulah cara Nenek Moyang kita mengajari betapa berharganya rempah - rempah. Dari suatu yang bisa saja diperebutkan dan berdarah bagi penjajah. Di sebarkan ke seluruh dunia tanpa kita mendapatkan keuntungan apa - apa. Membuat kita sendiri bekerja demi orang dan negara lain. Hingga warisan jamu yang seakan tidak ada artinya tapi punya nilai dan arti penting bagi kita yang bisa memaknainya.

Hmmm ..

Darmawisata ini biayanya terjangkau tapi mahal nilainya.

Alhamdulillah.

Terima kasih Komunitas ISB.
Terima kasih Nexcare Indonesia.
Terima kasih Aqua.
Terima kasih Acaraki.



Salam Budaya!

Komentar

  1. Menarik, ayo kita vlog di situ, Om.

    BalasHapus
  2. Keren keren spot dan fotoya ya kang

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya tapi harus ada yang bantuin foto ya. Thanks udah bantuin.

      Hapus
  3. Seru ya mas wisata kurang dari 5 jam ini, beneran berarti dan kaya akan ilmu

    BalasHapus
  4. Seru banget yah mas kemaren, pengennya sih ampe sore yaah haha. Sampai berjumpa di #ISBTrip selanjutnya yah mas Ded ;)

    BalasHapus
  5. Seru banget kemarin mas, sayang aku rombongan ke 3 jadi gak bisa eksplore banyak di museum bahari karena kejer2an sama waktu. Next semoga ketemu lagi ya...

    BalasHapus

Posting Komentar