Takkan Ada Kesehatan Tanpa Kesehatan Jiwa - Memperingati Hari Kesehatan Jiwa Sedunia - 10 Oktober


Salam Budaya!

Beberapa hari ini Saya stress memikirkan apa yang menimpa dengan diri Saya sendiri. Permasalahan di rumah di Kampung Halaman di Jember belum usai. Hidup di Jakarta ini yang penuh dinamika juga kadang menghasilkan kerumitan tersendiri. Kebutuhan yang tinggi menuntut kita kerja ekstra. Kerja yang ekstra tentu menyita ruang yang banyak dan ujung - ujungnya menghasilkan kelelahan jiwa yang berkepanjangan. Kalau fisik lelah, Saya bisa tidur sepuasnya atau panggil tukang pijat. Kalau yang kacau jiwa, bagaimana?

Tapi memang jujur, sampai sekarang Saya sendiri masih punya banyak pertanyaan awam mengenai jiwa itu sendiri. Apakah selalu berkaitan dengan gila? Stress atau depresi?  Apakah ada penangannya? Bagaimana menghindarinya?

Memikirkan itu saja sudah pusing. Hahahaha ...

Nah - nah, maka dari itu lebih baik kita mendengar dan langsung mendapatkan informasi yang lebih akurat dari yang lebih berkompeten.

Sekali lagi Saya adalah salah satu orang beruntung karena diundang ke acara temu Blogger yang diadakan oleh Kementerian Kesehatan yang diadakan di Ruang Naranta, Kamis 4 Oktober 2018 pukul 12.30 WIB, dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Jiwa Sedunia yang akan kita peringati di tanggal 10 Oktober nanti.


Keseruan Blogger siang itu


Oh, ya sebagai Nara Sumber tentu saja menghadirkan yang sudah berpengalaman.

Ketua PDSKJI Pusat

dr. Eka Viora, Sp.KJ



Direktur Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza
Kementerian Kesehatan
Dr. dr. Fidiansjah, SpKJ, MPH

Indra Rizon, SKM, M. Kes
Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat



Hari Kesehatan Jiwa Sedunia (HKJS) bertujuan untuk meningkatkan kesadara seluruh warga dunia akan pentingnya kesehatan jiwa dalam rangka mewujudkan kesehatan jiwa dalam rangka mewujudkan masyarakat yang sehat baik fisik maupun jiwanya. Tahun ini World Federation of Mental Health (WFMH) menetapkan fokus perayaan HKJS pada



Okay marilah kita mulai perjalanan ke hal yang lebih mendalam untuk memberikan pada masyarakat umum apa dan bagaimana Kesehatan Jiwa itu sendiri.

Kesehatan sendiri menurut UU no. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental dan spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Maka kita tiba pada kesimpulan bahwa tidak akan ada Kesehatan tanpa Kesehatan Jiwa.

Nah, nah, nah

Kalau dikaitkan anak - anak zaman sekarang, sebenarnya malah menjadi hal yang lebih berat keperhatinan kita, karena di zaman cyber, generasi kita sudah menjadi pengguna utamanya. Inilah kenapa akhirnya timbul kerentanan pada kejahatan cyber, cyber bullying bahkan ada banyak kasus kecandua video game yang bertemakan seks dan kekerasan.


Meresahkan, bukan?




Sedangkan apa yang terjadi pada bullying di sekolah?

Berikut data - datanya




Nah, Sayangnya Keluarga yang tak memahami tantangan ini, kadang gagal juga memberikan pendampingan dan arahan bagi remaja itu. Remaja yang gagal dalam menjawab tantangan zaman tersebut, berada dalam bahaya yang cukup mengkhawatirkan, yaitu kemungkinan mengalami masalah dalam kesehatan jiwa yang jika tidak dapat dideteksi dan ditangai secara dini dapat meningkatkan resiko timbulnya gangguan jiwa di kemudian hari.

Gangguan mental emosional adalah masalah yang cukup besar di Indonesia. Masalah pikiran, perasaan dan perilaku yang dapat membuat kesulita menjalani peran dan kehidupan sehari - hari (kesulitan tidur, ketegangan sebagian besar tubuh, kurangnya semangat, berkurangnya energi dan tidak adanya minat pada kesenangan). Masalah ini terkesan tidak berat tapi bisa memburuk sejalan dengan perberatan gejala. Nah, gejala ini hendaknya disadari sedini mungkin dan dikelola dengan tepat agar tidak memberatkan dan mengganggu aktivitas sehari - hari.


Nah, buat Anda sudah pahamkan betapa pentingnya memperingati Hari Kesehatan Jiwa Sedunia untuk mendorong keluarga untuk lebih memperhatikan dan mendampingi remaja, memberikan arahan dan menjadikan keluarga sebagai tempat yang hangat bagi pertumbuhan fisik dan jiwa mereka.

Jangan lupa juga memasyarakatkan Gerakan Masyarakat untuk Hidup Sehat (GERMAS) sehingga kita dapat mengharapkan tumbuhnya generasi penerus yang sehat baik secara fisik, jiwa dan sosial.


Nah marilah kita melangkah lebih dalam lagi ke pembahasan berikut.


Kesehatan mental itu saat ini tengah mendapat banyak perhatian khususnya bagi remaja 15 hingga 19 tahun.

Beberapa fakta kunci.
  • Merupakan masalah bagi  di antara 6 anak berusia 10 - 19 tahun
  • 16 persen beban berat yang mengakibatkan penyakit dan luka secara global terjadi pada usia antara 10 - 19 tahun.
  • Separuh dari kondisi kesehatan jiwa dimulai pada usia 14 tahun tapi bagi sebagian besar kasus tidak terdeteksi dan tidak mendapatkan pengobatan.
  • Secara global, Depresi adalah satu dari penyebab penyakit dan disabilitas pada remaja. Bunuh diri merupakan penyebab ketiga terbesar dari kematian remaja pada usia 15 - 19 tahun.
  • Dampak bila kondisi kesehatan jiwa remaja berlanjut pada dewasa muda dapat mempengaruhi kesehatan fisik dan mental serta terbatasnya kesempatan untuk mengisi kehidupannya yang lebih baik pada usia dewasa.
  • Promotif dan preventif Kesehatan Jiwa merupakan kunci untuk membantu remaja untuk berkembang.
PENDAHULUAN

Remaja dalam hal ini berumur 10 hingga 19 tahun adalah fase yang unik dan formatif. Kebanyakan mereka memiliki kesehatan fisik dan mental yang baik, tapi karena memang ada akibat perubahan emosi dan sosial, termasuk akibat kemiskinan, penganiayaan atau tindak kekerasan dapat menyebabkan remaja rentan terhadap masalah kesehatan jiwa.
Untuk itulah perlu sekali untuk meningkatkan psychological well-being dan melindungi remaja dari pengalaman buruk dan faktor resiko yang dapat mempengaruhi potensi mereka untuk berkembang yaitu kesehatan fisik dan mental pada masa dewasa.

Psychological Well-Being

adalah suatu kondisi seseorang yang memiliki kemampuan menerima diri sendiri maupun kehidupannya di masa lalu (self-acceptance), pengembangan atau pertumbuhan diri (personal growth), keyakinan bahwa hidupnya bermakna dan memiliki tujuan (purpose in life), memiliki kualitas hubungan positif dengan orang lain (positive relationship with others), kapasitas untuk mengatur kehidupan dan lingkungan secara efektif (environmental mastery), dan kemampuan untuk menentukan tindakan sendiri (autonomy).

DETERMINAN KESEHATAN JIWA

Masa remaja dan tahun - tahun awal masa dewasa biasanya merupakan awal terjadinya perubahan misalnya anak kita yang sudah saatnya memang meninggalkan rumah karena mereka harus kuliah dan tinggal di beda kota atau memulai pekerjaan baru yang mengharuskan pindah. Nah, pada sebagian remaja memang terdengar menyenangkan tapi ada sebagian dari mereka menganggap ini merupakan suatu hal yang mengakibatkan stress dan ketakutan. Bahkan ada beberapa kasus, kalau perasaan ini tak dikelola dengan baik, dapat menyebabkan masalah kesehatan jiwa.

Banyak pula remaja yang tinggal di daerah yang terkena dampak darurat kemanusiaan seperti konflik, bencana alam dan lain - lain. Hal - hal seperti inilah yang sangat rentan terhadap stress dan penyakit.



Masa remaja sendiri adalah periode penting untuk mengembangkan dan mempertahankan kehidupan sosial dan emosional, termasuk pola tidur yang sehat, olahraga teratur, mengembangkan keterampilan untuk mengatasi dan menyelesaikan masalah, keterampilan interpersonal dan belajar mengelola emosi.
Lingkungan yang mendukung dalam keluarga, di sekolah dan di komunitas yang lebih luas juga penting untuk kesehatan jiwa remaja.

Sebenarnya ada beberapa faktor  yang menentukan kesehatan jiwa pada seorang remaja pada satu waktu. Semakin banyak faktor resiko yang dihadapi remaja, maka semakin besar potensi dampaknya pada kesehatan jiwa mereka. Beberapa faktor itu adalah:
  • Keinginan untuk otonomi yang lebih besar, tekanan untuk menyesuaikan diri dengan teman sebaya, eksplorasi identitas seksual, dan peningkatan akses ke dan penggunaan teknologi
  • Pengaruh media dan norma - norma gender dapat memperburuk disparitas (perbedaan) antara realitas hidup remaja dan persepsi atau aspirasi mereka untuk masa depan.
  • Kualitas kehidupan dalam keluarga, hubungan dengan teman sebaya mereka.
  • Tindak kekerasan seperti pola pengasuhan kasar, penganiayaan, kekerasan seksual, bullying serta masalah sosio-ekonomi.
Beberapa remaja berada pada kondisi kesehatan jiwa yang sangat beresiko sangat besar yang disebabkan kondisi dalam kehidupan seperti:
  • Stigma, diskriminasi atau pengecualian, atau kurangnya akses ke kualitas dukungan dan layanan
  • Remaja yang tinggal di tempat bantuan kemanusiaan seperti pengungsian akibat bencana
  • Remaja dengan penyakit kronis, spektrum autism disorder, disabilitas intelektual atau kondisi neurologis lainnya, kehamilan remaja, pernikahan dini/kawin paksa, anak - anak yatim, dan remaja dari etnis minoritas atau latar belakang kelompok lain yang didiskriminasi.
Remaja dengan kondisi kesehatan jiwa yang tidak baik akan sangat rentan terhadap pengucilan sosial, diskriminasi, stigma, kesulitan dalam pendidikan, perilaku beresiko, sakit fisik dan pelanggaran hak asasi manusia.

Buruknya kesehatan jiwa remaja dapat terjadi karena beberapa alasan seperti kurang pengetahuan atau kesadaran tentang kesehatan jiwa diataranya tenaga kesehatan, atau stigma yang mencegah mereka untuk mencari pertolongan.

Lalu apa saja akibatnya, akan ada beberapa gangguan berikut ini:

GANGGUAN EMOSI (EMOTIONAL DISORDERS)

Gangguan ini sering muncul pada masa remaja berupa gangguan depresi atau ansietas yakni irritabilitas, frustasi atau marah. Gejala ini dapat terjadi dengan tumpang tindih di lebih dari satu gangguan emosional dengan perubahan suasana hati dan ledakan emosional yang cepat dan tak terduga. Bahkan di remaja yang lebih muda gangguan ini nantinya akan berhubungan dengan gejala fisik seperti sakit pada lambung, sakit kepala atau mual.
Secara global, depresi adalah penyebab utama nomor sembilan dan ansietas nomor delapan terjadinya penyakit dan disabilitas di antara semua remaja. Akibat langsung dari gangguan emosi ini adalah remaja tidak berfungsi secara sosial sehingga mempengaruhi  prestasi sekolah dan tingkat kehadiran serta akan mencoba menarik diri atau menghindar dari keluarga, teman sebaya atau komunitas yang dapat memperburuk isolasi, rasa kesepian dan menjadi pemicu bunuh diri.

GANGGUAN PERILAKU MASA ANAK (CHILDHOOD BEHAVIOURAL DISORDERS)

Gangguan perilaku masa kanak - kanak adalah penyebab utama nomor enam beban penyakit di antara remaja. Gangguan ini sering terjadi karena perilaku berulang - ulang, parah dan sesuai dengan usia seperti gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktifitas atau perilaku merusak atau menantang seperti conduct disorder. Ganggua ini dapat mempengaruih pendidikan remaja, dan kadang - kadang berhubungan dengan masalah hukum dan peradilan

GANGGUAN PSIKOSIS (PSYCHOSIS)

Gangguan ini sering muncul pada masa remaja dan awal dewasa muda yang dapat mencakup halusinasi (mendengar atau melihat hal - hal yang tidak ada) atau delusi (keyakinan yang kuat pada pikiran walau sudah ada bukti yang menyatakan bahwa hal tersebut tidak benar).
Untuk gangguan yang berat dapat merusak kemampuan remaja untuk berpartisipasi dalam kehidupan sehari - hari dan pendidikan. Dalam banyak konteks, remaja dengan psikosi sangat terstigma dan beresiko terjadi pelanggaran hak asasi manusia.

GANGGUAN BUNUH DIRI DAN MENYAKITI DIRI SENDIRI (SUICIDE AND SELF-HARM)



Percobaan bunuh diri dapat menjadi impulsif yang dihubungkan dengan perasaan putus asa atau kesepian. Faktor resikonya juga multifaktor, termasuk penggunaan alkohol, penganiyaan pada masa anak - anak, stigma terhadap pencarian untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Sedangkan komunikasi melalui media digital tentang perilaku bunuh diri adalah kekhawatiran untuk kelompok usia remaja.


Nah setelah tahu beberapa Gangguan Kesehatan Jiwa, siapakah Perilaku yang Beresiko atau yang disebut dengan Risk Taking Behaviours?

Sebenarnya banyak sekali kalangan yang punya perilaku yang beresiko, seperti penggunaan zat atau perilaku seksual termasuk pada kelompok beresiko yang memang biasanya dimulai pada masa remaja. Hal ini terjadi karena biasanya mereka gagal merencanakan dan mengelola emosi mereka yang ujungnya akan berdampak pada kesehatan mereka sendiri. Pengaruh teman sebaya dan faktor seperti kemiskinan dan paparan kekerasan dapat meningkatkan kemungkinan terlibat dalam perilaku beresiko.

Penggunaan zat yang merugikan (seperti alkohol atau Napza) dan juga perilaku beresiko seks tidak aman adalah keprihatinan berbagai negara.

Peminum Alkohol yang berat pada remaja berusia 15 - 19 tahun adalah 13,6% pada tahun 2016 dengan laki - laki  yang beresiko tinggi.
Data dari 130 negara pada tahun 2016 diperkirakan 5,6% usia 15 - 16 tahun telah menggunakan ganja setidaknya sekali dalam tahun sebelumnya.
Perokok dewasa merokok pertama sebelum usia 18 tahun.

Sedangkan perilaku seksual beresiko dapat meningkatkan resiko infeksi menular seksual, HIV/AIDS dan kehamilan usia dini yang merupakan penyebab utama kematian untuk remaja putri dan perempuan muda (termasuk saat melahirkan dan aborsi yang tidak aman).

UPAYA PROMOTIF DAN PREVENTIF
  • Intervensi untuk meningkatkan kesehatan jiwa remaja bertujuan untuk memperkuat faktor pelindung / protektif
  • Upaya promotif kesehatan jiwa yang dapat membantu remaja dalam membangun ketahanan sehingga mereka dapat mengatasi masalah baik dalam situasi sulit atau tertekan
  • Berbagai upaya pencegahan penyakit yang beresiko pada kondisi kesehatan jiwa memerlukan pendekatan yang berjenjang dan bervariasi - misalnya melalui keluarga, sekolah, komunitas, digital media dll.
  • Satu - satu disampaikan dalam grup atau bimbing online psikologis
  • Intervensi berfokus pada keluarga misalnya caregiver skills training, termasuk intervensi sesuai kebutuhan caregivers
  • Intervensi berbasis sekolah, seperti: Perubahan organisasi lingkungan psikologi yang aman dan positif; pengajaran tentang kesehatan jiwa dan keterampilan hidup; pelatihan staf dalam deteksi dan dasar manajemen resiko bunuh diri; dan pencegahan berbasi sekolah program untuk remaja yang rentan terhadap kondisi kesehatan jiwa.
  • Intervensi berbasis masyarakat seperti kepemimpinan pada kelompok sebaya atau mentoring program
  • Program - program pencegahan yang ditargetkan pada remaja rentan, seperti remaja dalam bantuan kemanusiaan, kelompok minoritas atau kelompok yang diskriminasi
  • Program  untuk mencegah dampak kekerasan seksual pada remaja
  • Program pencegahan bunuh diri multi sektoral
  • Program dan intervensi untuk pencegahan alkohol dan penyalahgunaan zat
  • Pendidikan seks yang komprehensif untuk membantu mencegah perilaku seksual beresiko.

DETEKSI DINI DAN PENGOBATAN (EARLY DETECTION AND TREATMENT)


  • Sangat penting untuk mengatasi berbagai kebutuhan remaja dengan kondisi kesehatan jiwa remaja yang beragam.
  • Menghindari institusionalisasi/pelembagaan dan medikalisasi (Proses ekspansi unsur-unsur dan profesi medis keranah kehidupan) yang berlebihan, memprioritaskan pendekatan non-farmakologi ( ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan obat-obatan. Dalam ilmu ini dipelajari: Penelitian mengenai penyakit-penyakit. Kemungkinan penyembuhan), dan menghormati hak - hak anak sesuai dengan konvensi PBB tentang hak - hak anak dan hak asasi manusia lainnya.


INTERVENSI YANG DAPAT DIPERTIMBANGKAN PADA REMAJA
  • Pentingnya deteksi dini dan penyediaan intervensi berbasis bukti untuk gangguan jiwa dan penggunaan zat pada remaja
  • WHO's mhGAP (mental health gap action programme dari WHO) menyediakan pedoman berbasis bukti pedoman untuk pelayanan non spesialistik agar tenaga kesehatan dapat mengidentifikasi dan mendukung prioritas kesehatan jiwa pada kondisi dengan sumber daya terbatas.
  • Dibutuhkan staf yang terlatih dalam mengelola kebutuhan spesifik remaja serta melibatkan dan memberdayakan caregivers
  • Panduan metode Tatap Muka dan dukungan sendiri, termasuk intervensi kesehatan jiwa elektronik dapat menjadi alternatif intervensi karena tingginya stigma terhadap kesehatan jiwa atau kondisi untuk mengakses layanan kesehatan jiwa remaja belum memungkinkan
  • Obat psikotropika harus digunakan dengan sangat hati - hati dan hanya diberikan kepada remaja dengan kondisi kesehatan jiwa sedang sampai ke berat, ketika intervensi psikososial yang diberikan tidak efektif dan ada indikasi klinis dengan meminta persetujuan (informed consent), Pengobatan hanya dapat diberikan di bawah supervise atau oleh dokter spesialis kedokteran jiwa.
Demikianlah para pembaca yang budiman semoga bahasan singkat ini mampu paling tidak membuat kita tersadar bahwa kesehatan jiwa juga merupakan bagian dari hidup kita yang juga harus kita jaga dan waspadai agar kita dan masyarakat Indonesia tetap sehat jiwa dan raga.

Salam Budaya.


Komentar

  1. Siap untuk mensukseskan GERMAS. Sepertinya di Puskesmas Backdrop GERMAS sudah mulai dipasang juga :)

    Sehat itu nikmat bangetttt

    BalasHapus
  2. Semangat Germas! Tapi emang betul, kesehatan jiwa itu di atas segalanya. Yg lebih penting lagi, pondasinya menurutku tuh iman dan penyatuan antara agama dan kehidupan. Memandangnya sbg satu hal utuh. TFS mas, sangat informatif :)

    BalasHapus
  3. Kesehatan jiwa itu penting Kareena kdg suka diabaikan

    BalasHapus
  4. Duh.. aku tuh baru tau ada peringatan hari ini. Apalagi aku pernah menjustifikasi diriku sebagai bipolar disorder*

    BalasHapus

Posting Komentar