Cerita Sangat Pendek - Beku



Wawancara itu berujung dengan nada penuh kepahitan. Seorang Sandy N yang sangat digandrungi penggemarnya, menyimpulkan ceritanya dengan aroma sinis,

"Cinta? Aku bukannya gak punya, Mas. Aku tahu diri, kok. Cinta itu sudah berpindahtangan dua puluh tahun yang lalu. Ia meminta dirinya dengan hormat. Dan sebagai pria sejati, aku melepaskannya".

Aku jadi terdiam. Baru kali ini aku tak begitu mendesak lebih lanjut, seorang nara sumber dengan pertanyaan yang biasanya beranakpinak.

Wawancara itu disepakati dilakukan di apartemen miliknya di pinggiran utara Kota. Malam berangin dingin. Pintu dengan sengaja dibuka. Bang Sandy ini benci AC.

Ia sengaja membuat suasana ruangan temaram. Biar moodnya bisa terjaga, katanya. Jadi kalau ada pertanyaan yang mengandung unsur kesedihan, Ia akan menyiapkan roman muka yang tepat.

Wajahnya agak pucat, tiba - tiba tersenyum.

"Tanya lagilah. Aku kan belum mengakhiri wawancara ini. Itu kan masih tugasmu."

Sandy memutar sekali lagi cincin di jemarinya.

Aku menyerah dan jujur aku mengantuk.

"Cukup sih, Bang. Foto-foto juga dah aku kantongin. Sepertinya para fans Bang Sandy lebih akan tertarik dengan sesi foto terbaru dari kami", ujarku sambil berpamitan.

Bang Sandy terkekeh. Dia merapikan kerah lehernya dan mengusap dengan perlahan sesuatu yang menghitam di dadanya. Dia membauinya sedikit dan lagi - lagi tersenyum.

Aku sedikit bergidik. Apa itu?

Dengan agak panik dan melihat jam tangan,

"Sialan, sudah 1.30 Bang. Aku harus ke kantor. Mau deadline berita pagi. Makasih sekali wawancaranya. Nanti aku kabari bila naik cetak".

Aku melihat sekali lagi Bang Sandy cuma tersenyum. 

"Tahu jalan pulang, kan?".

Aku menggangguk cepat. Mengemasi tas dan dengan sigap meletakkannya di bahu.

Selamat Malam.

Aku berpikir cukup keras di sepanjang perjalanan naik motor ke kantor.

Apa itu tadi?

Apa di dadanya yang tiba tiba muncul dan membekas?

Empat puluh menit termakan, aku akhirnya sampai di kantor dan mendapati Sari, anak magang di kantor, tergopoh-gopoh.

"Apa?", tanyaku keheranan.

"Bang Deqi, ubah Headline kita pagi ini. Bang Sandy N ditemukan tewas. Tertembak di dadanya. Lima belas menit yang lalu ditemukan teman dugemnya. Polisi dan Forensik sudah menuju ke sana. Diduga bunuh diri. Waktu kematian. 00.00 WIB. ... 

Eh Abang, kenapa?"

Kabarnya aku langsung pingsan.




Setiabudi Tengah.

01.30 WIB

Komentar