MERESENSI DAN MENSINOPSIS FILM ALA SAYA

Sejuta Kuliner Nikmat Jember - Bagian Kelima


Salam Budaya.

Judulnya memang agak lebay ya. Tapi ini bagian kelima dari keseluruhan perjalanan Saya mudik di kota tercinta. Bagian kedua dari bagaimana seperti biasanya, Saya mengalihkan kesedihan Saya untuk beralih ke makanan. Kali ini Saya melaporkannya dengan sudah agak bahagia. Karena jadwal yang Saya rancang full di Jember memang kebanyakan berupa berkunjung ke jajanan atau makanan yang sempat Saya suka atau ditunjuk teman sangat rekomen.

Jadi sudahlah marilah kita bergembira saja. Lupakan duka nestapa. Mari kita bersama bahagia. Lala lala (sambil mencari lagu apa yang cocok ...)


Hai hai apa kabar kawan

Siapkah kau untuk melangkahi masalahmu hadapi esok pagi

Hai hai apa kabar kawan

Siapkah kau untuk melangkah kemasa depan menantikan pelangi


Percayalah kawan esok kan berbeda

pasti kan engkau mencoba

Buat mimpimu jadi nyata oh nyata

Kita semua pasti bisa asalkan kita melangkah

Sambut hari yang indah


Marilah kita mensyukuri semua berkat Tuhan hidup ini

Kita bahagia kita bahagia

Bersama hangatnya mentari nikmati dan lukiskan memori

Kita bahagia kita bahagia

Ba ha gia iya

Ba ha gia iyaiya

Ba ha gia hoyeee


Hai hai bagaimana kawan

Apakah kau merangkai semua citamu bebaskan harapanmu

Hai hai bagaimana kawan

Apakah Kau menapaki babak baru pancarkan semangatmu


Jadi bagi teman - teman kemaren yang sempat menuduh Saya selalu sedih di blog Saya maaf ya. Saya sudah cukup bahagia. Karena Saya menemukan apa yang Saya mau. And I'm Happy.

Apalagi kalau makan yang berikut ini, yuk kita lanjutkan membahagiakan lidah ini. 

Okey, First Stop!

11. Gado - Gado Barokah

Muka cerah ceria karena Gado - Gado
Nah, menurut Pak Wikipedia,

Gado-gado adalah salah satu makanan yang berasal dari Betawi yang berupa sayur-sayuran yang direbus dan dicampur jadi satu, dengan bumbu kacang atau saus dari kacang tanah dan yang dihaluskan disertai irisan telur dan pada umumnya banyak yang menambahkan kentang rebus yang sudah dihaluskan untuk saus gado gado kentang rebus dimasak bersamaan dengan bumbu kacang kemudian di atasnya ditaburi bawang goreng. Sedikit emping goreng atau kerupuk (ada juga yang memakai kerupuk udang) juga ditambahkan.



Gado-gado dapat dimakan begitu saja seperti salad dengan bumbu/saus kacang, tetapi juga dapat dimakan beserta nasi putih atau kadang-kadang juga disajikan dengan lontong.



Nah, baru tahu juge Gado - Gado ternyate dari Betawi. Wah wah wah.

Biasanya aku dan Nunung, nyasar ke Gado - Gado di daerah Stasiun atau depan SMA 1 Jember tapi kali ini kita ke yang depan BITCOM.


Gerobaknya pun masih yang klasik. Warna dan tampilannya mengundang selera.








Kita harus bangga lho punya Gado - Gado itu. Bahkan sekarang Indonesia beserta Kementrian Pariwisata sudah menetapkan Gado - Gado menjadi salah satu Kuliner Nasional beserta Soto, Rendang, Nasi Goreng dan Sate. Hmmm 



Oh, ya. Penjual Gado - Gado ini, sebut saja Pak Barokah, marah waktu Saya bilang satu fakta,



"Pak, Sayangnya Gado - Gado ini nggak ada dan nggak dijual di Madura."

(Bapak itu mendengus marah dan sedikit tersinggung)

"Ada lha, Mas. Wong saudara Saya aja jualan di sana"

Saya kekeuh bilang,
"Nggak ada, Pak. Yang di Madura, jualannya Do-Gado".

(Humornya garing. Krik Krik. Kriuk. Tapi semua orang yang beli di situ tertawa termasuk penjualnya). Wkwkwkwkwk


Mari makan, biar dapat Mbak Barokah (tetanggaku yang ikut TKW)



12. Kucur





Menurut Wikipedia



Kue Cucur atau Cucur (dalam bahasa Indonesia) di Jember di sebut Kucur atau kuih cucur (dalam bahasa Melayu), dan disebut khanom fak bua (ขนมฝักบัว) atau khanom jujun (ขนมจู้จุน or จูจุ่น) dalam bahasa Thailand, adalah kudapan tradisional di kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia, Malaysia dan Thailand Selatan . 


Versi Thailand



Di Indonesia, kue cucur dapat ditemukan di seluruh pasar tradisional; akan tetapi, versi popularnya, adalah versi Betawi dari Jakarta. Di Thailand Selatan, kue cucur sering dihidangkan di festival dan upacara pernikahan. Sementara, di Malaysia, istilah cucur lebih ditujukan untuk jenis kudapan goreng. Di Brunei dan Borneo Malaysia (Sabah dan Sarawak), kue cucur disebut sebagai Pinjaram.



Makanan pencuci mulut ini terbuat dari tepung beras dan gula aren yang digoreng. Kue cucur bersifat tebal menggembung seperti gunung di bagian tengah dan tipis di pinggirannya. Masyarakat Thailand percya bahwa kue ini mirip dengan bunga lotus yang dapat tumbuh di kondisi yang sulit. Melanmbangkan cinta dari pasangan yang baru menikah yang akan semakin bertambah dan sukses dalam kehidupan pernikahan. Masyarakat Thailand suka menampilkan kue ini di upacara pernikahan atau menguntungkan, atau di festival apa pun. Terkadang, kue ini juga diberikan sebagai hadiah. Dalam konsumsinya, masyarakat Thailand biasanya memakan kue ini langsung setelah digoreng karena kue ini masih lembut dan berwarna-warni, dan wangi. Jika dibiarkan selama satu jam, kue ini akan lengket, membantet, dan sangat berminyak. Di Indonesia, khususnya Jakarta, makanan ini termasuk makanan adat artinya pada upacara-upacara adat budaya Betawi, cucur wajib dihidangkan.



Nah, kali ini, Utik, temanku SMA membuatnya yang versi Hijau Pandan. Rasanya enak, legit dan tentunya berasa pandannya. Ya ampun, teganya aku disuguhi jajan kayak begini. Haduuuuuh ...


Tekstur Kucur yang tak terlupakan dan bentuknya yang kecil membuatnya Emplokable (hapable) alias satu kali emplok (satu kali hap habis)

Oh oh senangnya hatiku menikmati kue ini

13. Amsle dan Ronde



Malam itu dingin. Sabtu, seharusnya ceria. Saya berjalan di atas jam 10 malam. Mencari keringat. Udara di Jember lagi - lagi lebih dingin dari yang dibayangkan. Berjalan menyusuri jalan Raya, berniat mencari Ketan tapi ternyata masih suasana lebaran. Terus hingga sampai ke depan Matahari Plasa. Tempat Amsle dan Ronde, langganan mangkal. Seru kali ya kalau menikmati dingin - dingin begini.






Biasanya yang menjaga adalah seorang Bapak berambut putih, tapi kali ini yang bertugas adalah putranya. Dia bercerita juga kalau beberapa orang telah meliput penganan ini dari wartawan hingga blogger. Amsle dan Ronde di sini memang salah satu yang hits bahkan dari puluhan tahun yang lalu.



Lalu apa beda Amsle (Angsle) dan Ronde?






yang ada dibayanganku








Oke, oke begini ya, arti dan sejarahnya, jangan ribut, itu pun juga Saya dapat dari Wikipedia kok, sabar yaaa ....


Ronde adalah makanan tradisional China dengan nama asli Tāngyuán (Hanzi=湯圓;penyederhanaan=汤圆; hanyu pinyin=tāngyuán). Nama tangyuan merupakan metafora dari reuni keluarga (Hanzi=團圓;penyederhanaan=团圆) yang dibaca tuányuán (menyerupai tangyuan). 

dari https://redhousespice.com/tang-yuan/
Ronde terbuat dari tepung ketan yang dicampur sedikit air dan dibentuk menjadi bola, direbus, dan disajikan dengan kuah manis. Ukurannya bisa kecil atau besar, diberi isi maupun tidak. Masyarakat China biasa mengonsumsi tangyuan saat festival Yuanxiaoatau Festival Lampion atau Festival Dongzhi (Hanzi=冬至;penyederhanaan=冬至; Korea=동지;Vietnam=Đông chí; Indonesia=Hari Wedang Ronde)atau pada setiap kesempatan diadakan perkumpulan keluarga, misalnya saat pesta pernikahan.

Pada dasarnya memang Ronde atau TangYuan adalah Wedang dengan Bola Bola Beras yang Lengket hehehehe ...

Nah, Menurut legenda, pada masa Dinasti Han, terdapat seorang dayang kerajaan bernama Yuanxiao. Ia sangat merindukan kedua orang tuanya tetapi tidak dapat meninggalkan istana, akhirnya ia terus menangis dan ingin bunuh diri. Seorang menteri yang mengetahui hal tersebut berjanji akan menolongnya. Apa yang perlu dilakukan Yuanxiao adalah membuat Tangyuan sebanyak mungkin (yang merupakan masakan terbaik yang bisa ia buat) sebagai persembahan kepada dewa di tanggal 15 bulan 1 Imlek. Yuanxiao berhasil melakukannya dan sang kaisar merasa puas. Yuanxiao diizinkan bertemu kedua orang tuanya. Semenjak saat itu, pada tanggal 15 bulan 1 penanggalan Imlek diadakan Festival Yuanxiao atau Festival Lampion.


Menurut catatan sejarah, tangyuan telah menjadi camilan populer di China semenjak Dinasti Sung.






Berbagai nama digunakan untuk merujuk ronde berdasarkan catatan sejarah. Pada masa Kaisar Yongle dari Dinasti Ming, nama yang digunakan adalah yuanxiao (dari Festival Yuanxiao), nama yang digunakan oleh penduduk China bagian utara. Nama tersebut secara harafiah berarti "malam pertama", merujuk pada bulan purnama pertama setelah Tahun Baru Imlek.



Penduduk China bagian selatan menyebutnya tangyuan atau tangtuan. Legenda mengatakan bahwa pada masa pemerintahan Yuan Shikai (1912-19160, ia tidak menyukai nama yuanxiao (元宵) karena terdengar seperti (袁消) "menggeser Yuan", jadi ia memberi perintah untuk mengubah namanya menjadi tangyuan.[4] Nama tersebut memiliki arti "bola bulat dalam sup". Menurut dialek Hakka dan Kanton (dua dialek besar di China bagian selatan), "tangyuan" diucapkan sebagai tong rhen dan tong jyun. Istilah "tangtuan" (Hakka: tong ton, Kanton: tong tyun) tidak terlalu sering digunakan.



Penduduk China utara makan yuanxiao sementara penduduk selatan makan tangyuan. Meskipun bentuknya sama, rasanya dapat sedikit berbeda karena perbedaan selera. Penduduk selatan menyukai tangyuan yang diberi isi yang manis, antara lain adalah gula, wijen, bunga osmanthus, pasta kacang manis, dan manisan kulit jeruk. Penduduk utara lebih menyukai isi yang asin: daging giling dan sayuran. Selain Yuan Shikai mengganti nama “yuanxiao”, sebagaimana ditulis oleh Yu (2002), sebenarnya yuanxiao dan tangyuan cukup berbeda cara pembuatannya. Menurut Hao (2009), penduduk utara membuat yuanxiao dengan cara memadatkan isi hingga berbentuk bulat kemudian menggulirkannya di atas keranjang yang diisi tepung ketan, sambil terus memerciki dengan air sampai bentuk bola terbentuk. Sebaliknya, Hao (2009) menyebutkan bahwa penduduk selatan membuat tangyuan dengan cara membuat adonan tepung ketan menjadi bentuk bola dengan isi berada di tengahnya.



Bagi masyarakat China di China daratan maupun di seberang laut, tangyuan (ronde) selalu dimakan bersama-sama sekeluarga. Bentuk tangyuan yang bulat dan mangkuk yang bundar melambangkan kebersamaan keluarga.



Ronde (dan tangyuan) meskipun awalnya adalah makanan yang dikonsumsi saat festival, sekarang telah menjadi jajanan yang dikonsumsi kapanpun sepanjang tahun. Misalnya, tangyuan secara tradisional berwarna putih, tetapi untuk menarik konsumen, penjual biasanya memberi rasa atau warna yang berbeda, misalnya diberi isi cokelat, kentang tumbuk, atau pasta labu kuning.



Penduduk China utara biasanya mencampur wijen, kacang, dan pasta kacang manis untuk isinya. Ukuran tangyuan dari selatan biasanya lebih besar.



Isi manis biasanya:
Sepotong permen gula tebu
Pasta wijen (biji wijen hitam ditumbuk dicampur gula dan lemak) - isi paling umum untuk tangyuan
Kacang (atau mentega kacang) dirajang (atau ditumbuk) dengan gula

Tangyuan pertama kali direbus dalam air kemudian disajikan dengan kuah sup. Tangyuan yang diberi isi manis (ronde) disajikan dengan kuah jahe yang diberi sirup. Tangyuan yang tidak diberi isi juga disajikan sebagai makanan penutup berupa sup manis (dikenal di Kanton sebagai tong sui yang secara harafiah berarti air gula). Jenis yang umum antara lain:
Sup kacang merah
Sup wijen hitam
Jahe dan gula batu
Jiuniang (ketan terfermentasi; 醪糟 atau 酒釀), bunga Osmanthus, dan gula batu.

Ronde di Indonesia

Ronde merupakan tangyuan yang telah bercampur dengan budaya masing-masing daerah atau selera lokal. Cara pembuatannya mirip dengan pembuatan tangyuan oleh penduduk Cina bagian selatan, diisi kacang manis tumbuk, dan disajikan dengan air jahe. Istilah Wedang Ronde merujuk pada air jahe panas (wedang adalah bahasa Jawa yang merujuk pada minuman panas) yang disajikan bersama dengan ronde. Air jahe juga bisa menggunakan gula kelapa, diberi taburan kacang tanah goreng (tanpa kulit), potongan roti, kolang-kaling, dan sebagainya. Wedang Ronde sudah sangat umum bagi masyarakat Indonesia sehingga banyak yang mengira bahwa asalnya adalah asli dari Indonesia.

Sebagian warga China di Indonesia membedakan tangyuan dan yuanxiao sebagai berikut. Tangyuen adalah ronde tanpa isi (disajikan dengan air jahe manis) yang dikonsumsi pada tanggal 22 Desember, sementara yuanxiao adalah ronde dengan isi manis (disajikan dengan kuah tawar) yang dikonsumi pada purnama pertama pada tahun baru Imlek.

Di Pulau Bangka, tangyuan dinamakan "siet yen", yang dibuat dari ketan atau ubi yang disajikan dengan kuah dari gula aren atau jahe.


Nah sepertinya bapak penjual ini punya beberapa Set bahan yang begitu diganti kuahnya, dia akan otomatis mengubah Ronde menjadi Amsle.

Meracik Ronde
Lalu bagaimana dengan Amsle atau Angsle?



Angsle atau wedang angsle adalah minuman khas Jawa Timur yang menyerupai kolak. Penjual angsle tradisional dulu berkeliling kampung hanya pada malam hari, karena angsle yang hangat pas disajikan saat malam hari atau saat hujan. Namun, sekarang banyak penjualan angsle yang berjualan tidak hanya malam hari saja, bahkan sekarang angsle dapat disajikan dengan Es Batu. 

Makanan ini berasal dari Kota Malang, tetapi sekarang daerah-daerah lain di Jawa Timur juga menjualnya, seperti Kota Surabaya dan Lumajang

Bahan-bahan campuran angsle antara lain petulo, ketan putih, kacang hijau, potongan roti, mutiara, daun pandan, jahe, kacang tanah goreng, santan, gula, irisan buah kolang-kaling, dan emping belinjo.

Kuah angsle awalnya dibuat hanya menggunakan daun pandan, vanili, dan santan. Jahe tidak dimasukkan karena dianggap akan mengubah rasa. Tapi, karena diberi label “wedang”, sebagian penjual akhirnya menambahkan jahe.

Yang paling memudahkan adalah Amsle itu Keruh sedangkan Ronde itu Jernih atau Bening
Pokoknya enak dan anget deh dua - duanya. Hmmmm .....

14. Nus Item

Pagi itu pamit, mau berangkat ke arah kuliner berikutnya. Ibu menyapa, 
"Nggak sarapan dulu, Le".
Aku menolak, karena memang tujuanku pergi untuk makan. Takut nanti malah nggak selera.
Ibu merayu.
"Masakane, senenganmu, lho. Iwak Nus (Ikan Cumi)".
Langkahku terhenti dengan melangkah cepat menuju ke dapur.


Ini masakan kesayangan keluarga kami. Ikan Cumi yang, duh apa dan gimana masaknya Saya gak begitu paham. Tapi malah hitam dari tinta cumi malah digunakan sebagai salah satu bahan masakannya. Di Jember, ikan ini tidak asin tapi gurih dan sedap. Apalagi cumi yang besar dan punya telur di dalamnya.

Duh, rusak sudah seleraku untuk makan yang lain.
Untuk menghormati yang masak. Aku comot seekor dan langsung dengan cepat mengunyahnya.

Woah.
[Speechless]


Aku mendesah sedikit.

Mencium tangan Ibu dan naik Grab bike. Pergi.
Berusaha melupakan jauh-jauh Masakan Nus itu. 

Duh. Enaknyaaaaaaaaaaaaaaaaaa ....


15. Tahu Lontong - Warung Mak Asni - Ambulu

Sebenarnya perjalanan kami sesiangan sudah dihiasi dengan berbagai kunjungan kuliner. Tapi Saya sengaja nanti laporannya berbeda, memisahkan mana yang termasuk makanan yang memang sajian khusus suatu tempat, mana yang hanya restoran atau cafe dengan sajian umum. (makanya nantikan terus laporan Saya, ya!)

Malam itu kami tiba - tiba saja, menjelajah ke Ambulu. Ditemani oleh Garry dan kak Yeyen kami mampir ke tempat yang lagi - lagi tak terbayangkan bahwa ini salah satu khas Jawa Timur yang memang patut dicoba dan dicicipin.


Jam hampir menunjukkan 11 malam. Suasana sepi sekali. Warung itu hanya dikelola oleh 2 orang Ibu bermata sembab mungkin tak begitu kuat melek. Mereka dengan agak slowly but sure, menggoreng dan meracik bahan - bahan dari Tahu Lontong.

Dengan harap - harap cemas, Saya menunggu dan segera ingin tahu bagaimana rasanya. Karena terus terang perut sudah full. Yang Saya rasakan hanyalah bumbunya. Karena semua itu rahasinya dibumbu. Akankah bisa merasuk di lidah dan perut Saya yang sudah cukup kenyang?

Sepertinya Saya harus pesan yang plus - plus namanya tentu sedikit berubah menjadi Tahu Lontong Telur. Wahaaaaaaaaaaaaa....




Wooolaaaa ....
Hmm .. bumbu kacangnya pekat, bawang gorengnya wangi, campuran petisnya terasa dengan pedas yang cukp. Lontongnya membuat makanan ini lebih bergairah apalagi dipadu dengan telur yang lebih membuatnya bersahabat kental. Krupuk menjadi aksesoris yang mengantar kita ke surga dunia.

Hadddduuuuh. Kenapa sih harus di Ambulu. Ambulu sendiri adalah salah satu kecamatan di Jember yang memang masih beberapa puluh kilometera dari pusat kota. Tapi mungkin demikian adanya, kita bakal mendapatkan tambang emas di tempat terpencil.


Racikan bumbu bertabur bawang goreng dan kecambah. Menambah jadi bikin tambah. Hah!


Hanya dengan harga sekitar 10 ribu rupiah, plus Yeyen berbisik sedikit lebay,
"Ini tamu dari Jakarta, Ibu".
Kedua Ibu itu tersenyum. Kedatangan tamu jauh yang mengapresiasi jualan mereka itu lebih dari segalanya bagi mereka berdua.

Saya pun tersenyum. Semoga mereka berdua tetap dilimpahkan berkah dan rejeki walau harus terus terjaga di malam - malam sunyi.

16. Pecel Tengah Malam - Mbak Nike - Gang SMP 2 Jember

Omong - omong masalah malam - malam. Mari kita berkeliling malam lagi. Ada nggak sih sesuatu yang bisa kita makan pas jam 12 misalkan. Siapa tahu ada kuntilanak lagi capek ketawa butuh isi perut.

Eh, ternyata ada. Mbak Nike ini adik kandung dari teman saya semasa SMA, namanya Niko (berharap - harap cemas moga moga, saudara mereka tidak bernama Niki, Niku dan Nika)

Tapi yang perlu di apreasiasi, mbak Nike memang sengaja buka pas Midnight alias jam 12 malam. Ada yang banyak meragukan kenapa dia harus begitu, tapi menurut Saya ini ide hebat. Karena di malam hari sebenarnya kehidupan Jember itu masih menggeliat tapi menemukan yang nyantol di lidah masih terbuka peluang yang besar bagi siapa saja yang mau berusaha.


Orangnya ramah, baik dan dengan telaten menawari orang yang memang kebanyakan pekerja malam yang baru usai melaksanakan profesinya masing - masing.

Mau lauknya apa mas?

Sate Telur Puyuh dan Sate Daging

Mau Ayam atau Daging?

Mau Sayur Tahu atau Telur Bumbu Bali?

Lawuh Tempe opo Ndog Asin (Mau lauk tempe atau telur asin?)

Udah segini ya Mas, aku siram pake bumbu pecel atau siram pakai kenangan manis yang pernah kita lalui bersama?

Selalu in love sama namanya Pecel. Haduuuuuuh. Aku dag dig dug kalau ditawarin pecel.


Pecel atau pecal adalah makanan yang menggunakan bumbu sambal kacang sebagai bahan utamanya yang dicampur dengan aneka jenis sayuran. Makanan ini populer terutama di wilayah DI Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.



Asal kata dan daerah pecel belum diketahui secara pasti. Dalam bahasa Jawa, pecel dapat diartikan sebagai 'tumbuk' atau 'dihancurkan dengan cara ditumbuk'. Pecel berasal dari Ponorogo, Jawa Timur, karena sambal kacang yang digunakan dalam campuran pecel juga digunakan dalam bumbu sate Ponorogo. Makanan ini juga mirip dengan gado-gado yang dibedakan oleh campuran bahan dan tekstur bumbunya.



Pecel juga dapat ditemukan di Malaysia, Filipina, Thailand, dan Suriname dengan cita rasa yang sedikit berbeda dari pecel di Indonesia karena perbedaan jenis kacang yang digunakan.

dari Mas Wikepedia

Ayo Mecel dulu!

17. Tahu Campur Lamongan Pak Ali


Sebenarnya ada Tahu Campur yang cukup terkenal di Jember tempatnya di emperan Kantor PDAM Jember. Tapi kali ini, Ibu Nunung yang lagi - lagi mengantar dan merokemen Saya, ada Tahu Campur yang nggak kalah ciamiknya. Tahu campur Lamongan Pak Ali yang ada di jalan Sumatera.



Okay, Go!




Tahu campur adalah salah satu makanan khas Jawa Timur. Tahu campur terdiri dari sop daging sapi kenyal, tahu goreng, perkedel singkong, taoge segar, selada air segar, mi kuning, dan kerupuk udang. Semua ini kemudian dicampurkan ke bumbu petis, bawang goreng, dan sambal. Masakan ini banyak dijual di warung kaki lima dengan label "Tahu Campur Lamongan".

Entah kenapa dari dulu ada rasa eksotis bila mencicipi Tahu Campur ini. Ada seladanya yang bisa masuk diiringi rasa petis yang gurih dan sambal yang pedas. Uih Uih Uih...




Sekali lagi tanpa disadari, kehadiran petis di pelbagai makanan khas di Jember (kebanyakan Jawa Timur) memang sangat penting. Jadi, bagaimana hidupku di Jakarta, hidup tanpa petis?

Hidup tanpa Petis. 

Tahu campur dengan aksesoris Sate Jeroan
Okay.

Saya peringatkan sekali lagi ya, apa yang Saya makan di atas merupakan sajian gambar saja. Ada beberapa yang hanya penampilan, dan tak dimakan sekaligus atau Saya hanya pinjam dari beberapa teman sebagai review. Tetap Saya tekankan kita harus tetap hidup sehat dan menjaga apa yang kita makan dan minum.


Ini bukan kampanye makan dan jajan yang tak beraturan sehingga tak mengkontrol kesehatan. So, jangan baper yaaa!


Hahaha ....


Sepertinya perjalanan kuliner harus berakhir karena memang waktu jualah yang membuat Saya harus pamit dan balik ke Jakarta. Ada beberapa review yang Saya batalkan karena tak cukup membuat orang benar - benar tertarik. Jadi mohon maaf. Untuk yang berkaitan dengan restoran atau cafe atau tempat makan akan Saya sediakan laporan khusus. Jadi sekali lagi jangan takut.


Terakhir malam itu Saya mampir ke salah satu kedai milik teman.


18. Bakoel Mie - Mbak Angel


Kedai kedai ini berkerumun jadi satu di PUJASERA "Kalimatan" di jalan Kalimantan. Sebenarnya review terakhir ini tak direncanakan karena memang hanya mampir dan mencicipi. Tapi menurut Saya layak karena memang rasanya lain daripada lain dan level pedasnya memang bisa diatur. Untuk menantang, Saya hanya mau pilih ke Level 2.


Namanya Mie Goreng Mesoh (Aksen Jember untuk mengatakan Misuh - Bahasa Jawa untuk Mencaci)


Konsepnya bagus, bahwa level kepedasan akan membuat orang mencaci saking pedesnya. Tapi mereka gak mau, mencacinya kasar atau dengan menyekutukan dengan mahluk iblis, setan, atau yang lainnya. Mereka mau berkah, mereka mau tetap diberkahi oleh Tuhan dan malaikatnya. Makanya mereka menyebutnya Mbak Angel (Mbak Malaikat)

All Right!


Mienya tergolong mie basah (walaupun nantinya tidak selembek ini) dan mengacu pada Mie Chinese yang sekarang agak susah juga orang menjualnya. Kebanyakan orang memilih Mie Goreng, Mie Pangsit atau Mie Jawa Rebus (semoga Saya tidak salah).

Bagaimana level kepedasannya?



Wah, kapok Saya hahaha. Walaupun kayak orang Jember bilang Kapok Lombok (kapok tapi nanti diulang lagi). Sekali lagi rekomen, bagi teman - teman di kampus dan sekitarnya yang mau mencicipi. Enak dan murah meriah, hanya 10 ribu rupiah.



Wow.



Ya Allah, benar - benar nikmat. Sejuta Kuliner Nikmat Jember harus berakhir di sini. Sekali lagi sebenarnya masih banyak tempat yang harus Saya datangi dan icipi tapi belum sempat.



Doakan beberapa bulan lagi Saya datang lagi dan bakal akan melakukan namanya Gerayang Kuliner hahahaha.



Terima kasih Tuhan. Terima kasih untuk semua pihak yang telah mensponsori kedatangan Saya dan pola incip - incip ini.



Terima kasih buat Ibu, Puji, Endah dan si April, Nunung Nuring, Maseko, Leo dan Istri, Po Su dan Istri, Cika, Billy, Ester, Dyah Pitasari, Farid, Garry, Yeyen, Utik, Nike, Niko ...



Tanpa kalian semua makanan di atas tak mungkin terincipin.



Akhir kata. Pleasssseeee ... cintai masakan Indonesia. Hormati dan kembangkan serta bawa kebanggaan makanan lokal dan daerah kita masing - masing. Suatu hari nanti kita tak ingin kalau tulisan dan foto - foto di atas hanyalah sejarah.



Kalau perlu daganglah atau bawa atau ekspor. Atau ajak Saya ke Jember hahahaha.


Udah ah. Saya senang dan bahagia di laporan ini. Terima kasih sekali.

Salam Budaya.


Salam Bahagia dari Doraemon

Komentar

  1. Biasanya ada langganan gado-gado siram di Sukun, Malang mas, rasanya ajiiiib.

    Kalau kue kucur favoritnya anak-anak nih.

    BalasHapus
  2. Banyak fan cukup variatif ya. Puas ni kulineran kalau kulineran disana

    BalasHapus
  3. nggak nyangu petis tah? aku nyangu sekilo :D wakakakaka..

    BalasHapus

Posting Komentar