Indonesia 2020 - Sebuah Takdir Kejayaan


ꦒꦺꦩꦃ​ꦫꦶꦥꦃ​ꦭꦺꦴꦃ​ꦗꦶꦤꦮꦶ​ꦠꦠ​ꦠꦺꦤ꧀ꦠꦿꦺꦩ꧀​ꦏꦺꦂꦠ​ꦫꦲꦂꦗ
 ꦠꦠ​ꦠꦺꦤ꧀ꦠꦿꦺꦩ꧀​ꦏꦺꦂꦠ​ꦫꦲꦂꦗ

Gemah Ripah Loh Jinawi - Tata Tentrem Kerta Raharja

Salam budaya.

Saya orang Jawa. Memandang tulisan Jawa (Hanacaraka) di atas Saya masih sanggup membaca dan menulisnya. Arti kata dari Gemah Ripah Loh Jinawi - Tata Tentrem Kerta Raharja, juga masih terngiang di telinga Saya bertahun - tahun lamanya. Untuk sekedar hanya tahu artinya, kalimat itu berarti bahwa apa yang telah dianugerahkan ke keadaan alam kita, adalah sesuatu yang sangat kaya raya dan penuh dengan kesuburuan sebagai anugerahkan Allah yang tiada taranya, serta kehadiran pemimpin yang adil dan bijaksana tentu saja akan membawa ketenteraman, kedamaian, ketertiban, kesejahteraan dan kebercukupan bagi penduduk dan warganya.

Saya salah. Saya akui Saya salah.

Saya belum menjadi orang yang sangat bersyukur bahwa negara dan alam Indonesia itu sedemikian suburnya.
Saya belum tahu apa bandingannya, nikmatnya tinggal di Indonesia dengan apa yang orang lain rasakan atau  orang di negara lain pikirkan.

Saya suatu kali pernah bertemu dengan orang Swiss yang sangat bersyukur, bahwa dia pernah menikmati rambutan, yang mereka sebut sebagai 'buah dari surga', dimana bagi Saya, di desa, rambutan itu hanyalah satu jenis buah murah yang per kilogram hanyalah 350 rupiah saja.

Saya juga pernah bertemu dengan seorang petani dan ahli mawar dari Belanda, yang sangat keheranan kenapa hasil pertumbuhan mawar di Indonesia sangat buruk. Padahal tanah Indonesia itu, hanya digaruk dan dibajak saja, sudah bisa membiarkan dirinya terolah begitu subur tanpa dicampur zat - zat lain yang masih mahal dan perlu riset panjang dan rumit.

Saya masih sinis.

Malam ini ternyata tidak lagi. Sebuah pertemuan yang sebentar tapi berarti. Membuat Saya banyak berpikir. Seperti kata - kata bijak,

"Jangan tanyakan apa yang Negara dapat perbuat untuk Anda, tetapi tanyakanlah apa yang dapat Anda perbuat untuk Negara!"

(pernah dikumandangkan oleh pak John F Kennedy, walapun sebenarnya berasal dari filsuf Marcus Tullius Cicero)

Malam ini lagi - lagi pak Kafi Kurnia, yang mengundang kami, benar - benar menghantarkan kami ke pemikiran di dinding otak sebelah belakang kita, yang bukannya tidak ada pikiran tapi yang ruang otak yang jarang kami tengok.

Bahwa apa yang bisa kita petik dari kalimat "Gemah Ripah Loh Jinawi - Tata Tentrem Kerto Raharjo" itu belum bisa menjadi satu Visi yang sangat kuat bagi kita sendiri.

Karena beliau juga adalah founder dari Sembutopia, yang salah satu perhatiannya adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan apa yang kita cicip dan rasa, pak Kafi Kurnia menghantar kami lagi ke kejayaan masakan Indonesia.

Bertempat di Javanegra - Gourmet Atelier - Jalan Kramat Pela 212 - Kebayoran Baru - Jakarta Selatan - kami berkumpul dan kembali mencanangkan semangat Kebangkitan Nasional yang sudah berusia 110 tahun.



Pak Kafi Kurnia dan teman - teman blogger

Sembari menikmati takjil dan berbuka puasa sesudahnya, pak Kafi Kurnia lagi - lagi menerangkan dengan mencoba membandingkan antara Vietnam dan Indonesia dimana jumlah wisatawan yang berkunjung telah menyalip Indonesia. Padahal secara prosentase makanan dan tujuan wisata di Indonesia masih jauh lebih banyak dan variatif daripada Vietnam.

Bicara makanan yang selalu menjadi duta besar Internasional. Indonesia sebenarnya telah punya "Jejak Kekayaan" yang sudah saatnya membuat, kita harus berani berujar, Indonesia itu adalah negara yang punya "Takdir Kejayaan".

Dengan beragam macam budaya yang ada di Indonesia, tradisi makan di Indonesia pun memiliki kedalaman dan keakraban budaya yang sangat berbeda pula.

Indonesia punya "Jejak Kekayaan" dalam tradisi makan. Seorang antropolog mengatakan kalau di luar negeri, mereka punya istilah bahwa makan itu memiliki level 'Makan Kecil' (jamuan makan yang paling sederhana) hingga 'Makan Besar' (jamuan makanan yang sangat lengkap)

Budaya Makan Besar ini juga ada di zaman kolonial Belanda disebut "rijsttafel' (makan dengan lauk pauk lebih dari 40 macam hidangan).

Rijsttafel dari http://blog.thelagunabali.com


Rekam jejak Makan Besar inilah yang nanti akan mengundang istilah baru berupa "Makan Enak", yang ternyata tidak terjadi atau tidak ada padanannya bila coba diartikan dalam budaya atau bahasa lainnya oleh antropolog.

"Jejak Kekayaan" seni kuliner kita sangatlah banyak dan beragam, hingga sampai sekarang tak seorang pun bisa menyatukannya menjadi satu kesatuan yang bisa menjelaskan dengan beberapa kalimat bagaimana "enak" makanan Indonesia itu. Hal ini akhirnya bisa menjawab pertanyaan kita (Saya juga), kenapa selama ini, kita kesulitan untuk menjawab apakah sebenarnya makanan khas Indonesia itu, sebagaimana kita tahu bahwa Pizza itu berasal dari Italia, Tom Yum itu dari Thailand, dan Ramen dari Jepang (walaupun jawabannya juga tidak sesederhana yang dibayangkan orang bila ada orang bertanya hal serupa ke warga negara lain)

Tapi jawaban untuk Indonesia benar - benar tidak mudah. Yang jelas, alasannya karena kita punya banyak sekali variabel jenis makanan dan suku yang terbentang dari Sabang sampai Merauke yang punya jenis masakan tersendiri dengan segala rasa perbedaannya.

Sepertinya, Gemah Ripah Loh Jinawi mulai masuk kan di pikiran ?

Pak Kafi Kurnia mencoba mendekati jawaban pertanyaan di atas dengan beberapa jenis makanan yang bisa diambil contoh, yang sebenarnya bisa dijadikan ikon makanan kita. Salah satunya adalah di penjelasan berikut


Semua orang bakal ketawa kalau kita membahas ini. Semua orang akan meremehkan kalau kita tiba - tiba sudah mulai makan dengan lauk ikan asin. Bahkan ada yang berani meletakkan level Ikan Asin sebagai pertanda bahwa kita sudah di level terendah dalam konsumsi makanan kita sehari hari yang berhubungan dengan kemampuan finansial kita.

Ikan asin adalah bahan makanan yang terbuat dari daging ikan yang diawetkan dengan menambahkan banyak garam. Dengan metode pengawetan ini daging ikan yang biasanya membusuk dalam waktu singkat dapat disimpan di suhu kamar untuk jangka waktu berbulan-bulan, walaupun biasanya harus ditutup rapat. Selain itu daging ikan yang diasinkan akan bertahan lebih lama dan terhindar dari kerusakan fisik akibat infestasi serangga, ulat lalat dan beberapa jasad renik perusak lainnya.

Pelbagai macam Ikan Asin yang tersaji di Indonesia juga membuktikan bahwa Ikan Asin memang salah satu penyedia rasa Umami dari beberapa jenis rasa yang kita kenal. Sebut saja ada Ikan Asin Gabus, Peda, Teri Jengki, Cucut, Jambrong, Katamba, Jambal Roti, Tengiri, Petek, Cumi Asin, Rebon dan lain - lain.

Sedangkan di negara lain, keberadaan Ikan Asin malah kadang hanya muncul di beberapa jenis masakan tertentu saja seperti 

Baccala ini terbuat dari pengeringan dan pengasinan ikan cod dari Italia (Sumber Gambar dari southjerseygirlsgrub.com)

Tuyo dapat dibuat dari ikan laut maupun ikan air tawar yang lantas diasinkan, kemudian dikeringkan. Ikan asin ini biasanya disajikan bersama nasi. Berasal dari Filipina (Sumber Gambar dari http://www.pepper.ph)

Kusaya merupakan ikan yang dikeringkan dan biasanya dikonsumsi dengan sake. Selain itu, Kusaya ini juga mempunyai bau yang begitu menyengat dan rasa yang sangat asin. Berasal dari Jepang (apanese-products.blog)

Shutki merupakan ikan mentah yang dikeringkan dan memiliki aroma yang menyengat. Ikan asin khas Bangladesh ini umumnya dijual di pasar-pasar tradisional. (Sumber Gambar dari http://www.thedailystar.net)

Hongeohoe merupakan irisan ikan pari segar atau yang sudah difermentasikan di dalam guci selama sekitar 10 hari. Hidangan ini biasanya disantap bersama gochujang dari Korea Selatan. (Sumber Gambar : http://www.chefssociety.org)

Ikan asin kita belum tersaji dengan cantik seperti mereka ya?
Apakah ada yang salah? Apakah pengelolaannya belum benar? Manajemennya? Pengolahannya, mungkin?

Jawabannya bisa beruntun dan panjang. Karena memang visi kita belum sama. Terlebih lagi ketika disinggung di pembicaraan Pak Kafi Kurnia, bahwa dengan pengolahan ikan asin yang baik akan juga melahirkan petani garam yang dibutuhkan. Apakah Indonesia sudah mengelola pertanian garam dengan baik?

Apakah suatu hari nanti kita bisa bebas dari impor garam?

Kita tunda dulu jawabannya, yang dibahas berikutnya adalah

Kecap atau yang di bahasa Inggris disebut dengan Soy Sauce adalah bumbu dapur atau penyedap makanan yang berupa cairan berwarna hitam yang rasanya manis atau asin. Bahan dasar pembuatan kecap umumnya adalah kedelai atau kedelai hitam. Namun ada pula kecap yang dibuat dari bahan dasar air kelapa yang umumnya berasa asin. Kecap manis biasanya bertekstur kental dan terbuat dari kedelai, sementara kecap asin bertekstur lebih cair dan terbuat dari kedelai dengan komposisi garam yang lebih banyak, atau bahkan ikan laut. Selain berbahan dasar kedelai atau kedelai hitam bahkan air kelapa, kecap juga dapat dibuat dari ampas padat dari pembuatan tahu.

Siapa yang tak makan kecap (manis) dengan telur atau tempe atau dengan kerupuk sewaktu kecil?

Sejarah kecap bisa kita telusuri hingga abad ke 2 Sebelum Masehi! Sebenarnya cairan ini berasal dari Tiongkok yang waktu itu digunakan sebagai pengganti garam yang super mahal dan akhirnya menyebar dan menjadi salah satu perdagangan mewah di Jalur Sutera yang membentang hingga ke Eropa.

Kecap diperkirakan masuk ke Indonesia tercatat paling awal di tahun 1737 saat VOC mengirimkan sejumlah 75 tong Kecap Asin dari Dejima, Jepang ke Batavia. Tapi seharusnya lebih jauh dari itu karena keberadaan atau pengaruh Tiongkok ke dalam masakan Indonesia sudah ada.

Dengan penambahan cita rasa lokal, seperti pencampuran gula merah, gula jawa, gula aren, pekak, lengkuas, kapulaga, bunga lawang, kayu manis, atau penggunaan kedelai yang bermacam - macam pula seperti kedelai putih atau hitam menyebabkan rasa dan aneka kecap tercipta dari Sabang sampai Merauke contohnya ati Angsa – Medan, Benteng – Tangerang, SH – Tangerang, Bango yang sudah menasional, Mirama – Semarang, Cap Buah Manis – Surabaya, Cap Bulan – Palembang, Djoe Hoa – Tegal, Sumber Baru dan Sinar (dulu Kecap Lonceng) – Makassar, Sawi – Kediri, Banyak Mliwis – Kebumen, Udang – Purwodadi, dan masih banyak lagi sangat panjang daftarnya.

Apakah ini sebuah prestasi sendiri bagi Indonesia? Apakah ini bisa jadi hal yang sangat menarik di mata dunia internasional? Apakah kecap bisa menjadi "Brand Image" yang bermutu di dunia?

Hmm belum sepertinya.

oke, ke pembahasan berikutnya adalah




Sambal adalah saus pedas dengan bahan utama yang disiapkan dari cabai yang dilumatkan sehingga keluar kandungan sari cabe dan ditambah bahan-bahan lain seperti garam dan terasi.

Macamnya? Beberapa membuat Saya sadar, sekali lagi, bahwa kita adalah "Jejak Kekayaan" kita sendiri karena terbukti telah mampu mengolah dan menciptakan berbagai jenis sambal mulai dari Sambal asam, Sambal bajak, Sambal belacan/terasi, Sambal dabu-dabu, Sambal jeruk, Sambal kecap, Sambal kemiri, Sambal korek, Samba lado, Sambal manis, Sambal pencit, Sambal penyet, Sambal petis, Sambal setan, Sambal tempoyak, Sambal teri, Sambal tomat, Sambal udang, Sambal uleg, Sambal uyah-lombok dan mungkin lain - lain.

Fiuh!

Bahkan menurut Suryatini N Ganie (2009) ia telah berhasil mencatat ada 100 variasi makanan yang dibuat dari sambal.

Seperti layaknya kecap. Orang Indonesia gemar sekali makan sambal. Bahkan makanan terkecil seperti nasi putih kerap hanya dinikmati dengan sambal saja.

Apakah Sambal sanggup menempus pasaran dunia seperti Piri - Piri dari Afrika Selatan, Sriracha dari Thailand, Tabasco dari Amerika Serikat, Achaar dari India, Gochujang dari Korea Selatan?

Mampukah Sambal mempedaskan dunia Internasional?
lanjut?

Yang berikutnya yang mungkin juga sering diremehkan orang.


Beranikah, pemirsah, menghitung jenis atau macam krupuk di Indonesia?

Krupuk adalah makanan ringan yang pada umumnya dibuat dari adonan tepung tapioka dicampur bahan perasa seperti udang atau ikan. Kerupuk dibuat dengan mengukus adonan sampai matang, kemudian dipotong tipis-tipis, dikeringkan di bawah sinar matahari sampai kering dan digoreng dengan minyak goreng yang banyak. Makanan ini populer di kalangan masyarakat Indonesia sebagai lauk hidangan serta sebagai jenis lomba makan utama pada peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia.

Kerupuk tidak selalu berbahan dasar tepung tapioka, tetapi lebih kepada 3 proses persiapan. Pembuatan, pengeringan, dan pemasakan (bisa digoreng dengan minyak ato pasir, atau dibakar).

Kerupuk bertekstur garing dan sering dijadikan pelengkap untuk berbagai makanan Indonesia seperti nasi goreng dan gado-gado.

Kerupuk udang dan kerupuk ikan adalah jenis kerupuk yang paling umum dijumpai di Indonesia. Kerupuk berharga murah seperti kerupuk aci atau kerupuk mlarat hanya dibuat dari adonan sagu dicampur garam, bahan pewarna makanan, dan vetsin.

Kerupuk biasanya dijual di dalam kemasan yang belum digoreng. Kerupuk ikan dari jenis yang sulit mengembang ketika digoreng biasanya dijual dalam bentuk sudah digoreng.

Kerupuk kulit atau kerupuk ikan yang sulit mengembang perlu digoreng sebanyak dua kali. Kerupuk perlu digoreng lebih dulu dengan minyak goreng bersuhu rendah sebelum dipindahkan ke dalam wajan berisi minyak goreng panas. Kerupuk kulit (kerupuk jangek) adalah kerupuk yang tidak dibuat adonan tepung tapioka, melainkan dari kulit sapi atau kerbau yang dikeringkan.

Nah darimanakah sebenarnya Kerupuk itu ?

Menurut sejarawan kuliner Fadly Rahman, kerupuk sudah ada di Pulau Jawa sejak abad ke 9 atau 10 yang tertulis di prasasti Batu Pura. Disitu sudah tertera tentang kisah Krupuk Rambak (dari kulit sapi atau kerbau), dan akhirnya pengaruhnya menyebar ke berbagai pulau hingga ke abad 19 menembus ke Malaysia.

Wait,

Bukankah kerupuk sudah termasuk mendunia? Apakah kita bisa membuktikan krupuk seharusnya menjadi barang dagang penting karena pernah ditukar dengan pesawat Sukhoi dari Rusia seharga 15 Triliun Rupiah?


Okay, terakhir dan bukan berarti tidak penting, ini adalah makanan kesukaan Saya sejak kecil.


Penganan enak yang sedang diusulkan menjadi warisan budaya dunia ke UNESCO untuk tahun 2021 ini memang sudah layak menyandang predikat tersebut karena selain sudah mulai dikenal di pelbagai pelosok dunia, sejarahnya di Indonesia telah tersusun dengan rapi dan panjang bukti - buktinya.

Tempe adalah makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap biji kedelai atau beberapa bahan lain yang menggunakan beberapa jenis kapang Rhizopus, seperti Rhizopus oligosporus, Rh. oryzae, Rh. stolonifer (kapang roti), atau Rh. arrhizus. Sediaan fermentasi ini secara umum dikenal sebagai "ragi tempe".

Kapang yang tumbuh pada kedelai menghidrolisis senyawa-senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana yang mudah dicerna oleh manusia. Tempe kaya akan serat pangan, kalsium, vitamin B dan zat besi. Berbagai macam kandungan dalam tempe mempunyai nilai obat, seperti antibiotika untuk menyembuhkan infeksi dan antioksidan pencegah penyakit degeneratif.

Secara umum, tempe berwarna putih karena pertumbuhan miselia kapang yang merekatkan biji-biji kedelai sehingga terbentuk tekstur yang memadat. Degradasi komponen-komponen kedelai pada fermentasi membuat tempe memiliki rasa dan aroma khas. Berbeda dengan tahu, tempe terasa agak masam.

Tempe banyak dikonsumsi di Indonesia, tetapi sekarang telah mendunia. Kaum vegetarian di seluruh dunia banyak yang telah menggunakan tempe sebagai pengganti daging. Akibatnya sekarang tempe diproduksi di banyak tempat di dunia, tidak hanya di Indonesia. Berbagai penelitian di sejumlah negara, seperti Jerman, Jepang, dan Amerika Serikat. Indonesia juga sekarang berusaha mengembangkan galur (strain) unggul Rhizopus untuk menghasilkan tempe yang lebih cepat, berkualitas, atau memperbaiki kandungan gizi tempe. Beberapa pihak mengkhawatirkan kegiatan ini dapat mengancam keberadaan tempe sebagai bahan pangan milik umum karena galur-galur ragi tempe unggul dapat didaftarkan hak patennyasehingga penggunaannya dilindungi undang-undang (memerlukan lisensi dari pemegang hak paten).

Nah asal muasal tempe ini, seperti yang diulas oleh pakar tempe Universitas Gajah Mada, Mary Astuti dalam "Bunga Rampai Tempe Indonesia", telah ditemukan dalam bahasa Jawa di "Serat Sri Tanjung" berasal dari Banyuwangi pada abad ke 12 atau 13 dan juga di "Serat Chentini" oleh juru tulis keraton Surakarta, R Ng Ronggo Sutrasno pada 1814.

Ada dugaan kuat pula, tempe terjadi karena ketidaksengajaan atas buangan limbah di pabrik Tahu yang akhirnya dikonsumsi oleh kalangan menengah ke bawah hingga akhirnya merakyat.

Tapi lihatlah sekarang, dari tuturan beberapa bahan atau penganan di atas, tempe sudah mulai menjadi "Indonesia" banget di mata orang luar negeri.

Tapi kenapa baru sekarang pengakuannya, kenapa tidak dari dulu? Kapan kesadaran itu muncul?

Ah, Okay.

Itulah yang sebenarnya yang kita bicarakan dan diskusikan bersama teman - teman blogger dan beberapa tokoh yang datang seperti :
  • Kanti Janis - Pengacara, Novelis dan Aktivis Perempuan
  • Premita Fifi - Novelis dan Aktivis Perempuan
  • Raja Asdi - Aktivis dan Sineas
  • Fritz Simandjuntak - Pemerhati Olahraga dan Ahli Komunikasi
  • Adya Novali - Atlit Binaraga
  • Sandy Canester - Musisi
  • Iwan SJP - Ahli Komunikasi
untuk menyatukan visi dan misi kiranya nanti Indonesia di tahun 2020 dapat mewujudkan suatu kesatuan berupa "Indonesia - Suatu Takdir Kejayaaan". Bisa jadi berangkat dari kuliner seperti yang diterangkan oleh pak Kafi Kurnia, bisa pula berasal dari setiap lini atau profesi, yang nantinya akan muncul suatu kesadaran sama, seperti layaknya dulu Kebangkitan Nasional terjadi, yang gaungnya masih terasa hingga 110 tahun lamanya.

Gaung ini akan terus menerus didengungkan oleh kami semua, di tiap tanggal 20 setiap bulannya hingga tahun 2020. Dengan cita - cita agar Pemerintah khususnya Presiden akan awas tentang hal - hal kecil yang bisa diangkat dan dijadikan suatu 'Ciri KeIndonesiaan" yang tentunya nanti dapat mengangkat seluruh faktor yang ada di belakangnya dan membuat Indonesia kembali dan bahkan terus menjadi salah satu negara yang besar seperti yang diimpikan saat kepemimpinan Presiden Soekarno.

Ini bukan statement politik, menurut Kafi Kurnia. Tapi suatu gerakan bersama, dari berbagai jenis dan ragam profesi yang akhirnya menjadi kesatuan dan kesatuan untuk membuat Indonesia besar dan jaya seperti yang dahulu juga pernah terjadi.

Kita bisa buktikan nanti kalau akhirnya Ikan Asin, Kecap, Sambal, Kerupuk dan juga Tempe bisa menjadi beberapa hal yang sangat Indonesia BANGET!

Maka dari itu 'Takdir Kejayaan" sebenarnya bukanlah omong kosong, tapi kerja dan upaya kerja keras serta gotong royong bersama untuk tetap peduli dengan karya asli anak bangsa dan mengembalikan label itu ke tangan kita.

Terima kasih pak Kafi Kurnia.

Malam ini Saya terbuka. Mata saya melek, bahwa nasionalisme bisa bangkit dan membara hanya dengan kita merasa bersyukur bahwa kita adalah negara yang sebenarnya sudah subur dan makmur seperti apa kata Koes Plus Bersaudara di lirik lagunya "Tanah Surga".

Bukan lautan hanya kolam susu
Kail dan jalan cukup menghidupimu
Tiada badai tiada topan kau temui
Ikan dan udang menghampiri dirimu

Orang bilang tanah kita tanah surga
Tongkat kayu dan batu jadi tanaman

Kita yang harus bergerak. Kita yang harus bersatu. Kita yang harus terus berkarya. Sehingga "Gemah Ripah Loh Jinawi - Tata Tenterem Kerta Raharja" itu benar - benar terwujud dan terpampang nyata adanya!

Mari satukan Visi dan Misi kita, Indonesia Jaya 2020



Terima kasih telah diundang.
Terima kasih mbak Dewi.
Terima kasih teman - teman Blogger.

dengan Sandy Canester

dengan mas Adya Novali pemenang pertama Arnold Classic 2015 di Amerika


Salam Budaya.

Komentar

  1. Lengksp bgt sih kak... Juaraaaaa

    BalasHapus
  2. Belum terlambat untuk menjadi anti sinisme terhadap akar luhur dari bangsa. Nilai yang kita seret sejak kanak dan menjadikan sebuah mimpi yang bergerak menjadi kepriabadian.

    Ikan asin, kerupuk, tempe tempe dan sambal adalah jejak yang hampir tak memiliki nilai dalam perilaku keseharian kita, namun akar pengetahuan itu telah lama tertanam dalam prephonic salur lymbic thalamus kita.

    Salam.

    BalasHapus
  3. Indonesia kaya banget yaa mas , terutama dalam hal kuliner nyaa.. sampai kadang orang Indonesia binggung menyebut makanan khas nya apa , saking banyak makanan khas Indonesia soalnya. semoga kita generasi sekarang selalu bisa menjaga dan mengembalikan kejayaan Indonesia lagi yaa

    BalasHapus
  4. Saya yakin Indonesia bisa mewujudkan Takdir Kejayaan 2020, hal pertama yang kita harus lakukan adalah mengkonsumsinya di keluarga kita dahulu.

    BalasHapus

Posting Komentar