- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Penjual Makanan yang Mestinya Bikin Perut dan Lidah Kita Geger |
Salam Budaya!
Beberapa bulan terakhir ini Indonesia memang lagi mengalami gonjang-ganjing, suhu politik memanas, kriminalitas kadang membuat kita gerah, belum lagi berita yang tiap hari membuat ujungnya kita sebangsa sendiri mulai terpecah-pecah baik di media sosial atau dunia nyata.
Capek.
Tapi kalau sudah urusan makanan, sepertinya kita sama. Hajaaar dan kenyang! TIdak peduli makanan itu dari daerah mana, berunsur apa, berapa harganya, atau siapa yang memasaknya. Begitu enak. Mulut kita akan mulai mengunyah, lidah kita bergoyang dan perut dan hatipun ikut senang.
Mungkin itu memang yang dimaui oleh pihak penyelenggara dari Festival Jajanan Bango 2018. Seharusnya kita bisa duduk satu meja, dengan segala perbedaan yang ada tapi tujuannya sama yakni semuanya bahagia!
Siang, Sabtu 14 April 2018 adalah moment bersejarah bagi Saya. Lho ini beneran, dari dulu pengen sekali hadir di acara yang sudah digelar 12 kali sejak 2005 ini. Tahun ini mereka akan menggelar 'pesta goyang lidah' ini dua kali.
Diresmikan oleh Kepala Badan Ekonomi Kreatif yakni Bapak Triawan Munaf, Perwakilan Kementrian Pariwisata Percepatan Wisata Kuliner dan Belanja Ibu Vita Datau, dan Foods Director PT Unilever Indonesia Tbk, Herni Raharja sebagai simbolis juga dalam menyambut ulang tahun Kecap Bango yang ke 90.
Semua makanan yang hadir memang bisa dikatakan variatif tapi terdapat lima makanan yang didaulat menjadi Kuliner Nasional yakni SOTO, RENDANG, NASI GORENG, SATE dan GADO-GADO.
Bapa', Amma' dan Sari' Battang jangan lupa catat tanggalnya! |
Walaupun memang suasananya begitu Panas dan Membahana, tak berkurang satu niatpun masyarakat kita berbondong-bondong menikmati ke 83 jajanan hits yang disajikan acara yang buka dari jam 8 pagi hingga jreng jam 10 malam untuk Sabtu dan untuk Minggu pagi jam 7 hingga kelar 9 malam. Puas kan?
Hanya dengan Nominal 10 Ribu Pemirsah Boleh Masuk dan Dapat Kecap! |
Lalu apa yang ada di dalam?
Ternyata seru.
Jajanan Tradisional dari Indonesia yang rugi bila tidak dicicipin mulai dari Asinan, Ayam Bakar, Ayam Geprek, Ayam Tangkap (itu dari huruf A ya!) hingga pelbagai Soto dan Tongseng yang rasanya tentu tak terperi. Yummy!
Penataan kios makanan dan arus pengunjung beserta tempat duduk juga cukup rapih, hingga yang datang bisa datang dan memilih menu yang mereka inginkan karena namanya juga rapih dan bisa dilihat jelas dari jauh, memudahkan kita menentukan sikap.
Pilih Menu dan Nikmati! Festival yang Simple tapi Menggugah Selera |
Nah fasilitas yang disediakan juga lumayan, walaupun banyak crew yang disebarkan untuk membantu, sudah ada papan petunjuk dan juga fasilitas vital lain yang tersebar seperti tempat sampah,tempat piring kotor, tempat cuci piring, toilet, tempat cuci tangan, bahkan musala bagi pria dan wanita dan tempat anak - anak mewarnai dan orang dewasa berkreasi bila ternyata ada rasa bosan.
Papan Petunjuk Arah, Bak Sampah dan Air Putih Gratis semakin membuat rapih, bersih dan tertata |
Fasilitas lain yang juga mudah ditemukan |
Panggung Utama yang diisi oleh Game Menarik, Sajian Tari dan Nyanyi yang bisa disaksikan sembari menikmati jajanan |
Okay dengan modal kupon 100 ribu, Saya harus pandai - pandai memilih apa yang cocok dan memuaskan di hati, lidah dan perut. Ternyata Saya tidak pandai, karena seperti anak kecil yang disuguhi mainan yang beraneka ragam, Saya cuma bisa melongo, karena akhirnya tak punya prinsip. Pengen ini pengen itu. Dengan berat hati, Saya melangkahkan kaki sebisanya mungkin untuk adil pada mata dan perut ini.
Sekilas yang Saya tangkap semua makanan dan minuman dijual dari harga termurah 5 Ribu hingga termahal 35 Ribu Rupiah. Terjangkau kan? dan yang lebih memudahkan, mengingat kupon Saya bernilai 10 Ribu ternyata kita bisa menambahinya dengan uang nyata, karena sisa kupon tidak dapat diuangkan.
Kunjungan pertama:
Bacang atau BakCang Nyonya Lena |
Bacang Special Nyonya Lena
Instagram: bacang_special_ny_lena
Di sini kami satu rasa, satu lidah. Dengan mbak Terry dan sang Putri, Kanre |
Wah ini mah, masih cemilan, hahaha, karena siang mulai merambat naik, kita sangat kelelahan dan butuh yang segar-segar.
Pucuk dicinta Es Krim tiba!
Terima Kasih Wall's yang sudah menyegarkan kerongkongan kami. Slurp! |
Makanya Saya menganjurkan Pemirsah untuk tetap hati dan bijaksana, kalau tidak memang kita sedang di surganya makanan dan minuman. Salah-salah kita yang dulunya model atau menjaga kelangsungan diet jadi ambrol karena memang mata dan perut ini tidak kuat dalam menjaga keinginan hahaha.
Di sudut tempat terdapat satu tempat khusus yang dipergunakan untuk memperkenalkan apa dan bagaimana Kecap Bango dan kiprahnya selama 90 tahun ini.
SEJARAH BANGO
Bango bermula dari usaha rumahan tahun 1928. Dengan visi agar terbang tinggi hingga mancanegara. Kecap Bango mengkokohkan dirinya sebagai kecap nomor satu di Indonesia yang selalu hadir dalam setiap penyajian hidangan khas Nusantara.
MALLIKA
Bango dibuat dari bahan alami pilihan. Dalam prosesnya Bango berkomitmen untuk menjaga keberlanjutan alam & kesejahteraan petani Mallika.
Baru kali ini bertemu dengan namanya Mallika |
KOMITMEN BANGO
Bango selalu berkomitmen membantu meningkatkan kesejahteraan petani kedelai hitam Mallika dan gula kelapa melalui program berkelanjutan. Untuk memproduksi kecap berkualitas, Bango memperoleh pasokan kedelai hitam Mallika dari para petani binaan Unilever lewat Yayasan Unilever Indonesia (YUI) yang bekerjasama dengan koperasi sebagai mitra bisnis dan didukung Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta.
Bisa menjaga komitmen dan kualitas selama 90 tahun. Salut buat Kecap Bango. |
Okay setelah berpengetahuan saatnya kita jalan lagi untuk memperoleh lagi-lagi kenikmatan.
Saya mampir sebentar ke Nasi Goreng Kambing Kebon Sirih yang mau tak mau membuat orang - orang terhenti untuk sekedar melihat.
Menurut Saya inilah susahnya membuat laporan pandangan mata tentang makanan (termasuk juga musik) karena Saya sendiri sudah tak sanggup mengerahkan segala indera Saya karena "selalu terusik" dan itu hanya bisa tersampaikan lewat gambar atau foto. Kalau pemirsah benar - benar datang, pasti lebih - lebih tak kuat lagi dalam menghadapi kenyataan yang ada.
(tarik nafas. berusaha untuk menahan emosi)
Makanya rugi kalau tidak datang. Atau jauh - jauh hari kalau memang ada acara ini lagi. Ayo datang dan benar-benar tidak rugi karena ceritanya bisa menjadi perihal yang sangat membuat orang lain menyesal dan mengaduh kenapa tidak datang. (hahaha)
Siapa yang tak tergoda (dan sedikit nelen ludah) melihat Pempek Megaria ini |
Mata Saya juga akhirnya nyantol di kios berikut karena Saya termasuk pecinta Durian. Namanya itu lho, sangat menggedor hati karena Saya orang Jawa Timur. Bagi kalian yang orang Jawa Timur khususnya Malang atau Surabaya akan kaget melihat mereknya.
Tapi begitu Saya tanya, ternyata Merek itu berarti Mbok (Ibu), Anak dan Cucunya (Oh okay, hahaha bisa aja nih sang penjual).
Macam - Macam Ketan yang Bikin Saya Stress hahaha, mau pilih yang mana yaaaa ... Hadeuh |
Okay, mungkin ini sudah saatnya kita makan yang benar-benar (jadi dari tadi itu cuma selingan saja). Karena tentu saja, sebagai seorang Warga Indonesia yang baik Saya memilih yang berunsur Nasi. Saya memilih ....
Ya Tuhan Cobaan Apa lagi ini .... (sambil elus elus perut) |
Selamat Makan. Ini makan siang ya. Bukan lagi incip - incip. |
Okay, Saya harus mengakhiri petualangan penuh gairah ini. Eh apa itu?
Selayaknya Saya menikmati Pencuci Mulut Sehabis Makan Siang |
Janji ini makanan terakhir yaaa. Hadeeeeuh ... |
Baik. Tiba - tiba saja temaram sore telah turun. Orang masih berjejal datang, mengharap terpuaskan dan menikmati perhelatan yang hanya ada setahun sekali. Sejauh ini, salut buat yang mengadakan acara yaitu Kecap Bango, semua panitia dan pekerja yang selalu siap di tempat. Sebuah acara yang tentunya tidak mudah untuk dikerjakan kalau tidak penuh dengan persiapan yang panjang dan matang. Selamat dan sukses. Buat yang di Makassar, yang masih bulan depan hingga blog ini tayang, sekali lagi rugi kalau tak datang. Mari kita rapatkan barisan, mungkin bagi orang lain remeh, bahwa menyatukan bangsa ini bisa lewat lidah. Menurut hemat Saya, itu cara efektif dan tentu saja, yang paling enak untuk menjadi dan membuktikan bahwa bangsa kita memang sesuai dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
Setuju?
Salam Budaya.
Komentar
Posting Komentar