MERESENSI DAN MENSINOPSIS FILM ALA SAYA

Nada Syukur 2019



Salam Budaya!

Kisah hangat Kaleidoskop ini Saya buat ditengah keprihatinan kita bersama, atas banjir yang 2 hari ini tengah menghantui saudara - saudara kita di Jakarta. Sebuah refleksi rasa bersyukur tentang apa yang Saya alami tahun ini. Apakah Kamu sudah juga sudah bersyukur?

Di akhir tahun 2019 ini - Saya mengadakan giveaway berupa beberapa barang elektronik dengan persyaratan cukup mudah yakni menjawab pertanyaan Saya berikut ini:

Apa yang kamu syukuri di tahun 2019 ini?

Sepertinya sesuatu yang sepele untuk dijawab, tapi pernahkah bisa Anda mengingat itu sepanjang tahun ini? Apa yang telah terjadi? Apa yang telah kita capai? Allah sudah sangat baik dan keMahaanNya hingga telah membuat saya bisa dan sanggup menjadi seperti ini sekarang.

Apa saja ya? Saya mencoba mengingat - ingat dengan panduan unggahan Instagram karena beberapa foto telah mewakili moment - moment istimewa Saya pribadi. Yuk kita runut kembali.

JANUARI

Pengumumuan Giveaway Microwave

Ini adalah proses Giveaway paling ribet, paling mahal dan paling kompleks yang pernah Saya lakukan. 

Kenapa Saya pilih hadiahnya Microwave? Ya entahlah, wkakaka, yang jelas microwave ini sebenarnya adalah milik Uwan (tetangga sebelah) - hadiah yang ia dapatkan dari sebuah acara blogger masak - memasak. Nah, suatu hari ia bingung apakah microwave itu harus dijual atau harus dikirim buat orang rumah. Akhirnya setelah merayunya beberapa saat, kami deal untuk menukar Microwave (yang kemungkinan) harganya sejuta itu dengan 500 ribu Voucher MAP dan 500 ribu uang tunai.

Horeee ...

Prosesnya belum selesai. Untuk memfoto microwave juga cukup susah usahanya harus menenteng dari lantai 3 kosan kami ke studio foto. Saya harus mengadakan pemotretan di sana hanya untuk mendapatkan sisi ter'ganteng' dari Saya dan tentu saja obyek utamanya si Microwave itu.


Setelah Saya undi dengan aplikasi terpilihlah mbak WiwidWadmira asal Surabaya yang menang karena menuliskan:

Pengen banget punya oven biar bisa bikin kue buat mertua. Kumpulan resep kue udah banyak, tapi gak punya oven. Sedihnya aku tuh. Mau beli eh pas atap rumah jebol. Kalian mau oven gak?

Ah begitu menyentuh. Alhamdulillah Microwave itu bisa sampai di tangan dan berguna bagi pemenangnya.

Terima kasih, ya!

Lanjut ...

Interview pertama 2019

Tak kenal maka tak Sayang itulah salah satu kalimat yang bisa mewakili Komunitas Tarot Jakarta. Untuk memudahkan orang awam lebih memahaminya, Saya sebagai ketua dibantu Cheery dan Jose akhirnya diwawancarai secara mendalam bersama majalah Harian Nasional milik Lion Air. Horeeee ....

Linknya ada di judul berikut




Reportase oleh Esti Tri Pusparini
Editor oleh Dionsius Bambang Arinto


Bulan ini sepertinya memang bulan wawancara, berturut - turut kami mendapatkan undangan bersama media. Kali ini undangannya datang dari V Radio FM (Grup MNC).

Berfoto bersama mas Gusto Irmansyah (Penyiar V Radio)

Kali ini biar lebih gayeng dan guyub, Saya ajak Arnold, Cheery, Mbak Terry dan Afiqka. Ini untuk pertama kalinya Mbak Terry tampil diwawancarai. Congratulations!

FEBRUARI

Bulan penuh cinta ini dibuka dengan kisah perjalanan Saya ke Banyuwangi untuk melaksanakan (melaksanakan?) reuni kelas FISIKA SATU angkatan 94 SMAN 1 Jember (kami menyebut diri kami Wildcats alias Wadiabala Fisika Satu). Acaranya seru dan tak terlupakan. Maklum ini adalah reuni perak alias 25 tahun. Alhamdulillah bisa bertemu lagi. Bercanda lagi. Seru - seruan lagi.

Berangkat pagi dari Jember

Drama selengkapnya bisa disingkap di sini


Usai dari Banyuwangi terus tentu saja mampir ke rumah Jember, Saya tidak langsung pulang tapi nyambangi Komunitas Tarot Malang untuk menyambung tali silaturahmi. Kebetulan mereka sedang mengadakan Sesi Foto. Ya udahlah Saya nyempil beramahtamah bersama mas Ketua, Lutfi dan istrinya serta Tarot Reader lainnya.

Bersama Komunitas Tarot Malang

Hari terus berlalu dan sebuah kejadian memukul pertama di tahun 2019 adalah berpulangnya teman Saya yang terbaik. Ardi M Wiranata alias Nathan atau Nathanae




Tiada kata penyesalan yang terucap, beliau adalah asisten pertama Saya yang paling keren dan kerjaannya sangat baik. Teman yang lucu dan selalu menghibur. Selamat jalan, Nathan. We will miss you!


MARET

Sebuah rejeki dan kesempatan diberikan oleh Komunitas ISB (founder kak Anie Berta) untuk mencicipi MRT pertama kalinya. Antara senang dan stress, karena di hari itu Saya demam dan ternyata memang sedang mengalami gejala tipus.



Terbentuknya Golden People, nih!


Pada awalnya sih, hanya gara - gara kita sering bertemu secara berkala dan ada irisan antara Tarot Reader dan Blogger plus ternyata tempat tinggal kita berdekatan. Ya udahlah, di bayanganku akhirnya aku punya tim inti yang bisa setiap saat saling bisa memantau dan bekerjasama. Terbentuklah Farhan, Mbak Terry, Bima, Cheery dan juga Arnold. Nanti menyusul bergabung Bonzi, Uwan dan Said. Terima kasih selama ini telah membantu Saya pribadi dan juga Komunitas Tarot Jakarta.


APRIL

Sumpah dari dulu itu Saya itu tak terlalu suka sama yang namanya politik dan segala tetek bengeknya. Tak pernah terlintas sedikit pun ingin terlibat dengan apapun yang berkaitan dengan pemilihan umum versi apapun dan di tingkat manapun. Tetapi kali ini lain, Saya harus berjuang membuat Bapak Jokowi tetap menang dan berhasil. Makanya Saya harus turun, untuk memastikan kami memilih semua beliau dengan kompak. Dengan Dress Code yang sama, kami memutihkan Gelora Bung Karno dengan tajuk: Rapat Umum Rakyat - Konser Putih Bersatu.




Salah satu kehilangan seseorang berikutnya yang bikin shock juga adalah berpulangnya guru lukis Saya - Pak I Ketut Sugama. Beliau adalah guru lukisku sejak kecil saat kelas 2 SD. Dulu nama sanggar lukis kami adalah "Sanggar Pelukis Cilik", sayangnya di tahun 1982 Saya masih belum punya kamera yang mumpuni sehingga memang tidak pernah ada dokumentasi sepanjang kami les. Saya les bareng mbak Ana. Sebenarnya dialah yang pandai menggambar. Saya cuma ikut-ikutan. Pupuk Bawang namanya. Pak Ketut akan menjemput Saya dan mbak Ana di jam 2 siang. Di waktu Saya pastinya mengalami ngantuk - ngantuknya karena masih sejam usai pulang sekolah. Tapi beliau dengan sabar menunggu hingga mengajar penuh serta mengantar pulang balik ke rumah jam 4 sore. Suatu pengorbanan yang akhirnya Saya sesali kenapa dulu Saya bersikap seolah - olah Saya malas dan tidak menghormatinya. (Apa anak kecil selalu begitu ya?). Padahal Saya yakin beliaulah orang pertama yang menanamkan bakat menggambar atau desain Saya selama ini.

Selamat jalan Pak Ketut. Jasamu telah menjadi warna dalam torehan skill desainku selama ini. Tiket surga telah ada di tanganmu, Pak!


Omong - omong, Saya itu penggemar warna merah. Entah kenapa Saya suka warna itu sampai Ibu menyerah kalau Saya sudah disuruh untuk memilih warna dari hampir semua barang yang Saya beli, pasti ya warnanya merah. Termasuk rambut. Makanya dari zaman dahulu Saya dikenal dengan nama Megalomania karena lebih memilih punya rambut merah (dulu banget ya, waktu masih zaman kuliah). Padahal kalau dipikir - pikir megaloman itu rambutnya putih, lho!


Nah pucuk dicinta semir tiba. Salah satu klien tarot Saya bingung mencari cowok mana yang mau mencicipi disemir sebagai bahan bukti ke klien salonnya bahwa produk semir itu berhasil dan punya efek bagus bagi para penggunanya. Dia bingung karena tidak semua cowok mau disemir warna merah jreng, pula! Sempat terjadi keraguan apakah nanti kerjaan Saya sebagai Blogger yang berhubungan dengan Kementerian akan terusik. Apakah mereka mau menerima? Kenyataannya mereka fine - fine ajah tuh. Okay! Berangkat!



Kehilangan Saya terbesar berikutnya adalah Sahabat sekaligus Murid Saya tercinta, Wirana Syailendra. Saya nggak tahu harus bagaimana dan berkata apa. Seingat Saya, pertama kali bertemu beliau adalah di sekitar tahun 2007. Saya bekerjasama dengan beliau untuk membaca kartu Tarot di cafe kecil di wilayah Barito (Sayangnya Saya benar - benar lupa apa nama Cafenya).

Pemilik Cafe itu ada 3, sepasang yang berpacaran (Saya juga lupa) dan Wira. Seorang Wira adalah seorang yang pertama kali menolak dibacakan walaupun waktu itu, sebagai salah satu promosi tentu saja Saya harus membaca ketiga orang tersebut. 

"Saya tidak suka dibacain," ujarnya, yang berikutnya malah menjadi suatu tantangan bagi Saya untuk menjelaskan dengan logika bahwa Tarot adalah sesuatu bisa diajarkan dan tidak akan bertentangan dengan agama apapun. Wira beragama Budha, yang Saya kenal sebagai seorang yang bijak di masa hidupnya. Akhirnya Saya malah mengajarinya Tarot. Suatu kontroversi yang menyenangkan karena menjelang akhir hayatnya Wira dikenal dengan sebutan Babe (salah satu panggilan kesayangannya dari lingkungan murid - murid beliau) karena beliau sangat bijak dan selalu punya wejangan yang bagus bagi orang yang membutuhkannya.

Wirana Syailendra. I miss you.


Momen berduka sepertinya memang belum berakhir. Nama besar mas Dynan Fariz sebagai pelopor Jember Fashion Carnival telah dikenal oleh semua orang. Sayangnya umur memang tiada yang tahu. Sepertinya waktu itu juga Saya baru tahu kalau beliau sudah mulai sakit - sakitan di sela - sela jadwalnya yang memang padat.

Selamat jalan mas Dynan. 



MEI


Bulan Mei selalu menjadi bulan yang ditunggu. Karena selain Saya ulang tahun banyak hal terjadi di bulan ini. Sebenarnya yang paling istimewa adalah kehadiran teman dekat yang ikut mengucapkan selamat dan membelikan roti ulang tahun, kebetulan mereka juga tinggal dekat kosan. Jadinya Saya cuma bisa terharu.



Kepercayaan yang diberikan untuk Komunitas Tarot Jakarta berupa interview berikutnya bersama MNC. Kami melakukannya kali ini di Kafe Suwe Ora Jamu. Bersama teman - teman syuting selalu menyenangkan.



JUNI


Setelah melewati bulan Ramadhan dan menyelesaikan berpuasa, Lebaran menjadi kian absurd. Perasaan pulang ke Jember jadi semakin meragukan. Karena suasana rumah tidak seperti dahulu lagi. Pengen pergi ke suatu tempat yang sekalian tak biasa atau tak mengenal orang sama sekali. Akhirnya keputusan itu disepakati dan diamini oleh kami bertiga. Uwan dan Cheery. Dua manusia yang juga tidak jelas tujuan dan arahnya bulan itu. Kami menyepi di Bogor. Cileubeut tepatnya. Berfoto - foto nggak jelas di sana.



JULI





Rejeki wawancara berikutnya berasal dari Brava Radio. Beberapa teman dari Komunitas Tarot Jakarta Saya ajak untuk menikmati sensasinya siaran di radio. Ada mbak Terry, Farhan, Bima dan Gayatri.




Akhirnya Komunitas Tarot Jakarta berhasil mengadakan sesi foto bersama secara profesional untuk kepentingan pembuatan profil. Kepentingannya suatu hari nanti para pengguna dan klien dapat lebih leluasa memilih dan memilah para reader yang tepat disewa untuk suatu acara.

Berikut laporan selengkapnya:


AGUSTUS

Ternyata masih saja di tahun 2019 wawancara bagi Komunitas Tarot Jakarta terus berlangsung. Kali ini dari MasTriFM (104,2 FM) yang dulunya adalah radio Mahasiswa Trisakti Jakarta. Selalu seru karena siaran kali ini ramai - ramai dan teman - teman saling menerangkan dan memperlihatkan kemampuan masing - masing.



Rejeki berikutnya adalah pendekatan Saya ke Komunitas Star Wars. Pengen banget berpakaian ala - ala mereka jadi Luke Skywalker atau paling parah memakai pakaian seragam si StormTrooper, deh. Ternyata yang saya dapatkan hanya kekecewaan karena Saya baru tahu kalau cosplay adalah sesuatu yang berasal dari tanggung jawab masing - masing dan juga hasil kerja dan menabung dari individu masing - masing. Dengan ketentuan seperti itu pastilah jadi hal yang sangat sayang (atau malah susah) bagi orang untuk meminjamkan kostum ke orang lain.

Hancurlah harapan Saya untuk menjadi seseorang yang Saya impikan (baca: foto di Instagram dan pamer).

Suatu anugerah bagai mendapatkan durian yang runtuh saat Saya ditelpon di sehari sebelum Hari Kemerdekaan, sang pembawa Japanese Darth Vader ternyata berhalangan untuk hadir dan harus digantikan seseorang yang notabene, badannya mesti tinggi. 

Suara dari telpon bersuara, "Berapa tinggimu?"

"181", jawab Saya lantang dan Alhamdulillah Saya lolos.


Kesimpulannya sangat jelas. Ternyata di balik kostum yang berat ini, bernafas saja susah, apalagi jarak pandang Saya jadi kabur karena kacanya memang buram dan selalu cenderung terangkat ke atas akibat tarik - menarik dengan baju bawahnya. Menjadi orang di balik kostum itu memang perlu pengorbanan karena juga berat, panas dan tentu saja tidak gampang dilepas kalau tiba - tiba kebelet pipis.


Kejadian cukup besar dan berarti berikutnya adalah Reuni kami yang perencanaannya begitu mendadak itu akhirnya menjadi kenyataan. Tiba - tiba saja, 25 tahun berlalu dan ITN Jurusan Teknik Arsitektur angkatan 94 akhirnya secara sepakat resmi diadakan. 

Maksud hati pengen cuma duduk, diam dan menikmati acara, tapi tetap saja selalu didapuk menjadi MC dan kembali kena beban untuk memikirkan bagaimana cara meramaikan acaranya.

Fiuh!

Yah. Akhirnya kamipun berfoto dengan beberapa teman dekat untuk mengenang masa lalu (Cihuy!) 

SEPTEMBER

Rasanya hampir tidak percaya saat kami mendapatkan kesempatan untuk mengadakan workshop dan membuka lapak di tarot di Perpustakaan Nasional dari tanggal 5 hingga 22 September 2019. Semacam suatu anugerah yang sangat besar bahwa ada salah satu lembaga yang prestisius dan besar yang memberikan reaksi positif dan baik pada kami dan mau menjadi salah satu wadah kami untuk memperkenalkan Tarot ke Indonesia dan Dunia.


Innalillahi Wa Inna Lillahi Rajiun ....

Lagi - lagi berita duka mendatangi kos kami. Yang tercinta Malik menghadap ke haribaanNya. Hampir dia tiap hari beliau ini muncul ke kamar Saya untuk minta air hangat. Kini tak ada lagi beliau. Al Fatihah.



OKTOBER

Mungkin sudah beberapa kali Saya mendampingi orang menikah. Tapi untuk menjadi Wali? Eh Saksi maaf ... baru 2 kali ini. Dulu pernah waktu masih kuliah. Menurut Saya itu juga termasuk penipuan publik. Bayangkan tanpa ba bi bu, teman tiba - tiba mengajak menawari makan - makan di luar kota. Eh begitu duduk bareng sama pacarnya, sang penghulu langsung bilang, 

"Bagaimana saksinya? Siap?"

Saya mah bengong. Tapi kali ini lain. Saya dipercaya oleh sang pengantin, salah satu anggota Komunitas Tarot Jakarta Adit dan Dyah untuk menjadi saksi mereka. Alhamdulillah, sah!


Salah satu hadiah terindah tahun ini adalah mendapat gratis jalan - jalan ke Bali (walaupun tetap melakukannya atas nama kerja). Semacam reuni Saya pernah kerja di Bali dulu tapi nanggung karena pengennya sih pas 40 tahun. Tapi baru 37 tahun alhamdulillah sudah mampir ke sana lagi.


Yak, Pemirsa. Begitulah kira - kira perjalanan singkat Saya dari awal 2019 hingga akhir. Yang jelas, semua yang telah Saya jalani memberi arti dan pengalaman serta pelajaran yang berarti bagi Saya untuk melangkah di tahun 2020 ini.

Maafkan bila selama ini ada salah - salah kata. Mari kita sambut 2020 ini dengan kejutan, pengalaman dan tentu saja prestasi yang lebih heboh dan menyenangkan tentu saja.

See you!

Salam Budaya!

Komentar

  1. Semoga 2020 semakin sukses.. dan apa2 yg blm tercapai sblmnya bisa tercapai sekarang dan mendatang...
    Dan semoga ada momen sukses dan membahagiakan bersama akyuuuu
    Sebel bgt yaaa 2019 gak ada aq disitu wkwkwkkk...

    BalasHapus

Posting Komentar