Himbauan Hidup Tanpa Merokok Tanpa Mengajak Ribut

AMBU - KISAH IBU TAK LEKANG OLEH WAKTU



Salam Budaya!

Film bertema Ibu berseliweran setiap hari. Banyak sekali yang selalu ingin menampilkan sosok ibu yang perkasa kuat dan juga hebat dan kadang menjadi super hero bagi lingkungan di sekitarnya.

Tapi pernahkah kita pahami kelemahannya? Bagaimana seorang Ibu terkait dengan dilema yang menyentuh kekurangannya sebagai seorang manusia biasa?

Pertama kali Saya melihat poster "Ibu" terlihat si cantik Laudya Bella bersanding dengan Maestro Widyawati, terbayang di pikiran Saya akan terlibat sebuah perseteruan bak sinetron seperti biasanya. Ternyata Saya salah.

Tersebutlah si cantik Laudy Cynthia Bella (sumpah perempuan ini memang cantik) diceritakan sebagai seorang ibu muda bernama Fatma yang harus merelakan semua harta dan kehidupannya dan mengajak putri semata wayangnya, Nona (diperankan oleh Lutesha) untuk mudik dan tinggal bareng bersama neneknya bernama Misnah (diperankan oleh Widyawati) yang selama ini tak pernah diceritakan karena sejak muda Fatma telah lari dan bertengkar dengan ibunya gara - gara hubungannya dengan Nico - sang suami pemukul dan pemarah (diperankan oleh Baim Wong) tak pernah mendapatkan persetujuan.




Semua foto diambl dari instagram Sky Tree Pictures

Dari sinilah semua konflik berawal, bagaimana ternyata Ambu Misnah masih berseteru dengan putrinya Fatma yang ternyata juga semata wayang itu.

Daya tarik peran dan akting dari Widyawati sangat memukau. Hingga digambarkan betapa manusia itu kompleks, Ibu itu juga manusia punya segala kerumitan berpikir dan berasa. Tapi Anda harus nonton sendiri ya? Untuk akhirnya tahu bagaimana mereka menyelesaikan masalah ini dengan penuh drama dan kebijakan seorang ibu.

Sumpah, sepanjang film Saya harus berusaha menahan air mata dan Saya gagal. Perasaan Saya sebagai penonton tercabik - cabik pastinya karena kebetulan punya masalah emosional dengan ibu Saya sendiri.

Sebuah garapan apik dari sutradara Farid Dermawan yang mengantar kita ke alunan Drama yang pas dan tidak berlebihan.



Salah satu yang menarik dalam film ini adalah Suku Baduy yang dijadikan latar belakang yang diklaim merupakan film pertama yang pernah dibuat di sana. Seperti yang diketahui penggunaan listrik sangat dihindari di sana hingga terpaksa seluruh kegiatan mereka lakukan di siang hari, untuk syuting malam mereka membuat set khusus.

Salah satu peraturan yang diterapkan juga disebutkan oleh Jaya (diperankan dengan pas oleh Andri Mashadi) :


gugung teu meunang dilebur (gunung tak boleh dihancur) 
lebak teu meunang diruksak (lembah tak boleh dirusak) 
larangan teu meunang ditempak (larangan tak boleh dilanggar) 
buyut teu meunang dirobah (buyut tak boleh diubah) 
lojor teu meunang dipotong (panjang tak boleh dipotong) 
pondok teu meunang disambung (pendek tak boleh disambung) 
nu lain kudu dilainkeun (yang bukan harus ditiadakan) 
nu ulah kudu diulahken (yang lain harus dipandang lain) 
nu enya kudu dienyakeun (yang benar harus dibenarkan) 

Suasana jadi kian menarik karena cerita akan berpadu dengan cantik. Bagaimana Nona yang sudah terlanjur jadi Orang Jakarta Banget menghadapi peraturan Baduy? Dimana ternyata di sana juga ada perlakuan khusus bagi anak atau warga yang sudah terlanjur keluar dan tak lagi menetap di desa itu.


So far so good. Anda semua harus nonton, tapi harus sabar karena baru tanggal 16 Mei 2019 film ini mulai tayang serempak di bioskop kesayangan. Karena kita semua tahu, tetaplah sayang dan hormat pada Ibu kita, karena beliaulah yang semesta pertama kita.

Oh ya, for surprise, pengisi lagu soundtrack kali ini adalah Widyawati sendiri dengan aransemen memikat dari Andi Riyanto.

Selamat menonton.




Keseruan nonton bareng dan jumpa pers.

Produser: Farid Dermawan, Titien Wattimena
Sutradara: Farid Dermawan
Penulis: Titien Wattimena
Produksi: Skytree Pictures

Salam Budaya!

Komentar