- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Mengikuti Sepak Terjang Singkat Tim Bridge Jember Lor 3 di Wisma Serbaguna Senayan - Jakarta Selatan
Salam Budaya!
Senin, 31 Oktober 2016
Kursi tengah itu jadi gak empuk lagi dan aku yang tadinya mau tidur karena baru saja begadang jadi malah mengeluarkan keringat dingin.
"Kapan mereka berangkat?", tanyaku cemas.
Mbak Ana, kakakku, yang nanti kita akan sebut sebagai Mama Aliyya (Nisrina) menjawab dengan datar,
"Tanggal 10 sampai 20 Nopember ini. Minggu depan. Di Senayan. Jakarta".
"Nginep dimana?", tanyaku cemas selanjutnya.
"Masih kita bicarakan. Sebenarnya kita punya rencana bla bla bla .... maunya ke Cipayung ... bla bla bla bla ...."
Penjelasan Mama Aliyya jadi malah membuatku pusing.
Tim Perempuan
Dari Kiri ke Kanan: Aliyya Nisrina, Aulia Gading Irianti, Nafisa Nur Azizah Safitri dan Quinn Kay Setiawan
|
Ada 8 anak SD, tim Bridge dari Jember, akan bertanding ke Jakarta, dengan biaya swadaya, sebagian orang tua tidak ikut karena menyesuaikan bujet dan hanya didampingi satu Pelatih?
Makannya gimana? Transportnya? TIdurnya? Nyuci bajunya? Itu 10 hari lhoo ...
Dengan segala hormat, aku langsung hubungi Jember Community (Komunitas Jember di Jakarta). Siapa tahu bisa ada bantuan yang bisa mengurangi beban mereka. Tapi ini sudah tanggal berapa, mepet sekali. Seandainya saja ini dilaporkan sejak dahulu. Ah usaha dulu lah. Aku buat narasinya dan minta foto dari lomba terakhir, aku sebar broadcast di BBM, di Facebook dan di WhatsApp. Sekali lagi, siapa tahu, ada pertolongan dari sesama manusia.
Ini 4 dari 8 orang adik adik SD dari Jember Lor 3 dan 1 Pelatih yang akan mengikuti Kejuaraan Bridge Nasional, Grand Final Bridge Piala Pra PON di Senayan Jakarta dari tanggal 10 - 20 Nopember 2016 dengan jadwal dari jam 9 pagi hingga 9 malam.
Dengan dana swadaya orang tua, Tim juara Jawa Timur ini masih harus menghadapi kendala transportasi, akomodasi, konsumsi dan biaya untuk teknis lainnya.
Saya, secara pribadi dan perwakilan dari Jember Community (Komunitas Jember di Jakarta), merasa terpanggil untuk membantu secara fisik nanti di Jakarta sekaligus mengetuk perhatian hati dan pikiran teman, rekan, saudara untuk ikut urun rembug meringankan beban dari Adik Adik kita yang berpotensi luar biasa ini, dengan memberikan bantuan dan dukungan dalam bentuk apapun yang membuat mereka bisa lebih efektif dalam mengikuti lomba seperti:
Tempat tinggal sementara yang paling mendekati Senayan
Mobil atau Jemputan yang mendekati antara tempat tinggal sementara ke tempat lomba
Konsumsi (Makan Siang dan Malam) beserta minuman
Laundry (Cuci dan Gosok Pakaian)
Para Orang Tua sedang memikirkan dengan baik, efektif dan efisien mengenai biaya, tapi sekali lagi membantu meringankan beban mereka dan orang tuanya adalah salah satu kepedulian kita terhadap potensi luar biasa Adik Adik ini.
Untuk kepentingan dan keperluan lebih lanjut silakan hubungi saya
Dedy Darmawan, ST
08124989835 (WA)
081905102985
pin BBm D4FFC38C
Line : solusitarotdarma
atau bila Anda sudah berkenan menyumbang dana bisa langsung mentransfer dengan berita Bridge SD Jember langsung ke
024 699 7777
BCA atas nama Dedy Darmawan,ST
seikhlasnya
Semoga segala kepedulian Bapak dan Ibu membuahkan berkah bagi kita bersama.
Amiiiiin.
Diriku tinggal berdoa dan menunggu kabar lebih baik.Walau hari itu ternyata belum ada kabar yang lebih baik. Para Mama masih sibuk menentukan bujet dan berdiskusi untuk menentukan tempat tinggal tetapi sayangnya hasil dari broadcast BBM, facebook dan Whatsapp belum memberikan hasil apa-apa.
Aku pasrah.
Selasa, 1 Nopember 2016
Keretaku bergerak menuju ke Jakarta tanpa membawa kabar baik apapun. Aku cuman berdoa, " Ya Allah, berikan aku sedikit rejeki dan kesempatan. Biar aku bisa bantu mereka agar tak ada yang membuat mereka merasa kesulitan dalam menghadapi lomba ini. Amiiin".
Jumat, 11 Nopember 2016
Beberapa hari belakangan ini, bbm dan telpon aku dan kakakku lebih sering ke masalah berdebat. Bisa berupa masalah apapun. Beberapa Mama mengarahkan untuk tetap tinggal di Cipayung, aku menolak. Aku punya alasan, betapa kasihannya delapan anak itu yang harus berangkat lebih pagi dan pulang cukup malam setiap harinya. Aku menekankan, ini anak-anak berlomba dengan otaknya, aku kurang begitu setuju kalau mereka mengalami yang namanya sudah capek badan, capek otak pula. Cipayung ke Senayan cukup melelahkan.
Ternyata Mama Taufik punya orang tua yang memang punya rumah di sana. Jadi jelasnya penginapan bisa ditekan sampai nol jika semua ada di sana. Baiklah tapi apa tidak ada alternatif, dimana kita harus menghadapi kemungkinan kendala macet dan transportasi.
Tim Laki - Laki
Dari Kiri ke Kanan: Dandy Ferdyansyah, Fernanda Raihan, Raden Muhammad Dzaky Frederico Alamsyah dan Taufiqurohman Satrio Wibowo
|
Terus bagaimana transportasinya? Perlukah anak anak itu menyewa mobil? Makanannya bagaimana? Masih menjadi tanda tanya. Mama Aliyya akhirnya menjelaskan berapa sebenarnya bujet yang disediakan seandainya dihitung transportasi, makanan dan tempat tinggal untuk 8 anak dan 1 pelatih.
Ataukah perlu sewa guest house di Setiabudi?
Usulku lebih gila. Entah kenapa aku pasang badan soal urusan ini.
Memang sewanya bisa sedikit lebih mahal, tapi jarak Setiabudi ke Senayan masih cukup dekat apalagi masih bisa ditempuh dengan Transjakarta. Makanan banyak pilihan dan bersih, laundry dekat dan aku bisa jadi petugas yang wira wiri, untuk mengurusi anak-anak itu. Kalau mereka sangat mepet dan butuh masih ada Taksi, Grab Car dan fasilitas kendaraan lain.
Bagaimana?
Tak ada titik terang.
Tak ada yang memberikan keputusan. Solusi sudah diberikan.
Semoga Allah tetap memberikan RahmatNya.
Sabtu, 12 Nopember 2016
Mama Aliyya bbm.
"Anak anak sudah landing. Jadinya mereka menginap di Jalan Kemanggisan Pulo. Dua dari mereka menginap di Cipayung. "
Alhamdulillah. Untungnya siang ini aku dapat rejeki dari klien jadi aku bisa punya ongkos untuk pergi menemui mereka.
Alhamdulillah. Saatnya untuk mengurusi anak-anak ini.
Minggu, 13 Nopember 2016
Aku, Mama Gading dan Mama Taufik
|
Akhirnya aku bisa menemukan Wisma Serbaguna, Senayan. Aku bertemu dengan para ibu-ibu. Dan kami mulai merencanakan apa yang harus dipecahkan bagaimana cara mereka makan dan bagaimana mereka pulang dan pergi setiap hari dari Kemanggisan Pulo. Aku bersedia membantu membelikan makanan dan mengantarkannya dengan ojek online tiap jam makan siang (sekitar jam 12), supaya anak anak dipilihkan makanan yang lebih higienis dan jangan sampai pencernaan mereka atau mereka bakal sakit gara-gara makanan yang tentu saja bisa mengganggu pertandingan ini. Biarkan anak-anak itu berlomba tanpa perlu memikirkan hal lainnya.
Aku pun setuju. Para Mama pun lega.
Selamat berlomba ya adik-adik. Semoga sukses. Aku upload foto ini di berbagai media sosial. Siapa tahu masih ada hati yang terketuk. Apalagi entah kenapa, Seragam SD mereka menjadi bukti penting, bahwa mereka benar benar anak SD yang punya potensi besar. Hari itu, entah aku yang salah tangkap atau apa, panitia mengumumkan untuk hari pertama mereka mengenakan Seragam sedangkan hari lain boleh bebas asal mengenakan sepatu. Menurut aku seragam berarti sesuatu yang dikenakan serupa dan bersama-sama. Karena di hari pertama ini, Kejurnas yang diikuti 93 Tim yang terdiri dari 25 Mahasiswa, 12 Tim Mahasiswi, 24 Tim Pelajar SMA, 20 Tim Pelajar SMP dan 12 Tim Pelajar SD berasal dari 17 Propinsi, hampir semua Tim mengenakan sesuatu yang seragam, bagi yang kuliah mereka mengenakan Jaket/Jas Almamater, Jaket/Jas/Kaos Tim Bridge atau Kaos dari daerah mereka masing-masing. Hanya adik-adik kami yang mengenakan Seragam SD. Karena memang untuk mencetak atau membeli seragam adalah hal yang diluar perhitungan.
Jadinya?
Hmm. Entah karena semangatnya membakar atau kasihan atau prihatin.
di WhatsApp. Ada kabar baik. Beberapa orang terketuk. Uang 1,8 Juta mengalir. (Terima kasih buat Mas Drajad, Mas Heru, Mas Nanang, Mbak Niken dan Mbak Fifie semuanya dari Jember Community). Semua uang ini Insya Allah akan membuat usaha adik - adik ini semakin ringan. Aku memberi kabar baik ke mereka. Mulai besok aku akan memberikan makan gratis dan ongkos pulang dan pergi selama beberapa hari.
Senin, 15 Nopember 2016
Anak-anak akan tetap anak-anak, aku hanya bisa menemui mereka sekitar istirahat siang, mereka makan siang, sholat dan bercanda selain main game atau memeriksa handphonenya masing-masing. Padahal sebelum dan setelahnya mereka bertanding lagi dengan konsentrasi tinggi.
Entah kenapa aku kagum pada mereka. Mereka sudah bisa membedakan apa yang dinamakan bekerja, bermain, sekolah. Sesuatu yang tidak semua orang bahkan orang dewasa pada zaman ini bisa melakukannya. Ini menjadi pelajaran terpenting pertama dari pengalaman membantu mereka.
Tapi omong-omong,
Siapa yang mengajari anak-anak ini?
Maaf. Saya bukan tidak percaya pada orang tua. Orang tua mereka sebagian besar tidak tahu apa itu Permainan Bridge. Apalagi saya. Bagaimana mereka tertarik? Bagaimana mereka bisa mempelajarinya? Bagaimana mereka merebut banyak juara hingga menembus Jakarta?
Untuk tahu detail bagaimanakah bermain Bridge ini linknya
(Ingat! Aku saja sudah cukup bingung memahaminya, bagaimana anak SD menerimanya?)
Aku sekali lagi telpon ke Mama Aliyya
Siapa sebenarnya sang pelatih?
Mama Aliya |
Dia menjawab,
"Namanya Pak Topo. Topo Yono. Orangnya tulus. Pendiam. Kadang dia diam karena ada berbagai alasan. Dia diam karena beban berat. Baru kali ini Tim Anak asuhannya bisa tembus sampai Jakarta. Dia diam karena kadang terbebani karena banyak anak didiknya tak bisa ikut pertandingan karena tak ada biaya. Ini juga beban karena beberapa orang tua terpaksa tak ikut dan dia yang mewakili sendiri karena biaya memang tak cukup. Dia juga diam karena lebih sering berdzikir, berdoa memohon supaya anak-anaknya menang. Dan dia diam karena sudah dari kemarin kena sariawan. Susah makan katanya.
Pak Topo Yono |
Aku mendekatinya dengan perlahan.
Dengan logat Maduranya yang khas, ia bercerita perlahan.
"Ada pelatihan bagi guru olahraga di tahun 2003. Semua harus paham permainan Bridge. Baik tingkat SD sampai SMA. Untuk tingkat SD tinggal saya sendiri pelatihnya. Semuanya sudah banyak yang berhenti. Dulu juga awalnya saya susah mengajarkan mereka. Gak ngerti ngerti. Nggak nyantol-nyantol. Tapi mereka akhirnya paham. Karena latihannya rutin. Bisa seminggu sekali bergantian di rumah. Bergiliran. Kalau hanya mengandalkan ekstra kurikuler nggak cukup. Hanya 2 jam. Tapi memang banyak anak didik saya tak melanjutkan lomba karena keterbatasan biaya kalau memang akhirnya dikirim kejurnas seperti ini".
Aku cuman bisa terdiam. Terharu. Pak Topo yang saat ini juga masih mengajar anak anak Bridge di desa Sukowono, juga yakin semua bisa berprestasi asal semuanya rajin berlatih dengan rutin.
Aku beralih ke Para Mama. Mereka hanya bertestimoni singkat.
"Kebanyakan kami tidak tahu permainan Bridge itu apa. Kadang anak-anak kami bercerita dengan semangat kartu ini, kartu itu, istilah ini, istilah itu, kami hanya mengiyakan. Kami cuman berdoa berdoa, mengingatkan, dan memberi semangat. Teruskan Nak. Kamu pasti bisa".
Mama Mama yang Tiada Kenal Lelah Menunggu dan Berdoa
dari Kiri ke Kanan: Mama Taufiq, Mama Gading, Mama Dandy dan Mama Erick
|
Pelajaran penting kedua dari kisah ini, bahkan orang tua kita sendiri banyak yang tidak tahu kita nanti akan menjadi apa, berprofesi apa, punya kelebihan apa, bisa membanggakan beliau dari jalan apa, karena doa merekalah kita bisa menjadi seperti ini semua.
Rabu, 16 Nopember 2016
Seperti biasa aku datang sekitar jam 12 an, mengantar makanan adik adik ini. Tapi situasi hari ini lain. Ternyata ini hari pengumuman Kejurnas.
Jerih payah selama ini terbayarkan. Mereka menyabet Juara 1 dan 3. Sedangkan untuk pasangan campuran mereka mencapai Juara 2. Sekali lagi anak anak SD mengalahkan 17 Propinsi.
Wow.
Mama mama langsung terduduk. Bersyukur. Aku merinding. Pak Topo lagi lagi diam. Entah apa yang ada di pikirannya.
Aku berdoa.
"Cukupkanlah segala rejeki ini ya Allah, jangan sampai ada yang terlebih dan akhirnya kami melupakan syukur dan nikmat yang tlah Kau berikan".
Anak - anak makan siang dengan gembira. Mereka mendapat hadiah jalan jalan ke Monas dan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) keesokan harinya.
Segalanya jadi lebih indah.
Sabtu 19 Nopember 2016
Seorang teman tampak agak keliru menanggapi sukarelawan ku membantu adik-adik ini. Dia bilang,
"Aku sih ogah. Mau diribetin begitu. Mau jadi SuperHero kali"
Aku tersenyum.
Dalam beberapa hari ini saya menyedot Energi Semangat yang sangat besar dari kepolosan dari segerombolan anak, keikhlasan dan doa dahsyat dari Mama dan Papa mereka serta tauladan seorang Pelatih yang tak luput harus selalu sabar, teliti, tidak bosan dalam melatih, dan selalu memberikan nasehat terbaik.
Aku? Mungkin hanya bisa jadi petugas penyalur sumbangan, pembeli makan siang dan pemesan Grab dari mereka selama beberapa hari ini.
Tapi gempuran Energi Semangat itu tak terbayarkan.
Semangat Mereka. Semangat Kami. Semangatku.
Tidak gampang meraih kemenangan. Karena marilah kita menghargai proses menuju kemenangan daripada hasil itu sendiri.
Terima kasih. Adik - adik. Yang telah memberi pelajaran untuk menjadi apa adanya di saat kalian berlatih, berlomba dan menerima kemenangan. Kalian tetap menjadi anak anak SD yang sibuk makan, lari-larian, sholat bareng, tertawa karena sepatunya keliru, riang, dan kembali menjadi dirinya lagi.
Cerminan buat kita sendiri. Yang lupa.
Amiiin.
Selamat buat Tim Bridge Jember Lor 3!
Sampai jumpa di lomba mendatang!
Salam Budaya
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar