- Dapatkan link
- Aplikasi Lainnya
- Dapatkan link
- Aplikasi Lainnya
Salam Budaya.
Mungkin jodoh tidak datang tepat waktu, tapi jodoh akan datang diwaktu yang tepat. Imam, apa semua perempuan memimpikan memiliki calon imam, lalu kemudian menikah menggapai apa yang namanya sakinah ? Aku tidak pernah punya pikiran untuk menikah. Aku hanya berpikiran untuk bisa jatuh cinta. Teruntuk Nabi terakhir yang dirindu umat, pertama tolong tambatkan cinta ini untuk-Mu. Aku tahu menikah memang merupakan sunnah-Mu. Aku tidak akan diakui umat-Mu dan aku juga tidak akan diakui hamba-Nya jika aku tidak mengikuti sunnah Rasul-ku. Lalu bagaimana aku bisa menikah jika untuk jatuh cinta saja aku tak mampu, hatiku merespons tapi otakku menolak, begitu setiap kurasakan jantung ini berdebar.
Aku takut menjatuhkan hati pada seorang Adam, namun nantinya aku sama terluka seperti Ummi. Bukan perkara biasa mendengar perceraian orangtua di saat usiaku menginjak lima tahun, menjadikanku membeci sosok ayah, terlebih membuatku tak percaya pada apa yang namanya laki-laki. Ya Rabb, sungguh aku tidak ingin menjadi anak durhaka, jika Ummi adalah hidupku, maka Abi adalah napasku. Apa selamanya aku tidak bisa menerima keputusan Abi yang mengakhirinya dengan perceraian? Bukankah itu artinya selamanya aku tidak bisa jatuh cinta?
Aduh.
Begitu pandai Ima Madaniah merangkai kata di Wattpadnya hingga membuai hati 3 juta pembacanya. Membayangkan betapa dan bagaimana seorang Fisya akhirnya menemukan tambatan hatinya. Hingga, pembaca juga penasaran bagaimana sih Pak Alif yang jadi pujaan kaum wanita itu.
Beruntung sekali akhirnya novelnya yang diterbitkan oleh Coconut Books/Melvana Publishing yang juga berakhir dengan best seller diangkat ke layar lebar dengan judul "Assalam Mualaikum Calon Imam" masih dengan rasa dan haru biru romantisme cinta berbalut islami.
"Novel ini berkisah tentang cinta tapi bukan cinta buta. Kisah tentang cinta yang semata - mata karena Allah. Fisya dan Alif adalah contoh pasangan yang cintanya tumbuh seiring waktu karena meyakini bahwa ridho Allah itu adalah cinta yang sebaik - baiknya cinta yang ada di dunia. Hal inilah yang membuat kami tertarik mengangkat novel ini menjadi film," demikian penjelasan Ibu Santi Muzhar dan Dwi Ajeng, selaku Produser dari rumah produksi Prized Productions.
Film ini sebenarnya terlantun cukup sederhana, mengisahkan tentang pencarian cinta sejati seorang gadis bernama Nafisya Kaila Akbar (Fisya), yang romantis dan menyentuh, serta pertemuannya yang mengesankan dengan seorang calon Imam yang selama ini tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Sebuah kisah cinta yang semata karena Allah.
"Cerita dari novel sendiri sudah sangat menarik. Ceritanya sederhana tapi ada keunikan dari karakter masing - masing. Cerita yang dipaparkan sangat menyentuh dari segi percintaan atau romansanya. Saya sangat jatuh cinta dengan tokoh Alif Syabani Alexis. Dan saya percaya, tokoh Alif ini tentu akan menjadi pujaan banyak wanita," ungkap Findo Purwono HW, sang sutradara.
Screening dan Pers Conference berlangsung seru, dari Pukul 14 hingga menjelang maghrib di studio 2 XXI Cinema - Epicentrum - Kuningan - Jakarta Selatan. Semua ikut terisak menikmati adegan film yang merupakan produksi perdana dari rumah produksi Prized Productions dengan menggandeng Vinski Production dan melibatkan sineas - sineas muda Indonesia kolaborasi sineas Jakarta dan Makassar.
Selanjutnya memang film ini juga mengandung nilai - nilai Islami yang menarik untuk diangkat ke layar lebar yang bisa ditunjukkan ke masyarakat Indonesia khususnya anak - anak muda.
Sesuai dengan targetnya, yaitu anak muda, dan konsep film yang mengangkat kisah nilai - nilai islami, film ini banyak menggandeng sederet aktor muda Indonesia, seperti Natasha Rizky, Miller Khan, Andi Arsyil, Hessel Steven, Reva Mustafa, Merdianti Octavia, Defwita Zumara, serta aktor senior Le Roy Osmany, Keke Soeryo dan Rheina Ipeh dan penampilan khusus Dr. Deby Vinski yang menjadi salah satu pemain di film ini yang sekaligus menjadi produser dari rumah produksi Vinski Production.
Film ini layak tonton, karena sang sutradara sendiri sudah punya pengalaman lewat film "Love in Perth (2010), "Ayah Mengapa Aku Berbeda" (2011) dan "My Blackberry Girlfriend' (2011).
Buat sang sutradara, awal menyutradarai film ini sangat menarik hatinya. "Ketertarikan saya menyutradaria film ini, karena ceritanya kuat sekali dan karakteristik dari tokoh - tokohnya sangat bagus. Profesi Alif sebagai dokter dan Fisya sebagai apoteker dibungkus dengan percintaan yang dibumbui dengan nuansa Islami. Menarik sekali! Saya belum pernah menggarap film yang seperti ini sebelumnya," ujarnya penuh antusias.
Sangat menarik hingga membuat Mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Indonesia ikut hadir dan nonton bareng bersama kita.
Lanjut ...
Proses produksi film ini termasuk sangat singkat karena hanya diselesaikan dalam waktu 2 minggu saja. Di Makassar 5 hari dan selebihnya di Jakarta.
"Kendala hampir tidak ada dari menyutradarai film ini. Saya sangat menikmati dan lancar mengeksekusi cerita film ini. Alhamdulillah semua berjalan lancar. Penyesuaian saat syuting di Makassar lebih ke lingkungan, lokasi, dan pemain saja. Karena khusus di Makassar ada beberapa cameo seperti Bapak Syahrus Yasin Limpo, yang saat itu masih menjabat sebagai Gubernur Sulawesi Selatan dan Bapak Syamsu Rizal, Walikota Makassar," jelas Findo.
Mengenai pengambilan lokasi di kota Makassar, Santi Muzhar, sang produser menjelaskan dukungan yang sangat besar dari pemerintah kota Makassar. "Makassar menjadi salah satu kota pilihan syuting karena selain untuk memperkenalkan kota Makassar dengan objek wisatanya, juga karena dukungan yang sangat besar dari pemerintah daerah Makassar dan masyarakatnya yang sangat antusias mendukung perfilman Indonesia," ungkapnya.
Sementara dalam mengadaptasi sebuah skenario film yang diangkat dari sebuah novel, Oka Aura tidak terlalu mengalami kesulitan dalam menuangkan novel menjadi sebuah penulisan skenario.
"Saya nyaris tidak mendapati kesulitan yang berarti, karena ceritanya sendiri sudah utuh. Kalau bisa dibilang nyaris sempurna. Jadi tugas saya sebagai penulis skenario hanya untuk menutupi celah - celah cerita tidak terlalu berat. Ada beberapa adegan yang dibayangkan sudah sangat filmis dan visual sehingga bisa saya terjemahkan dalam naskah skenario. Peran terbesar saya menjadi penulis skenario adalah menjahit antara satu adegan ke adegan lainnya," ucap Oka, penulis skenario yang pernah mendapat penghargaan di ajang Festival Film Bandung 2014 sebagai Penulis Skenario Film Terpuji.
Tentang pemilihan pemain, Findo menyatakan, " Saya sangat dilibatkan dari awal oleh pihak produser. Kami mengutamakan artis yang berhijab dan ada beberapa kandidat yang kami screentest, namun pilihan terbaik akhirnya jatuh ke Natasha Rizky dan Miller Khan. Alasan memilih Miller dan Natasha karena kami melihat Natasha sosok yang pas untuk Fisya dan melihat sosok Miller secara fisik, ada aura arif dan bijaksana yang tampak dari sosok Miller sehingga menurut kami cocok untuk memerankan tokoh Alfi," imbuhnya.
Oh ya pemirsah, untuk soundtrack kali ini mereka menggandeng pasangan Romantic Duo, Suby - Ina untuk mengaransemen lagu. Ada 4 lagu yang akan mengisi setiap scene dalam film ini, yakni "Assalam Mualaikum Calon Imam", "Cinta yang Diuji", "Duhai Cinta" dan "Pinta Terakhir".
Ya, ampun jadi baper dengar lagu - lagunya huaaaaaaaaaaaaaaaa .....
Okay, terakhir tapi bukan yang tidak terpenting, film ini diharapkan menjadi satu tontonan yang menghibur dan bisa membawa pesan bagi masyarakat, khususnya kawula muda bahwa jika kita mencintai sesuatu karena cinta kita kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, maka Tuhan akan memberikan yang jauh lebih baik lagi.
"Inilah persembahan kami. Semoga penonton menyukai film ini. Terhibur dengan lantunan alur ceritanya, kisah cinta Fisya dan calon imannya, serta rangkaian dialog yang pasti bikin baper," tutup Santi dan Ajeng.
Seperti apa kisah dan kehidupan selengkapnya dari Fisya dalam mencari calon imamnya, kita bersabar sebentar ya, karena baru tayang tanggal 9 Mei 2018.
Ayo tonton!
Ayo cintai Film Indonesia!
Salam Budaya.
"Novel ini berkisah tentang cinta tapi bukan cinta buta. Kisah tentang cinta yang semata - mata karena Allah. Fisya dan Alif adalah contoh pasangan yang cintanya tumbuh seiring waktu karena meyakini bahwa ridho Allah itu adalah cinta yang sebaik - baiknya cinta yang ada di dunia. Hal inilah yang membuat kami tertarik mengangkat novel ini menjadi film," demikian penjelasan Ibu Santi Muzhar dan Dwi Ajeng, selaku Produser dari rumah produksi Prized Productions.
Le Roy Osmani (Sebagai Abi Husein), Ibu Santi Muzhar (Produser), Keke Soeryo (sebagai Ibu Fisya yakni Umi Riri) |
Jalinan cinta antara Fisya (diperankan oleh Natasha Rizky) dan Alif (diperankan oleh Miller Khan) |
Film ini sebenarnya terlantun cukup sederhana, mengisahkan tentang pencarian cinta sejati seorang gadis bernama Nafisya Kaila Akbar (Fisya), yang romantis dan menyentuh, serta pertemuannya yang mengesankan dengan seorang calon Imam yang selama ini tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Sebuah kisah cinta yang semata karena Allah.
"Cerita dari novel sendiri sudah sangat menarik. Ceritanya sederhana tapi ada keunikan dari karakter masing - masing. Cerita yang dipaparkan sangat menyentuh dari segi percintaan atau romansanya. Saya sangat jatuh cinta dengan tokoh Alif Syabani Alexis. Dan saya percaya, tokoh Alif ini tentu akan menjadi pujaan banyak wanita," ungkap Findo Purwono HW, sang sutradara.
Rheina "Ipeh" Maryana (Sebagai istri kedua Abi - Tante Mia) beserta Suami di dunia nyata yang merupakan Sutradara film ini mas Findo Purwono HW |
Screening dan Pers Conference berlangsung seru, dari Pukul 14 hingga menjelang maghrib di studio 2 XXI Cinema - Epicentrum - Kuningan - Jakarta Selatan. Semua ikut terisak menikmati adegan film yang merupakan produksi perdana dari rumah produksi Prized Productions dengan menggandeng Vinski Production dan melibatkan sineas - sineas muda Indonesia kolaborasi sineas Jakarta dan Makassar.
Awak Media dan Blogger yang Sibuk Jeprat Jepret |
Sesuai dengan targetnya, yaitu anak muda, dan konsep film yang mengangkat kisah nilai - nilai islami, film ini banyak menggandeng sederet aktor muda Indonesia, seperti Natasha Rizky, Miller Khan, Andi Arsyil, Hessel Steven, Reva Mustafa, Merdianti Octavia, Defwita Zumara, serta aktor senior Le Roy Osmany, Keke Soeryo dan Rheina Ipeh dan penampilan khusus Dr. Deby Vinski yang menjadi salah satu pemain di film ini yang sekaligus menjadi produser dari rumah produksi Vinski Production.
Permainan cantik pasangan Merdianti Octavia berperan sebagai kakak Fisya, Salsya dan suaminya Jidan Ramadani diperankan oleh Andi Arsyil |
Defvita Zumara (sebagai Nayla) yang terbiasa antagonis kali ini harus main dengan emosi berpasangan dengan Hessel Steven (berperan sebagai Dokter Kahfa) |
Isak tangis Tante Mia (Rheina "Ipeh" Maryana) bersama Umi Riri (Keke Soeryo). Apa yang mereka tangisi? |
Film ini layak tonton, karena sang sutradara sendiri sudah punya pengalaman lewat film "Love in Perth (2010), "Ayah Mengapa Aku Berbeda" (2011) dan "My Blackberry Girlfriend' (2011).
Buat sang sutradara, awal menyutradarai film ini sangat menarik hatinya. "Ketertarikan saya menyutradaria film ini, karena ceritanya kuat sekali dan karakteristik dari tokoh - tokohnya sangat bagus. Profesi Alif sebagai dokter dan Fisya sebagai apoteker dibungkus dengan percintaan yang dibumbui dengan nuansa Islami. Menarik sekali! Saya belum pernah menggarap film yang seperti ini sebelumnya," ujarnya penuh antusias.
Sangat menarik hingga membuat Mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Indonesia ikut hadir dan nonton bareng bersama kita.
Pak Rizal Ramli memuji akting Miller Khan |
Proses produksi film ini termasuk sangat singkat karena hanya diselesaikan dalam waktu 2 minggu saja. Di Makassar 5 hari dan selebihnya di Jakarta.
"Kendala hampir tidak ada dari menyutradarai film ini. Saya sangat menikmati dan lancar mengeksekusi cerita film ini. Alhamdulillah semua berjalan lancar. Penyesuaian saat syuting di Makassar lebih ke lingkungan, lokasi, dan pemain saja. Karena khusus di Makassar ada beberapa cameo seperti Bapak Syahrus Yasin Limpo, yang saat itu masih menjabat sebagai Gubernur Sulawesi Selatan dan Bapak Syamsu Rizal, Walikota Makassar," jelas Findo.
Mengenai pengambilan lokasi di kota Makassar, Santi Muzhar, sang produser menjelaskan dukungan yang sangat besar dari pemerintah kota Makassar. "Makassar menjadi salah satu kota pilihan syuting karena selain untuk memperkenalkan kota Makassar dengan objek wisatanya, juga karena dukungan yang sangat besar dari pemerintah daerah Makassar dan masyarakatnya yang sangat antusias mendukung perfilman Indonesia," ungkapnya.
Sementara dalam mengadaptasi sebuah skenario film yang diangkat dari sebuah novel, Oka Aura tidak terlalu mengalami kesulitan dalam menuangkan novel menjadi sebuah penulisan skenario.
"Saya nyaris tidak mendapati kesulitan yang berarti, karena ceritanya sendiri sudah utuh. Kalau bisa dibilang nyaris sempurna. Jadi tugas saya sebagai penulis skenario hanya untuk menutupi celah - celah cerita tidak terlalu berat. Ada beberapa adegan yang dibayangkan sudah sangat filmis dan visual sehingga bisa saya terjemahkan dalam naskah skenario. Peran terbesar saya menjadi penulis skenario adalah menjahit antara satu adegan ke adegan lainnya," ucap Oka, penulis skenario yang pernah mendapat penghargaan di ajang Festival Film Bandung 2014 sebagai Penulis Skenario Film Terpuji.
Pasangan yang So Sweet yaaaa, Pemirsah |
Tentang pemilihan pemain, Findo menyatakan, " Saya sangat dilibatkan dari awal oleh pihak produser. Kami mengutamakan artis yang berhijab dan ada beberapa kandidat yang kami screentest, namun pilihan terbaik akhirnya jatuh ke Natasha Rizky dan Miller Khan. Alasan memilih Miller dan Natasha karena kami melihat Natasha sosok yang pas untuk Fisya dan melihat sosok Miller secara fisik, ada aura arif dan bijaksana yang tampak dari sosok Miller sehingga menurut kami cocok untuk memerankan tokoh Alfi," imbuhnya.
Pemuja Miller Khan yang selalu mengejar |
Oh ya pemirsah, untuk soundtrack kali ini mereka menggandeng pasangan Romantic Duo, Suby - Ina untuk mengaransemen lagu. Ada 4 lagu yang akan mengisi setiap scene dalam film ini, yakni "Assalam Mualaikum Calon Imam", "Cinta yang Diuji", "Duhai Cinta" dan "Pinta Terakhir".
Ina dan Suby |
Ya, ampun jadi baper dengar lagu - lagunya huaaaaaaaaaaaaaaaa .....
Okay, terakhir tapi bukan yang tidak terpenting, film ini diharapkan menjadi satu tontonan yang menghibur dan bisa membawa pesan bagi masyarakat, khususnya kawula muda bahwa jika kita mencintai sesuatu karena cinta kita kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, maka Tuhan akan memberikan yang jauh lebih baik lagi.
"Inilah persembahan kami. Semoga penonton menyukai film ini. Terhibur dengan lantunan alur ceritanya, kisah cinta Fisya dan calon imannya, serta rangkaian dialog yang pasti bikin baper," tutup Santi dan Ajeng.
Seperti apa kisah dan kehidupan selengkapnya dari Fisya dalam mencari calon imamnya, kita bersabar sebentar ya, karena baru tayang tanggal 9 Mei 2018.
Ayo tonton!
Ayo cintai Film Indonesia!
Salam Budaya.
- Dapatkan link
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Gaya nulis mu itu.. menghanyutkan.. ajarin dong..
BalasHapusMenghanyutkan itu piye. Kok seperti hati ini yang tak tentu arah. Hanyut tiada rimbanya hahahah.
HapusJujur bikin klepek-klepek ini. Baper baper gimana gitu, hahahahaha
BalasHapusYa kan hahaha sama.
Hapus