Himbauan Hidup Tanpa Merokok Tanpa Mengajak Ribut

Hitam - Hitam Kereta Api



Salam Budaya!

Saya itu dari kecil memang cengeng. Saya kalah kuasa dan kalah berani dibanding adik perempuan Saya. Kita itu selisih umurnya hanya 11 bulan. Jadinya tampak seperti seumuran cuma dia lebih kekar, garang, dan kejam (maaf ya hahaha). Saya sendiri orangnya tumbuh dengan fisik lemah dan sakit - sakitan. Jadi begitu Saya dapat hadiah mainan Kereta Api yang dilengkapi dengan rel yang bisa disambung sesuai dengan keinginan kita dan Saya agak nggak rela meminjamkannya ke adik. Dia langsung marah dan dengan sadih mematahkannya. Saya pun menangis tersedu - sedu.




Sejak itu Kereta Api membekas di ingatan Saya. Suatu hari nanti Saya harus tahu apa itu Kereta Api dan bagaimana rasanya menaikinya. Sayangnya ingatan Saya tentang Kereta Api itu melemah. Sepanjang yang pernah Saya ingat di awal tahun 80 an Ibu Saya pernah mengajak pelesir ke Surabaya naik Kereta Api. 

Saya duduk dekat jendela memandang orang lalu lalang. Duduk dengan perasaan gelisah dan sedikit gatal karena tempat duduknya masih terbuat dari anyaman rotan. Tapi di hati Saya tersembul rasa bangga dan gembira. Suara yang nyata dari lokomotif terdengar seperti nyanyian yang beriring dengan kesibukan orang - orang di Stasiun penuh teriakan suruhan orang untuk menyingkir karena kereta akan berangkat. 

Itulah yang membuat kenangan Saya akan Kereta Api jadi begitu sedih. Bila dini hari menjelang, di ketinggian atap di kota Jember, Saya duduk di atap melihat langit - langit dan dari kejauhan terdengar suara nada panggil Kereta Api dari Stasiun, tiba - tiba saja ada kesedihan di hati. Seperti ada yang berpindah dan mengarahkan Saya untuk pergi ke kota lain. Entah kenapa begitu anehnya.





Seaneh fakta yang baru Saya ketahui kalau lagu Naik Kereta Api itu sebenarnya adalah lagu balada (slow) yang menceritakan perjalanan dengan menggunakan kereta api di zaman dahulu. Lagunya berjenis Folklore atau lagu rakyat yang sayangnya sampai sekarang tidak ada yang pernah tahu siapa pengarang sebenarnya. Sumber menyatakan lagu ini diciptakan oleh orang - orang yang tinggal di Batavia sekitar tahun 1800 an.



Naik kereta api ... tut ... tut ... tut
Siapa hendak turut
Ke Bandung ... Surabaya
Bolehlah naik dengan percuma
Ayo temanku lekas naik
Keretaku tak berhenti lama

Cepat kretaku jalan ...tut...tut...tut
Banyak penumpang turut
K'retaku sudah penat
Karena beban terlalu berat
Di sinilah ada stasiun
Penumpang semuanya turun


Dahulu, memang satu - satunya jalur Kereta Api yang menuju ke Surabaya dari Batavia adalah melalui Bandung (lintas Bogor - Bandung dari tahun 1881 - 1884) karena memang jalan pintas melalui Cirebon baru dibangun jauh setelahnya (lintas Manggarai - Cikampek - Cirebon baru ada di tahun 1912).

Nah pada waktu itu perjalanan dengan kereta malam (yang kemudian dikenal dengan Java Nacht Express) belum populer dan belum banyak dilakukan banyak orang. Maka dari itu, Bandung akhirnya menjadi tempat peristiratan dan juga pitstop sementara bagi mereka yang hendak melanjutkan perjalanan ke Surabaya atau Jawa bagian timur. Apalagi suasana dan alam Bandung yang sejuk dan bergunung - gunung membuat nyaman orang - orang untuk menginap sehingga banyaklah bermunculan hotel - hotel di sekitar stasiun.


Java Nacht Express


Hotel - hotel tersebut berkembang pesat dan banyak dihuni para turis. Hotel Grand National adalah salah satunya. Hotel ini adalah hotel terpandang di masanya yang dibangun pada tahun 1905. Pada tahun 1923, kepemilikan hotel ini berpindah ke tangan SS untuk dijadikan kantor pusatnya dan kini menjadi pusat pemerintahan perkeretaapian di Indonesia.

Sementara itu terdapat versi lainnya yang menyatakan bahwa bangunan tersebut memang didirikan oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda untuk dijadikan pusat operasional perkeretaapian di bawah kendali perusahaan milik negara yakni Staatsspoorwagen (SS).

Staatsspoor-en-Tramwegen in Nederlandsch–IndiĆ« (SS en T) adalah nama sebuah perusahaan kereta api di Hindia Belanda. Perusahaan ini sepenuhnya dimiliki oleh Pemerintah Hindia Belanda. Perusahaan ini juga merupakan salah satu perusahaan Belanda yang dibestemingkan atau diserahterimakan, yakni menjadi Djawatan Kereta Api Republik Indonesia (DKARI), pendahulu PT Kereta Api Indonesia.

Namanya harus dibedakan dengan Maatschappij tot Exploitatie van Staatssporwegen (MtEvSS), perusahaan kereta api di Belanda.

Perusahaan ini mengusung tiga lebar sepur, yaitu 1.067 mm, 750 mm, dan 600 mm. Sepur 1.067 mm merupakan sepur untuk rel berat, sedangkan 750 dan 600 mm hanya digunakan untuk jalur trem.

Dahulu jalur kereta api juga melayani kegiatan pos dan telekomunikasi sehingga saat ini kantor pusat kereta api (kini menjadi PT. KAI), telekomunikasi (kini menjadi PT. Telkom Indonesia) dan pos (kini menjadi PT. Pos Indonesia) berada di kota Bandung yang pada saat itu diproyeksikan untuk menjadi pusat pemerintahan pemnerintah Kolonial Hindia Belanda menggantikan Batavia yang menjadi pusat perekonomian. Hal ini juga mengingat posisi Bandung yang dekat dengan pusat militer pemerintah kolonial di Cimahi.

Dengan latar belakang inilah, barulah Saya tahu kalau memang ternyata kenapa akhirnya kota Bandung dipilih sebagai pusat Kereta Api di sana. Nah untuk lebih hips (atau hits) lagi kami diundang oleh PT. KAI untuk pergi ke Bandung untuk berkunjung ke kantor pusat Kereta Api Indonesia.


Ada bang Oka, Kang Agung dan Koko Giovanni

Semangat apa sih yang ingin ditularkan PT. Kereta Api Indonesia? Menurut Saya sih sederhana ya. Marilah kita sama - sama menghargai bahwa mengurusi jutaan penumpang di salah satu model transportasi itu bukanlah pekerjaan yang mudah dan sederhana. Perlu keringat dan keseriusan banyak orang di belakangnya.

Bapak Direktur Utama PT. KAI sendiri yang mengajak kami para Sosial Media Mover (Istilah untuk kita yang juga sering bergerak dan jalan kemana - mana) untuk terus meluruskan berita yang miring tentang Kereta Api dan juga tetap menebarkan aroma positif hingga kita bisa hidup damai dan sejahtera tanpa hoax dan ujaran kebencian.


Bapak Edi Sukmoro menjelaskan dengan situasi santai

Selebihnya kita diajak untuk mengenal kantor KAI di Bandung yang benar - benar membuat Saya terkagum - kagum karena bentukannya begitu klasik. Kantor ini terletak di Jalan Perintis Kemerdekaan no.1 Babakan Ciamis, Sumur Bandung, Bandung - Jawa Barat.



Entah karena Saya suka bangunan atau memang karena lulusan Teknik Arsitektur hingga Saya memperhatikan bagaimana bangunan dan bentuknya itu telah bercerita dengan sendirinya dan sangat menyimpan cerita yang panjang dan berarti.


Saya suka dengan model bukaannya (Jendela dan Pintu) yang berkesan kokoh tapi bercerita tentang kekejaman masa lalu yang kadang tak terjelaskan.

Yang lebih mengejutkan sebenarnya adalah adanya bunker di bawahnya. Ya benar, itu Bunker.



Bunker baru ditemukan pada tanggal 26 Juli 2016 lalu, saat membongkar rumah warga yang menumpang di atas tanah milik negara ini. Usianya tak jauh beda dengan Stasiun Kereta Api Kota Bandung yang telah berdiri sejak tahun 1901. Itu artinya keberadaan bunker ini sudah ada sekitar kurang lebih 115 tahun lalu.

Sekarang penggunaannya lebih untuk pameran foto dan sejarah PT. KAI yang instgrammable banget. Jadi nggak rugi ya buat foto - foto tapi memang nggak disarankan untuk yang Klaustrofobia ya! (penyakit ketakutan terhadap tempat-tempat sempit dan terjebak).



Sebuah pengalaman yang tak terlupakan, karena tak semua orang pernah atau sering masuk. Jadi terima kasih PT. KAI yang sudah mengajak.



Nah, keriaan kita belum selesai karena ada kabar gembira dan benar - benar kegembiraan yang nyata. Bayangkan, kita diundang oleh PT. KAI sekali lagi untuk menjadi saksi pertama dari kembalinya salah satu jalur yang telah mati 37 tahun yang lalu.

Wow, banget kan? Nah rel ini melintas dari Cibatu ke Garut sepanjang 19 km yang mulai dibuka 14 Agustus 1889 dan akhirnya (sedihnya) ditutup November 1982. Jalur ini begitu penting karena Kereta Api masih menjadi transportasi yang berguna untuk mengangkut hasil bumi wilayah Garut berupa teh, karet, kentang, kayu mala dan kina) dan membuka akses daerah Selatan Jawa Barat.



Nah ternyata dalam kunjungan kami kali ini ada beberapa fakta - fakta menarik tentang reaktivasi Jalur Kereta Cibatu - Garut. Apa saja tuh?



Wah nggak disangka ya sekelas Charlie Chaplin mampir ke sana. Suatu kehormatan sendiri bagi masyarakat Garut yang tengah merayakan ulang tahunnya yang ke 207 mendapatkan kembali jalur kereta api yang membuat mereka antusias.

Ya Allah tak pernah berpikir menjadi demikian semaraknya. Sampai - sampai seluruh masyarakat tumpah ruah menyambut kedatangan kami dan kamipun tanpa sadar dan sesunggukan kalau memang baru pertama kali inilah mereka bakal menikmati Kereta Api setelah 37 tahun. Wow.


Mbak Terry dan Beyon terharu melihat anak - anak



Tiada kata yang terucap selaian terima kasih atas apa yang selama ini PT. KAI lakukan dan baktikan terhadap masyarakat. Buat kita sendiri, ayo marilah kita jaga apa yang sudah menjadi kebanggaan negeri ini. Jangan berbuat yang merugikan ya!


Sambil menggumam

Cug kicak kicuk kicak kicuk
Kereta berangkat
Cug kicak kicuk kicak kicuk
Hatiku gembira 

Salam Budaya!



Komentar