VELLA - TEMAN TANPA PENYESALAN - BAGIAN KEDUA


 KE JAKARTA AKU KEMBALI

Suatu hari Vella WA.

"Mas, aku ke Jakarta. Training lagi".

Aku dengar Vella terakhir memang punya keahlian dan pekerjaan yang berkaitan dengan rambut serta perawatannya. Dia beberapa kali diundang ke Jakarta oleh satu produk kecantikan rambut untuk menjalani training khusus, mungkin semacam peningkatan level tingkat keahlian. 

Keren. Berarti Vella benar - benar menggeluti pekerjaan ini dan mulai diakui. Kabarnya pula dia adalah seorang yang sangat ke sana ke mari dalam memasarkan produk kecantikannya, termasuk mengelilingi beberapa kota kabupaten di Jawa Timur seminggu penuh.

Wow.

Anehnya di grup satunya, ada beberapa kawan melaporkan kalau sebenarnya Vella sebenarnya dalam keadaan sakit dan tidak baik-baik saja.

Ada apa? Kenapa? Sakit apa?

"Entah. Yang kami tahu, matanya berair setiap saat. Pedih, sering ia menjerit-jerit dan mengeluhkan itu. Perih."

Ha?

Aku tak mencoba mengkonfirmasi itu ke Vella karena kupikir pasti dia akan bercerita sendiri seandainya memang dia dalam keadaan sakit. Paling tidak aku memang tidak tahu keadaannya saat ini dan tak ada sama sekali data itu mengganggu kehidupanku. Itu masalah pribadi dia.


Tapi hati ini masih tersisa tanda tanya besar.

Sakit apa ya? Tak terperi pasti sakitnya. Mungkin salah satu kekuranganku adalah berpikir terlalu jauh dan berkepanjangan. Atau apalah namanya, empati? Simpati? Cuma tak bisa membayangkan, bagaimana sakitnya mata kalau sampai Vella menangis dan mengaduh kesakitan.

Ada apa ya?

Mudah - mudahan Vella akan menjelaskan nanti kalau sudah di Jakarta.

Beberapa saat kemudian, karena sibuknya aku, aku jujur lupa dengan Vella. Mestinya dia sudah menjalani trainingnya. Dia bilang Rabu liburnya. Tapi kalau memang dia ilbur dan menikmati jalan - jalan di Jakarta ya sudahlah, itu urusannya.

"Aku tinggal di semacam kosan, Mas. Dibayari perusahaan".

Keren juga ya. 

Hingga tiba saatnya Selasa malam, Vella WA.

"Aku besok libur, Mas. Ada di kosan, nggak?"

Aku mengiyakan dan agar tak terbebani ongkos dan ketidaktahuan jalan, aku pesenin dia Grab ke kosan.

Esoknya, drama menyedihkan itu pun mulai.

Komentar