Dukun - Film Seram Penuh Kecam



Salam Budaya!

Sepertinya baru Saya sadari bahwa beruntung Saya bisa menyaksikan film ini tanpa sengaja. Selasa, Pukul 2 di Cinemaxx Plaza Semanggi, Saya diajak nonton oleh Kak Nuty bareng teman - teman blogger.

Pertama mendengar judulnya, Saya agak underestimate. Film Malaysia? Bergenre Horror? Berjudul "Dukun". Ada sedikit senyuman mendengarnya. Tapi Saya tiba - tiba batal membayangkan bahwa ini film biasa. Ini seharusnya film yang semestinya 'tidak biasa'. Kenapa dia harus diputar sekarang? Kenapa? 

Ah lebih baik, Saya tonton dulu. Untuk lebih tahu apa sebenarnya film yang berjudul "Shaman" ini dalam versi Englishnya.


Menengok ke Wikipedia:

Film ini ternyata telah diproduksi sejak tahun 2006. Film ini merupakan adaptasi bebas dari kisah nyata atas suatu pembunuhan mengerikan yang terjadi pada mantan Politisi Malaysia bernama Datuk Mazlan Idris, yang dilakukan oleh Mona Fandey, seorang penyanyi terkenal di Malaysia yang berubah menjadi tabib dukun yang dipenjara di tahun 1993. 


Film ini seharusnya dijadwalkan dirilis tahun 2007 tapi ditunda dengan tak ada keterangan resmi, ada kemungkinan disebabkan oleh ceritanya yang mengadaptasi kasus pembunuhan tingkat tinggi dan kontroversi dari cerita itu sendiri. Keluarga Mona Fandey pun telah menyuarakan ketidakpuasan terhadap isi film dan adaptasinya setelah pengumuman bahwa film akan rilis. Para produser telah membantah bahwa film ini hanyalah adaptasi bebas dan bukan menceritakan kasus yang sebenarnya. 

Film ini kembali mendapatkan perhatian yang berarti 12 tahun kemudian saat beredar kabar kalau cuplikannya muncul secara online yang mendapatkaan perhatian serius dari FINAS (Perbadanan Kemajuan Filem Nasional), pihak Polisi dan juga Astro Shaw.  Setelah mengalami pertimbangan serius sebagai bagian dari Astro Shaw, akhirnya diputuskan dan  diumumkan kalau film akan dirilis ke penjuru negeri 5 April 2018, setelah lebih dari 10 tahun produksi. 

Sekali lagi film ini adalah terjemahan bebas dari kasus Mona Fendy di tahun 1993. 

Siapakah sebenarnya si Mona Fendy ini?



Bernama asli Maznah Ismail (1 Januari 1956 – 2 November 2001), lebih dikenal dengan nama Mona Fandey, adalah seorang penyanyi pop. Setelah meninggalkan bisnis di bidang musik, ia jadi makin terlibat dengan aktivitas ilmu hitam dan dikenal dengan sebutan BOMOH (atau dukun dalam bahasa). Ia mulai menawarkan jasanya ke para klien, yang kebanyakan dari kalangan menengah ke atas. Ia juga mengklaim menyediakan klien politisi yang bisa memerintah partai dengan pelbagai jimat dan ajian. 

Seperti dilaporkan kalau Mazlan Idris, anggota Dewan untuk konstituante Batu Talam daerah Pahang ingin sekali meningkatkan karir politiknya dan mencari jasa Mona. Mazlan adalah seorang lulusan Amerika dan seorang politisi yang ambisius ingin menguasai partai (UMNO) United Malays National Organisation. Di masa itu, Mona bekerja sama dengan suaminya yakni Mohamad Nor Affandi Abdul Rahman (44 tahun), dan asisten mereka Juraimi Hassan (31 tahun). Mona dan sang suami berjanji akan membantu Mazlan dengan memberikan jimat yang terdiri dari tongkat dan surban sbatmi yang milik mantan Presiden Indonesia Sukarno. Mona meyakinkan Mazlan kalau ia bisa 'menghilang' bila ia memegang ajimat itu. Sebagai bayarannya, Mona meminta 2,5 juta Ringgit Malaysia (sekitar 8,8 Miliar Rupiah). Mazlan telah membayar uang DP sebesar 500 ribu Ringgit Malaysia dan 10 sertifikat tanah yang bernilai sisanya yakni 2 Juta Ringgi Malaysia. 

Sebuah perjanjian diadakan untuk ritual pembersihan dilakukan di rumah Mona. Mazlan diperintahkan untuk berbaring di lantai dimana Mona meletakkan bunga di wajahnya. Ia menyuruh Mazlan untuk menutup matanya dan menunggu uang yang bakal "jatuh dari langit". Juraimi lantas dengan kapak, memenggal kepala Mazlan. Mereka juga memotong - motong dan menguliti badan Mazlan. Tubuhnya yang terpisah 18 bagian tertimbun di suatu gudang dekat rumah Mona di Kampung Peruas, Ulu Dong, Raub Pahang.

Umie Aida berperan sebagai Diana Dahlan sebuah adaptasi bebas Mona Fandey 


Mazlan dilaporkan hilang pada 2 Juli 1993 setelah menarik 300 ribu Ringgit Malaysia (sekitar lebih dari 1 Miliar Rupiah) dari bank. Setelah pembunuhan, Mona dilaporkan belanja dan berfoya-foya dimana ia membeli Mercedes-Benz dan melakukan facelift. Diduga pembunuhan terjadi antara pukul 10 hingga 12 malam pada 18 Juli 1993. Pada tanggal 22 Juli 1993, polisi menemukan potongan tubuh Mazlan; serta merta Mona, suaminya dan Juraimi ditangkap dan pengadilan dengan publikasi yang tinggi dimulai. 


Interpretasi Penangkapan Mona

Mereka mulai disidang di Pengadilan Temerloh dan diputuskan ketiga-tiganya bersalah dengan hasil dihukum gantung hingga mati. Mereka sempat mengajukan permintaan maaf untuk mengajukan grasi untuk terakhir kalinya tapi ditolak. Makanan terakhir mereka adalah KFC pada malam terakhir eksekusi. Mona, Affandy, dan Juraimi akhirnya meninggal di tiang gantungan pada November 2001 di Penjara Kajang. Penjaga penjara sempat melaporkan bahwa ketiga orang tersebut tak pernah menunjukkan ekspresi penyesalan bahkan di akhir hayatnya. 

Sepanjang pengadilan, Mona selalu mempertontokan tingkah yang aneh seperti selalu tampak gembira, terus menerus tersenyum dan berpose di depan para wartawan dan fotografer. Dia berdandan dan berbusana heboh dengan desain yang menyala dan berwarna terang. Dia juga sering menekankan, "kelihatannya saya punya banyak fans". Juga dilaporkan bahwa selama dia dieksekusi ia terus mengucapkan "aku takkan mati", dan masih saja tenang dan tersenyum. 


Mona yang selalu tersenyum dan pakaiannya yang mencolok


Mona Fandey memperoleh kemasyuran lebih daripada di saat ia masih menjadi penyanyi pop. Liputan menyeluruh lokal maupun internasional terjadi di saat pengadilan yang menyita perhatian masyarakat. Bahkan pergerakan anti hukuman mati termasuk Amnesti Internasional menyuarakan kecaman mereka terhadap hukuman itu. Bahkan di tahun 2002, Sutradara film Malaysia Amir Muhammad membuat film pendek berjudul Mona dalam 6 seri.

Kasus Mona Fandey dikenal juga dengan berakhirnya pengadilan bermodel juri. Kisah sensasi ini akhirnya membuat pemerintah Malaysia memutuskan untuk menghentikan sistem juri. Seluruh sistem Pengadilan juri dihapuskan per 1 Januari 1995. 



Nah, apa jadinya di Film?

Di tahun 2006, sebuah film oleh Dain Iskandar Said berjudul Dukun telah terlanjur diasumsi dibuat berdasarkan kisah Mona Fandey. Pemutaran umum untuk khalayak ramai film yang sangat dinanti masyarakat ini selalu diudur, karena memang berkaitan dengan isi film ini, hubungan tentang Mona Fandey, dan efeknya terhadap keluarganya. Tapi, film tetap saja bocor di online melalui Facebook di awal Pebruari 2018. Akhirnya siap dirilis di bioskop 5 April 2018.


Dain Iskandar Said

Film yang diklaim diawal sebagai


This is a work of fiction. Names, characters, places and incidents either are products of the author’s imagination or are used fictitiously. Any resemblance to actual events or locales or persons, living or dead, is entirely coincidental.


Dimungkinkan agar tidak ada yang menuntut di kemudian hari karena memang terjadi beberapa perbedaan yang ada di film. Film ini tetap mengisahkan dongeng tentang terpikatnya orang untuk tetap kaya, berkuasa, muda, cantik, kaya namun untuk memenuhi itu haruslah ada darah yang terbayar. 

Kisah terpusat pada pengacara yang sedang bermasalah dan galau, yakni Karim yang tengah mencari anaknya yang hilang, Nadia. Rasa putus asanya mengantarkan dia dengan pembunuh yang harus dia bela, Diana Dahlan, yang nantinya akan menghubungkan hilangnya Nadia ke rahasia tergelap yang mengakibatkan Karim kehilangan semuanya. 


Faizal Hussein sebagai Karim - Pengacara Diana yang juga menjadi narasi Film


Menurut Saya film ini seram. Cara penokohan Diana Dahlan yang apik membawakan interpretasi Mona Fandey begitu khas dan pas. Walaupun kontroversi dan beberapa adegan memang tidak cocok untuk semua umur dan terlihat menjijikan serta mengerikan (walaupun sudah ada sensor sana sini) sangatlah menggambarkan dengan sangat gamblang. Bahwa kemungkinan besar begitulah yang terjadi waktu itu ketika seorang Mona Fandey berlaku sebagai seorang Dukun.

Bahkan untuk kepentingan perannya tersebut Umie Aida sempat tinggal bersama ular, yang selama itu ia takuti, selama dua bulan. Ia tidur dengan mereka untuk merasakan betapa seorang dukun sangat hidup tak takut dengan apa yang ia rasakan. Si Umie sendiri tapi akhirnya merasa takut di saat ia harus berakting digantung karena dilakukan di tempat Penjara Pudu yang tinggal puing. Namun ia berhasil mengatasinya.

Umie Aida memang memikat.


Diana Dahlan yang mempesona tapi aneh


Beberapa detail memang berbeda dengan kisah aslinya seperti tongkat Batak dijadikan latar belakang berasal dari Indonesia atau ternyata percobaan ilmu kekebalan yang gagal dijadikan sebagai suatu permasalahan di Pengadilan, menurut Saya merupakan gagasan pintar dari si empunya cerita untuk sedikit membelokkan kisah, tapi menurut Saya malah menjadi gagasan menarik bagi Saya untuk tetap menantikan 'kunyahan' film ini selanjutnya.

Karena bagi Saya, horror terseram dalam hidup ini adalah kejahatan manusia yang digambarkan dengan keserakahan serta rencana jahat yang telah tersusun. Ini bukan film hantu dan film mahluk aneh yang membuat Anda kaget. Tapi sebuah dongeng seram yang bisa saja terjadi di samping kanan atau kiri rumah kita. Dimana siapa tahu orang cantik yang kita kenal adalah tak seperti yang kita bayangkan.

Terlebih yang harus diacungi jempol adalah penata suara atau soundnya yang jernih sekali karena memang dipoles ulang. Salut!

Oh ya beberapa pemain mungkin bisa Anda kenali di sini karena ada Bront Palare (pemeran bapak di Pengabdi Setan) dan juga Chew Kin Wah yang kita kenal di film Cek Toko Sebelah.


Bront Palarae sebagai Shah menemani Nam Ron sebagai Penyelidik Talib.

Akhir kata, walaupun masih jauh dari Film sempurna, Saya harus akui film ini bagus. Anda nanti bisa lihat, beberapa adegan yang membutuhkan editing, efek dan juga make up sudah demikian mendukung dan membuat kita ngeri. Ciamik dah!


Kru, Faissal Husein, Dain Iskandar Said dan Umie Aida

Okay, semoga Anda bisa menikmatinya.

Lega usai nonton film yang seram


Berikut soundtrack dari film tersebut yang dinyanyikan sendiri oleh Umie Aida.

Salam Budaya!




Komentar

  1. Takut tapi pengen nonton. Jaman sekarang dong ya, kearifan lokal tetap berjaya. #2019GantiDukun 😁😁

    BalasHapus

Posting Komentar