Himbauan Hidup Tanpa Merokok Tanpa Mengajak Ribut

Kaya (Atau Setidaknya Merasa Kaya)


 

Kaya (Atau Setidaknya Merasa Kaya)


Akhir - akhiri ini saya bertemu beberapa klien saya yang cukup membuat saya tergelitik mengenai apa sebenarnya arti kaya itu sendiri.
Wealth is an abundance of valuable material possessions or resources. (menurut wikipedia). Kaya itu ternyata kalau kita punya KELEBIHAN harta benda atau penghasilan atau materi yang bernilai.


Setuju?


Suatu hari di Pameran Rumah Impian seorang yang baru kenal mengeluh pada saya dengan berlebihan betapa susahnya kehidupannya, betapa susahnya dia menjalani kehidupan ini dengan pekerjaannya, dan betapa susahnya dia mencari yang namanya uang, dan dia mengaku miskin.

dan semuanya jadi salah kaprah.

Poverty is the shortage of common things such as food, clothing, shelter and safe drinking water, all of which determine our quality of life. It may also include the lack of access to opportunities such as education and employment which aid the escape from poverty and/or allow one to enjoy the respect of fellow citizens.

(lagi - lagi menurut Kitab Ilmu persilatan Wikipedia)
Orang miskin adalah orang yang kesulitan dalam memperoleh sesuatu yang penting bagi kehidupan seperti makanan, pakaian, tempat, air bersih, bahkan pendidikan dan pekerjaan.




Saya membalas orang itu dengan senyuman.
Orang itu di awal 30 tahunan, cerdas, berkulit bersih dan tampan. Pekerjaannya adalah Jurnalis pemula.

Cukup ekstrim dengan pertanyaan,
"Apa mas itu buta? Apa mas itu jelek? Gak ganteng? Apa mas itu (maaf) tidak utuh salah satu tangannya? Apa mas hari ini tidak bisa makan? Apa mas memperoleh baju yang mas pakai sekarang dengan meminta orang?"

Orang itu melongo. Diam. Bagai tersambar sesuatu yang jelas bukan petir.

"Lalu, miskin apanya?"

Salah satu peserta yang lain juga memanggil saya di hari yang lain.
Menurut dia di kehidupan ini ada 3 level kemakmuran yang ujung - ujungnya sebenarnya berakhir dengan nama kekayaan.

Level 1 : Orang yang Mencari kehidupan (mencari kekayaan)
Level 2 : Orang yang Menjalani kehidupan (sedang kaya)
dan
Level 3 : Orang yang Menikmati kehidupan (udah merasa kaya dan cuek cuek aja)

Saya mengangguk-angguk saja dengan ceritanya.
dan bertanya balik:

"Sampeyan di Level mana?"

Dia tiba - tiba mengeluh karena masih ada di Level satu, ingin ke Level dua dan selalu merasa bertemu dengan orang - orang di Level tiga yang kian membuatnya stress dan amburadul.




Lagi-lagi saya tersenyum dan bertanya,

"Menurut mas, saya di Level mana?"

Hmm , dia tiba-tiba mengarahkan pandangan ke saya, secara secepat kilat menilai cara saya berpakaian, menaksir dengan subyektif berapa harga baju saya, dan mungkin di salon mana saya mencukur rambut saya, dan dengan sinis, dan hampir basa-basi ia menjawab,

"Mungkin di Level 2"

Oh ya?
Apakah kalau saya bilang saya sudah di Level 3, Anda akan percaya?

Ia menggeleng.

Apakah kalau saya bilang Anda sudah di Level 3, Anda akan percaya?

Dia membantah.

"Gak mungkin, Mas!"

"Naik apa Mas kemari?", langsung kusambar dengan pertanyaan itu.

"Taksi."

Kenapa?
Kemudian dia bercerita bahwa punya semacam trauma yang tak membolehkan dia naik sepeda motor dan mengharuskan kemana - mana naik taksi.

"Mas, menikmatinya?"

Ya. Katanya tegas.

Itu di Level 3 kan?

Ia melongo.

Saya menceramahinya dengan segala beban kehidupan di Jakarta ini yang makin berat yang tak semua orang mampu menukarnya dengan naik taksi ke mana-mana.

Baru kemarin saya juga sempat chat dengan teman di Jember. Dia baru saja membaca buku dari KH. Yusuf Mansyur mengenai sedekah sebagai Kunci menjadi kaya.

Saya sempat berpikir keras. Dan akhirnya sadar kalau ternyata. Orang yang bersedekah itu adalah suatu identitas kaya. Identitas orang yang mau berpikir kalau dirinya lebih beruntung karena masih ada orang yang mau dan harus dibantu.Orang yang kemudian mau menjadi miskin yang ternyata cuman terletak pada kehilangan suatu materi yang sebenarnya takkan pernah hilang begitu kita berusaha lagi.




Hmm.

Siapkah Anda?

Enjoy menjadi miskin tapi sebenarnya kaya?

Dedy Darmawan

13 Maret 2021

Komentar