- Dapatkan link
- Aplikasi Lainnya
- Dapatkan link
- Aplikasi Lainnya
Salam Budaya!
Pertama kali Saya mendengar judul film ini, jujur, Saya gundah. Mudah - mudahan isinya bukan anak - anak yang main - main dengan petir. Ternyata bukan seperti itu.
Film “Petualangan Menangkap Petir” bercerita tentang Sterling (diperankan secara pas oleh Bima Azriel) seorang anak kecil yang tumbuh besar dengan akun Youtube dan Instagram di Hongkong. Ceritanya dimulai dimana Bapak Sterling yakni Mahesa (diperankan sederhana oleh Darius Sinatrhya yang mulai ketakutan kalau putra semata wayangnya itu tumbuh menjadi anti sosial. Tak berteman dan tidak mempunyai masa kecil yang seperti anak kecil pada umumnya. Salah satu cara untuk mengatasinya, Bapak dan Ibunya memutuskan mengajak anaknya ke rumah Eyang Kakung (diperankan oleh Slamet Raharjo) di Boyolali.
Sesampainya di rumah Eyang kakung, sang bapak mengajak anaknya terus berinteraksi dengan alam walaupun selalu dijaga berlebihan oleh Ibu Beth (Putri Ayudya). Selama berada di kampung, Tarling (sebutan gampang Anak - anak desa) bertemu dengan segerombolan anak lain dan mereka berbaur bersama. Ada si Jaiyen (bernama asli Gianto diperanan oleh Fatih Unru), Netha (diperankan oleh Zara Leola), Wawan (diperankan oleh Jidate Ahmad), Kuncoro (diperankan oleh Danang Parikesit Putra Sang Fajar) dan Yanto (diperankan oleh Siswanto).
Akhirnya anak tersebut bersama dengan teman-temannya memiliki mimpi untuk membuat sebuah film. Ide anak-anak tersebut terinsipirasi dari sosok sang Legenda Menangkap Petir - Ki Ageng Selo.
Sterling cerminan Anak kekinian yang sibuk dengan alam maya. |
Sesampainya di rumah Eyang kakung, sang bapak mengajak anaknya terus berinteraksi dengan alam walaupun selalu dijaga berlebihan oleh Ibu Beth (Putri Ayudya). Selama berada di kampung, Tarling (sebutan gampang Anak - anak desa) bertemu dengan segerombolan anak lain dan mereka berbaur bersama. Ada si Jaiyen (bernama asli Gianto diperanan oleh Fatih Unru), Netha (diperankan oleh Zara Leola), Wawan (diperankan oleh Jidate Ahmad), Kuncoro (diperankan oleh Danang Parikesit Putra Sang Fajar) dan Yanto (diperankan oleh Siswanto).
Akhirnya anak tersebut bersama dengan teman-temannya memiliki mimpi untuk membuat sebuah film. Ide anak-anak tersebut terinsipirasi dari sosok sang Legenda Menangkap Petir - Ki Ageng Selo.
Nah apakah Ki Ageng Selo ini ada sebenarnya? Ternyata beliau nyata adanya!
Kyai Ageng Sela atau Ki Ageng Ngabdurahman adalah tokoh spiritual sekaligus leluhur raja-raja Kesultanan Mataram. Ia adalah guru Sultan Adiwijaya pendiri Kesultanan Pajang, dan adalah kakek dari Panembahan Senapati pendiri Kesultanan Mataram. Kisah hidupnya pada umumnya bersifat legenda, menurut naskah-naskah babad.
Kyai Ageng Sela atau Ki Ageng Ngabdurahman adalah tokoh spiritual sekaligus leluhur raja-raja Kesultanan Mataram. Ia adalah guru Sultan Adiwijaya pendiri Kesultanan Pajang, dan adalah kakek dari Panembahan Senapati pendiri Kesultanan Mataram. Kisah hidupnya pada umumnya bersifat legenda, menurut naskah-naskah babad.
Ki Ageng Sela disebutkan pernah mendaftar sebagai perwira di Kesultanan Demak. Ia berhasil membunuh seekor banteng sebagai persyaratan seleksi, namun ngeri melihat darah si banteng. Akibatnya, Sultan menolaknya masuk ketentaraan Demak. Ki Ageng Sela kemudian menyepi di desa Sela sebagai petani sekaligus guru spiritual. Ia pernah menjadi guru Jaka Tingkir, pendiri Kesultanan Pajang. Ia kemudian mempersaudarakan Jaka Tingkir dengan cucu-cucunya, yaitu Ki Juru Martani, Ki Ageng Pemanahan, dan Ki Panjawi.
Ki Ageng Sela juga pernah dikisahkan menangkap petir ketika sedang bertani. Petir itu kemudian berubah menjadi seorang kakek tua yang dipersembahkan sebagai tawanan pada Kesultanan Demak. Namun, kakek tua itu kemudian berhasil kabur dari penjara. Untuk mengenang kesaktian Ki Ageng Sela, pintu masuk Masjid Agung Demak kemudian disebut Lawang Bledheg (pintu petir), dengan dihiasi ukiran berupa ornamen tanaman berkepala binatang bergigi runcing, sebagai simbol petir yang pernah ditangkap Ki Ageng. Bahkan, sebagian masyarakat Jawa sampai saat ini apabila dikejutkan bunyi petir akan segera mengatakan bahwa dirinya adalah cucu Ki Ageng Sela, dengan harapan petir tidak akan menyambarnya.
Ki Ageng Sela juga dikaitkan dengan asal usul pusaka Mataram yang bernama Bende Kyai Bicak. Dikisahkan pada suatu hari Ki Ageng Sela menggelar pertunjukan wayang dengan dalang bernama Ki Bicak. Ki Ageng jatuh hati pada istri dalang yang kebetulan ikut membantu suaminya. Maka, Ki Ageng pun membunuh Ki Bicak untuk merebut Nyi Bicak. Akan tetapi, perhatian Ki Ageng kemudian beralih pada bende milik Ki Bicak. Ia tidak jadi menikahi Nyi Bicak dan memilih mengambil bende tersebut. Bende Ki Bicak kemudian menjadi warisan turun temurun keluarga Mataram. Roh Ki Bicak dipercaya menyatu dalam bende tersebut. Apabila hendak maju perang, pasukan Mataram biasanya lebih dulu menabuh bende Ki Bicak. Bila berbunyi nyaring pertanda pihak Mataram akan menang. Tapi bila tidak berbunyi pertanda musuh yang akan menang.
Selain pusaka, Ki Ageng Sela meninggalkan warisan berupa ajaran moral yang dianut keturunannya di Mataram. Ajaran tersebut berisi larangan-larangan yang harus dipatuhi apabila ingin mendapatkan keselamatan, yang kemudian ditulis para pujangga dalam bentuk syair macapat berjudul Pepali Ki Ageng Sela.
Menarik, kan?
Nah, jangan lupa. Rumah produksi Fourcolours Films mempersembahkan karya terbaru mereka “Petualangan Menangkap Petir” yang siap menghibur penonton film dan anak-anak Indonesia mulai 30 Agustus 2018 di bioskop.
Nah, tanggal 24 dan 25 Agustus 2018, diadakan konferensi pers dan gala premiere, bertempat di CGV Grand Indonesia dan di Kota Kasablanka.
Acaranya seru dan Saya diberi kesempatan langsung untuk bertemu dengan beberapa pekerja seninya.
dengan Kuntz Agus yang memang orang Boyolali |
Drama dan komedi keluarga berdurasi 93 menit ini menambah deretan film anak yang berkualitas dan patut ditonton. Sutradara Kuntz Agus menjelaskan bahwa film “Petualangan Menangkap Petir” dibuat dengan semangat menghadirkan alternatif tontonan yang seru dan menarik bagi keluarga.
“Film ini ingin mendorong anak-anak Indonesia untuk tidak saja bermimpi, tapi juga berani berkarya sejak dini. Selain itu, kami juga ingin bercerita soal persahabatan. Di era digital ini, anak-anak jangan sampai terlalu sibuk beraktivitas di media sosial sampai lupa berkawan,” katanya.
Abimana Aryasatya adalah produser sekaligus aktor yang memerankan tokoh Arifin, seorang pemuda desa yang memiliki ketertarikan khusus terhadap sinema.
“FIlm ini memang menyorot kembali hiburan-hiburan dalam format lama, seperti film laga yang dulu pamornya tinggi, dan disajikan di layar tancap. Ini adalah hiburan yang nyata dan masih bisa dilihat di banyak desa-desa di Indonesia karena mereka tidak memiliki gedung bioskop sendiri,” jelas Abimana.
TIdak hanya Abimana, film ini juga dibintangi oleh Darius Sinathrya, Putri Ayudya, Bima Azriel, Fatih Unru, Arie Kriting, dan penyanyi cilik Zara Leola. Selain itu, aktor legenda Slamet Rahardjo juga ikut menyumbangkan penampilannya.
“FIlm keluarga sudah jarang bisa dinikmati di layar lebar, jadi ini kesempatan berharga untuk para penonton Indonesia yang haus akan hiburan yang bisa disimak bersama putra-putri mereka. Jangan lewatkan kesempatan menonton film ini di bioskop,” ujar Slamet.
Zara, pemeran tokoh Neta di film ini, ikut menyanyikan lagu yang menjadi official soundtrack dari film ini, yaitu “Liburan.”
“Aku senang sekali bisa ikut bergabung di film ini. Syutingnya menyenangkan karena banyak adegan seru yang kami jalani. Selain itu, lagu yang aku bawakan juga ceria karena tentang liburan,” sahut Zara.
Acara berlangsung menarik karena ada face painting dan tentu saja penampilan Zara yang ditunggu - tunggu oleh para penggemarnya.
Secara umum, film ini bagus, kita tiba - tiba dihadapkan bahwa zaman memang sangat berubah. Kemajuan teknologi telah membuat putra dan putri kita lebih mengenal Youtube daripada Mainan Ular Tangga contohnya. Ini hanya pengalihan subyek, yang paling penting sebenarnya mereka harus diajarkan adalah seberapa teknologi berkembang, kita adalah mahluk sosial yang memang pada dasarnya butuh interaksi dengan manusia lainnya.
Film ini tidak nyinyir. Jaiyen dan Sterling dibiarkan mengalir menjadi anak - anak yang gelisah, takut, sedih, nakal, berbohong sebagaimana anak - anak pada umumnya. Salut untuk mas Jujur Prananto & Eddie Cahyono yang bertanggungjawab pada kepenulisan Skenario.
Tanpa memuji berlebihan, kehadiran Fatih Unru juga mencuri dan menari perhatian. Pasti kita akan gemas dan terpesona dengan kehadirannya sebagai Jaiyen.
Film bagus. Cocok ditonton pelbagai umur. Ayo tonton ya! Tanggal 30 Agustus 2018!
“Petualangan Menangkap Petir” didukung oleh Kementerian Komunikasi dan Informasi, Badan Ekonomi Kreatif, SiberKreasi, Pemerintah Daerah Boyolali, Alfamidi, Telkomsel dan Musica Studio. Para pemain dan kru juga akan mengadakan nonton bareng di beberapa kota, diantaranya Solo, Jogja, dan Makassar.
Salam Budaya!
Secara umum, film ini bagus, kita tiba - tiba dihadapkan bahwa zaman memang sangat berubah. Kemajuan teknologi telah membuat putra dan putri kita lebih mengenal Youtube daripada Mainan Ular Tangga contohnya. Ini hanya pengalihan subyek, yang paling penting sebenarnya mereka harus diajarkan adalah seberapa teknologi berkembang, kita adalah mahluk sosial yang memang pada dasarnya butuh interaksi dengan manusia lainnya.
Film ini tidak nyinyir. Jaiyen dan Sterling dibiarkan mengalir menjadi anak - anak yang gelisah, takut, sedih, nakal, berbohong sebagaimana anak - anak pada umumnya. Salut untuk mas Jujur Prananto & Eddie Cahyono yang bertanggungjawab pada kepenulisan Skenario.
Tanpa memuji berlebihan, kehadiran Fatih Unru juga mencuri dan menari perhatian. Pasti kita akan gemas dan terpesona dengan kehadirannya sebagai Jaiyen.
Film bagus. Cocok ditonton pelbagai umur. Ayo tonton ya! Tanggal 30 Agustus 2018!
“Petualangan Menangkap Petir” didukung oleh Kementerian Komunikasi dan Informasi, Badan Ekonomi Kreatif, SiberKreasi, Pemerintah Daerah Boyolali, Alfamidi, Telkomsel dan Musica Studio. Para pemain dan kru juga akan mengadakan nonton bareng di beberapa kota, diantaranya Solo, Jogja, dan Makassar.
Salam Budaya!
- Dapatkan link
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar